Satu

15 0 0
                                    


December 11.

Aku kembali melihat kembali semua barang bawaanku. Setelah aku pastikan bahwa semuanya sudah lengkap, tidak ada yang tertinggal aku segera membawa barang-barangku masuk ke mobil dan berpamitan dengan kedua orang tuaku.

Hari ini adalah hari yang paling ku tunggu. Jalan jalan kelas selalu menjadi agenda favoritku setiap tahunnya. Di kelas 12 ini semua teman sekelasku sepakat bahwa kita akan menghabiskan 3 hari 2 malam di villa. Aku segera menurunkan barang bawaanku sesampainya di lapangan dekat sekolah.

"Eh bantuin dong bawa ini." Aku memberikan dua dus mie instan kepada temanku.
"Gue bawa kesana ya." Ibab membawa dus mie instan tersebut ke warung dekat lapangan.

Seperti biasa, ngaret. Hal yang sangat menyebalkan dan tidak aku sukai. Sambil menunggu semuanya datang aku mengobrol dengan teman-temanku.

Setelah semuanya berkumpul dan bus sudah datang akhirnya kita berangkat, tak lupa kita berdoa.

"Yah gue duduk sama siapa dong?" Aku memasang muka memelasku. Pasalnya teman sebangku ku Shinta, akan duduk bersama Ibab.

"Yaudah gue sama lo dulu deh." Shinta mengambil bangku disebelah kanan, sementara aku berada disebelah kiri dekat jendela.

Here we go!

Jalan-jalan kelas selalu terasa menyenangkan. Bus selalu ramai dengan obrolan dan canda tawa menghiasi perjalanan kali ini. Setelah setengah perjalanan tiba-tiba Shinta kembali duduk bersama Ibab. Aku hanya bisa pasrah duduk sendirian. Aku memasang earphone pada telinga dan mulai terhanyut pada lagu yang kudengarkan.

'Cause it's too cold

For you here and now

So let me hold

Both your hands in the holes of my sweater

(Sweater Weather - The Neighbourhood)

Saat sedang asik-asiknya mendengarkan lagu aku merasakan seseorang duduk disebelahku, aku menolehkan kepalaku.

'Adit? Ngapain dia duduk sebelah gue?' Aku terdiam dan kembali menikmati lagu yang mengalun dari earphone.

Yang aku tahu tentang Adit adalah ia anak tongkrongan, supel, pecicilan, punya mantan satu sekolah, sering diledekin, pasrahan, dan ketua ekskul basket.

"Jangan mainin rambut gue Fan, ngantuk gue kalau dimainin rambutnya." Suara Adit membuyarkan lamunanku. Aku menoleh kearahnya dan melihatnya menyingkirkan tangan Rifan.

"Enak tau dimainin rambutnya." Aku melepas earphone ku dan ikut dalam perbincangan tersebut.

"Iya emang enak tapi ngantuk." Ucap Adit sambil menoleh kearahku.

Ting.

Aku segera membuka notifikasi yang berasal dari applikasi line yang aku miliki.

Ari F: Hati-hati ya virr, oh iya gue udah nitipin lo sama kentung klontong kok!

Vira: Iya, thank you ya ri.

Ari F: Sama-sama ya vir, have funn!

Vira: Iya ri.

Ari adalah teman satu sekolah dan satu les denganku. Dia teman yang baik, namun aku merasa ia ingin mendekatiku. Aku memiliki niatan untuk menjauhinya karena aku merasa risih dia terlalu menunjukkan perasaannya kepadaku.

Aku kembali mengunci hpku dan memasukannya kedalam tas.

"Eh Sapira, Ari kan nitipin lo sama gue." Kata Adit sambil tersenyum ambigu.

"Iya tau kok gue dia bilang ke gue nitipin gue sama kentung juga." Aku sedikit kesal saat Adit membahas Ari.

"Iyaa dia nitipin lo sama gue, gue di line sama dia." Sepertinya Adit tidak menyadari ekspresiku saat membahas Ari.

Aku terdiam dan kembali melanjutkan perjalanan menuju villa.

***

Hari sudah gelap saat kita sampai di Villa. Jalanan menuju villa yang menanjak membuatku kesulitan membawa barang bawaanku karena aku membawa dua dus mie instan, satu kantung plastik snack, dan tas berisi baju.

"Eh bawain mienya dong, tolong."

"Sini sini ntar gue bawa sama Apra." Adit mengambil alih dus mie instan dan membawanya kedalam villa.

Setelah menaruh barang bawaan dan berganti baju kita semua berkumpul di ruang tamu. Ada yang bermain kartu remi, kartu uno, main gitar, dan makan. Aku bermain uno bersama Fardin, Ibab, dan Shinta sambil mendengarkan lagu yang diputar lewat speaker.

"Eh gue mau nanya sesuatu sama lo." Kata adit

"Apaan dit?" Aku merasa sangat penasaran

"Nanti aja deh kalau berdua." Shit. Makiku dalam hati, tau gitu mending gausah kasih tau dan bikin penasaran.

Aku memaksanya untuk memberi tahu, namun Adit tetap dalam pendiriannya. Ia akan memberi tahuku jika kita hanya mengobrol berdua.

Karena merasa lelah aku memutuskan untuk tidur bersama Firdha. Sementara Fardin dan Shinta masih tetap bermain.

Malam ini berakhir, dengan rasa penasaranku akan 1001 kemungkinan pertanyaan yang diberikan Adit nantinya.

1428 BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang