18. Make Love

9.1K 340 35
                                    

"Miu, enaknya kita ngapain ya?" tanya Dito setelah meletakkan tasnya di kamar Alta.

Hari ini sepulang sekolah, Dito datang ke rumah Alta. Rencananya dia akan menemani Alta yang sendirian saja di rumah karena kedua orangtuanya pergi ke Bandung dalam rangka tujuh hari meninggalnya nenek Alta.

Setelah pertengkaran mereka beberapa waktu lalu dan akhirnya berbaikan kembali, Dito semakin sering menunjukkan cintanya pada Alta.

Meski masih ada ganjalan di hatinya tentang sesuatu yang belum diungkapkannya pada Alta, Dito tetap tak ingin membuat momen kebersamaannya dengan anak itu terbuang sia-sia.

"Kita makan siang dulu, habis itu berenang," jawab Alta.

Dito menyeringai kecil lalu mendekat pada Alta yang sedang membuka kancing seragamnya.

"Terus, habis berenang kita ngapain?" tanyanya dengan senyuman jahil sambil membantu Alta melepas kancing seragamnya.

"Piu, sana ah. Aku bisa lepas sendiri!" kata Alta sambil mendorong dada Dito agar sedikit menjauh karena anak itu terlalu dekat dengannya.

"Kan biar cepet," jawab Dito kembali menyeringai lalu membuka kancing yang terakhir dan langsung menarik pinggang Alta agar semakin mendekat padanya. "Lagian aku kangen banget sama pacarku ini, pengen peluk," katanya manja sambil menggesekkan hidungnya dengan hidung Alta.

"Gombal banget. Sana minggir, aku mandi dulu. Lengket nih badanku!" ujar Alta sambil menggeliat mencoba melepaskan pelukan posesif Dito.

Sayangnya tenaga Dito jauh lebih kuat dari Alta. Bukann terlepas, belitan di pinggang Alta malah semakin menguat.

"Kamu nggak mau ngajak aku mandi bareng?" goda Dito yang kini mendaratkan kecupan ringan di bibir Alta.

"Kamu apaan sih, Piu? Mesum banget. Udah ah, aku mau mandi dulu. Nanti keburu Mbak Asri ke sini loh!" jawab Alta dengan wajah malu.

"Biarin aja. Mbak Asri nggak mungkin masuk. 'Kan pintunya tadi udah aku kunci," balas Dito yang kembali membelit pinggang Alta dan membuat kekasihnya itu diam tak bergerak. "Kamu seksi kalau keringetan gini," gumam Dito yang semakin mendekatkan wajahnya dan menatap mata Alta lekat-lekat.

"Kamu mau ngapain?" tanya Alta lirih. Bahkan nyaris tak terdengar.

Jantung Alta berdegup kencang saat Dito mulai meraba bongkahan pantatnya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kiri Dito, bergerak untuk membuka resleting celana Alta hingga terlepas dan menyisakan sebuah boxer pendek polos berwarna merah di pinggul Alta.

Dito tak menjawab, tangannya bergerak cepat untuk menurunkan celana Alta. Sementara anak itu, diam terpaku menatap mata Dito yang seolah membiusnya dan hanya menatap lekat padanya.

Dalam satu kedipan mata, Dito sudah melumat bibir Alta dengan lembut. Menyatukan lidahnya dengan lidah Alta yang sudah menyambutnya. Cukup lama mereka larut dalam ciuman itu sampai akhirnya salah satu di antaranya kehabisan napas, barulah ciuman itu terurai.

Dito tersenyum melihat wajah Alta yang memerah dengan napas yang masih tersengal. Dia lalu mendaratkan ciumannya di puncak kepala Alta yang menyandarkan kepalanya di bahu bidangnya. Tubuh Alta serasa lemas akibat ciuman mereka berdua tadi.

"Jadi nggak, mandinya?" tanya Dito berbisik di telinga Alta.

"Bentar, kakiku masih lemes banget," jawab Alta masih dengan deru napas yang belum teratur. Dito terkekeh kecil sambil mengusap punggung Alta pelan.

"Mau aku gendong ke kamar mandi?" tanya Dito lembut. Alta menggeleng, tetapi pelukannya di pinggang Dito tak ingin dilepaskan. Dito kembali mencium rambut Alta dan mengusapnya lembut. "Nggak jadi mandi?" tanyanya lagi.

BETWEEN YOU & USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang