"Kau harus segera mengobati luka-luka mu. Jika dibiarkan. Tanganmu bisa mengalami infeksi". Sebelum aku sempat membantah perkataannya. Dia lebih dulu pergi dengan berlari meninggalkanku.
Setelah kepergian pria tersebut. Aku berusaha duduk di kursi taman yang ada di dekatku. Kakiku yang terasa sakit membuatku tidak tahan berlama-lama berdiri.
Aku mencoba membersihkan tangan dan juga kakiku yang sedikit kotor. Akibat insiden yang disebabkan oleh kecerobohanku sendiri.
Tak lama kemudian pria tersebut datang kembali dengan membawa air mineral serta obat-obatan. Lalu Pria itu duduk di sampingku dan mengobati luka-lukaku.
"Aku akan mengobati luka mu. Rasanya mungkin sedikit perih tetapi luka mu akan segera sembuh". Aku hanya mengangguk.
Aku sama sekali tidak menyangka ternyata tadi dia pergi dengan berlari hanya untuk membelikanku air mineral dan juga obat-obatan yang digunakannya untuk mengobati luka-lukaku.
Hatiku begitu hangat melihat hal yang telah dilakukannya. Sungguh diluar dugaan.
Dia begitu fokus mengobati luka ku dengan ekspresi yang masih tetap terlihat dingin. Entah mengapa hal itu justru membuatnya semakin terlihat mempesona. Aku yakin di luar sana banyak wanita yang tergila-gila olehnya dan yang pasti pria ini juga memiliki typical wanita yang cantik dan pintar yang setara dengannya.
Suasana yang terjadi diantara kami berdua membuatku merasa canggung. Aku mencoba membuka suara untuk menepisnya. "Hmm terima kasih tuan atas kebaikan anda yang mau mengobati saya seperti ini. Maaf sebelumnya. Jika saya boleh tahu siapa nama anda?". Ujarku seraya menunjukkan senyumanku.
Pria itu menghentikan aktifitasnya dan melirikku sekilas.
"Namaku Park Shin Yoon. Panggil saja aku Shin".Seperti dugaanku pria ini bukan orang indonesia asli. Melainkan orang Korea.
"Namaku Dizta Mahrani panggil aku Dizta". Dia menatapku lagi dan tersenyum datar.
Hening...
Kami kembali hanyut dalam kecanggungan."Selesai". Suaranya mengagetkanku yang sudah hanyut dalam lamunanku sendiri.
"Terima kasih tuan Shin, karena anda telah mengobati luka saya". Ucapku sopan kepadanya karena baru pertama kali ada pria sebaik dia yang telah mengobati luka ku karena kecerobohanku sendiri.
"Itu bukan masalah. Kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan tuan cukup panggil aku Shin saja. Karena lukamu sudah selesai diobati. Jadi aku rasa aku sudah bisa pergi. Senang mengenalmu Dizta".
Meskipun ini adalah pertemuan dan mungkin yang terakhir kali bagi kami. Tapi aku cukup senang karena bisa mengenal pria setampan dan sebaik dia.
"Senang mengenalmu juga Shin".
Kami berdiri dan saling berapamitan.
Shin kembali tersenyum kepadaku yang aku yakin dia sependapat dengan ucapanku barusan.
"Shin ayo kita pulang. Mama sepertinya kelupaan sesuatu". Suara wanita paruh baya membuat kami sama-sama menoleh ke sumber suara.
"Hei bukannya kau wanita yang pernah menolongku waktu itu". Wanita paruh baya tersebut terlihat begitu senang melihatku.
Mendengar hal itu Shin menatapku dengan tatapan bertanya-tanya.
Aku mencoba mengingat hal yang terjadi sebelumnya mengenai pertemuanku dengan wanita itu.
"Haaa anda orang yang di halte bis itu bukan???". Jawabku pada wanita itu dengan semangat. Aku yakin memang dia lah orangnya.
"Iyaa kau benar nona. Tapi bagaimana kalian bisa saling mengenal??". Ibu Shin menatapku dan juga Shin bergantian.
Ini merupakan suatu kebetulan karena wanita yang pernah kutolong adalah ibu dari pria yang telah mengobati luka ku.
Wajah mereka berdua terlihat berbeda. Karen ibu Shin memiliki paras wajah pribumi yaitu wajah Indonesia. Sedangkan Shin memiliki paras Korea. Aku yakin Shin mengikuti gen dari ayahnya.
Saat aku ingin mencoba menjelaskan yang terjadi diantara kami. Shin lebih dulu memotong perkataanku.
"Aku tadi hanya mencoba membantu mengobatinya ma". Terang Shin pada ibunya.
Ibu Shin hanya tersenyum.
"Ohh benarkah. Tapi setelah insiden itu kita belum sempat berkenalan kan??". Ibu Shin berucap dengan girangnya.
'Ahh yaa benar'.
Aku baru ingat setelah insiden tersebut. Kami memang belum sempat berkenalan.Aku lebih dulu memulai memperkenalkan diri dengan sopan kepada ibu Shin.
"Nama saya Dizta Maharani tante, panggil saja saya Dizta" ibu Shin kembali tersenyum dan ikut memperkenalkan dirinya juga padaku.
"Namaku Siska, panggil saja tante Siska".Setelah berkenalan tante Siska mengundangku untuk makan malam di rumahnya Sabtu ini. Dia mengatakan bahwa makan malam tersebut merupakan tanda terima kasihnya kepadaku.
Dengan senang hati. Aku pun menerima undangan makan malam yang diberikan oleh tante Siska.
"Ohh ya ini alamatku". Tante Siska menyerahkan secarik kertas berisikan alamat rumahnya.
"Baiklah tante saya akan datang".
Sungguh aku merasa kagum kepada Shin dan juga tante Siska yang memiliki sifat yang baik dan juga ramah. Meski pun mereka terlihat jelas dari kalangan atas. Tetapi mereka sama sekali tidak terlihat membeda-bedakan status sosial.
Setelah mengundangku untuk makan malam Shin dan tante Siska berpamitan padaku. Mereka pergi meninggalkanku dengan memberikan kesan tersendiri padaku.
~Dimohon saran dan masukannya yaaa... (>y<)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hope You Love Me [FINISH]
RomanceAku tidak pernah menyangkah bahwa hidupku akan penuh dengan teka-teki seperti ini. Kehidupan yang selama ini aku bayangkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, ketika aku harus menebak-nebak perasaan pria yang telah tinggal bersamaku. Hii Reader...