Lagi..... Ok.
Simak ya....Sang surya mulai memancarkan sinar jingganya, petanda siang akan berganti malam, burung burung berarak kembali keperaduan.
Dua remaja sedang beriringan melangkah di pinggiran desa, remaja beda surai itu tampak asik berbincang. Mereka adalah putra dari Hokage ke Tujuh dan putri dari sang sahabat Uchiha Sasuke dan Uchiha Sakura.
"Kau tahu, Sarada. Touchan ku belakangan ini aneh..."cerita sang anak Hokage.
"Mungkin ada masalah rumit yang dipikirkan paman Hokage. Kau tahu jadi Hokage itu tidak mudah, karena itu orang bodoh seperti mu tidak akan mampu jadi hokage."
Pernyataan Sarada langsung mendapat deathglare dari Boruto."Mau sehebat apapun menjadi hokage itu, aku tetap tak berminat. Aku lebih baik menjadi shinobi seperti paman Sasuke. Apa kau tidak bangga dengan ayahmu?" Tanya Boruto sambil menaikan kedua alisnya.
"Haaahhh" desah panjang Sarada sebelum kemudian berkata, " tentu saja aku sangat bangga. Papa adalah pahlawan bagi desa juga bagi aku dan mama. Menurut cerita perjuangan papa untuk sampai sekarang adalah perjuangan panjang penuh derita.|bahkan aku pun tak kan mampu bertahan seperti papa, jika itu terjadi padaku." Sarada mengambil jeda sebentar. " tapi menjadi hokage itu adalah impianku. Aku ingin melindungi seluruh desa dengan menjadi hokage."
"Hm. Sarada apa kau tidak kesepian selama ini?"
"Hey ... apa maksudmu kesepian? Papa Mama semua ada bersamaku sekarang."
"Yah, aku tahu. Tapi bibi Sakura selalu sibuk di rumah sakit, paman Sasuke selalu pergi misi, ya, walau misinya sekarang jangka pendek" Boruto menghentikan langkahnya, meraih bahu Sarada untuk menghadapnya. " kau tahu bermain dengan Hima-chan di rumah itu sangat menyenangkan?" Tanyanya kemudian yang lebih seperti sebuah pernyataan, Boruto pun melangkah kembali.
'Benarkah punya adik itu menyenangkan?' Batin Sarada sambil terus berjalan menyamakan langkahnya dengan Boruto.
Di simpang jalan mereka berpisah jalan menuju kediaman masing masing
***
"Tadaima .... " teriak Sarada sambil melepas sepatu dan meletakannya di rak sebelah pintu.
"Okaeri...sayang" sahut dua orang beda gender bersamaan. Tak disangkah ayah dan ibunya sudah berada di rumah.
Sarada berlari kecil menuju tempat suara berada. Dan langsung menerjang sang Ayah, tangannya melingkar erat di leher sang Ayah yang sedang membaca sebuah gulungan.
"Eh, kenapa dengan putri mama ini, hn?"Sakura beralih mendekat dan duduk disamping suaminya yang kini sedang di peluk Sarada. Sakura mengelus halus rambut putri semata wayangnya itu.
Wajah Sarada masih terbenam di lekukan leher Sasuke, menyesap aroma maskulin ayahnya. "Aku ingin adik ... " katanya yang sontak membuat Sasuke dan Sakura tersenyum.
"Hn?" Sasuke melepas pelukan Sarada agar dapat menatap wajah Sarada. Dua pasang onyx itu pun bertemu.
Seolah mengerti arti 'hn' ayahnya dia pun melanjutkan perkataannya."kata Boruto, bermain dengan adik di rumah itu menyenangkan."
Sakura menatap Sasuke seperti memberi kode. "Ok. Sayang, apa Sarada sudah merasa mampu untuk melindungi seorang adik,?" Tanya Sakura lembut.
Sarada menundukan wajahnya, pikirannya ke masa dimana dia merasa tak berguna saat ibunya diculik dan akhirnya adiknya meninggal. Apa dia mampu? Menjaga adiknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
UCHIHA'S (END)✔
FanfictionBerlatar setelah peristiwa penyerangan Momoshiki dan Kinishiki saat ujian chunin di Konoha, Uchiha Sasuke melakukan perjalanan misi lagi dan merasakan chakra besar akan menyerang Konoha, dan firasat buruk tentang keluarganya.Apa sebenarnya firasat i...