...................
Satu Minggu telah di lewati Dewi dengan susah payah dan penuh perjuangan. dia kini sudah menyelesaikan UNnya dan sebentar lagi dia akan menerima kelulusan.
Ya, hari yang sangat di tunggu-tunggu Dewi dan kawan-kawannya sejak lama, sekaligus hari-hari yang sangat mereka ingin hindari karena rasanya baru kemarin mereka mendaftarkan diri ke SMP ini, tau-tau hanya menunggu beberapa minggu lagi mereka sudah mau berpredikat sebagai "alumni" di SMP ini, dan tentu saja akan berpisah dengan semua teman, sahabat, guru, dan jugaa.. "Mantan".. #eehh..
Dewi, Zahra, Ana, dan Aisyah sedang duduk-duduk di taman sekolah yang lumayan ramai.
Ada yang sedang bersenda gurau dengan teman-teman lain, ada yang sedang duduk sendiri dengan bermuram durja, dan tentu saja ada yang sedang mojok dengan pacar "kerbau" mereka masing-masing, dan terlihat juga guru-guru yang sekedar istirahat di sana mengingat anak kelas IX sudah masa tenang karena sudah terbebas dari belenggu yang namanya "Ujian Nasional""Wi, jadi lo serius pengen ke SMAN 1 Cisuka itu gara-gara cowo yang waktu itu lo temuin, meski cuman sekali doang?" tanya Zahra
ya, mereka memang tidak bisa menyimpan rahasia satu sama lain, dan kalaupun mereka merahasiakan sesuatu, pasti di antara mereka akan bertanya terus menerus sampai yang bungkam pun akan menampakan isinya secara terpaksa, sengaja, ataupun tidak sengaja. Tapi lebih lega siihh.. Daripada di pendem terus kaann?
"Ga tau lah gue Ra, rasanya gue ga bisa lupain tuh cowo. Pokonya beda banget sama perlakuan gue ke cowo-cowo lain yang gue taksir"
"Namanya siapa sih Wi? Ko perasaan, gue ga pernah denger lo nyebut nama si cowo itu, pengen banget jadi misterius" Ana menimpali
"Kepo lo"
"Sebenernya lo tau ga sih nama dia? Apa jangan-jangan lo juga ga tau lagi?". mereka pun terkekeh mendengar pertanyaan Aisyah
"Kalo sekarang emang gue ga tau nama dia, tapi so' pasti kalo gue udah satu sekolah sama dia, sekuat tenaga gue bakalan nyari tau namanya dan bahkan kalo bisa jadiin dia pacar gue"
"Ya Allah Wii.. ga berubah-berubah lo dari dulu begitu aja" timpal Ana
"Ya abis mau gimana lagi? Malah justru bagus donk dengan adanya cowo itu, jadinya gue giat belajar dan banyak lagi hal positif yang lainnya juga. yaahhh.. walaupun nama dia masih jadi misterius dalam hidup gue. Kebayang kan kalo dia jadi cowo gue, so' pasti gue bakalan bahagia banget. Tau sendiri gue sekarang ini kalo mau sholat aja harus di paksa ibu dulu, gue juga butuh penyemangat lain soobb, apalagi kalo dia jadi imam gue.. ooohhhh.. bahagianyaa" jawab dewi dengan di akhiri dengan memeluk Ana dengan sangat dramatis, dan membuat ketiga sahabatnya memalingkan wajah menirukan gaya mau muntah.
"oooyyy inget umuurr.. emang lo mau apa deket-deket ini nikah? umur aja masih 14 loo.. hayalan lo kejauhaaannn" ledek Zahra
"Oooyyy... fikiran kalian tuuhh yang kejauhan.. gue bilang buat jadi imam gue, tapi gue juga ga bilang sekarang-sekarang kelleess... pikiran kalian ini loohh.. lebih aneh daripada pikiran alien sekalipun.. hahahhaha"
Mereka pun masih saling melempar ejekan dan sesekali tertawa bersama.
***
Sepulang mengaji di mushola yang di pimpin oleh uwa Dadan seperti biasanya, Dewi pulang dengan tergesa, dia ingin cepat-cepat bisa pergi ke sekolah untuk mengetahui hasil dari sekolahnya selama 3 tahu ini.
Rasya yang mengekori Dewi dan beberapa kali berteriak pada adiknya dan memperingatkan Dewi untuk tidak berlari, di karenakan Rasya takut kalau adiknya jatuh, dan hasilnya nihil, Dewi tetap saja berjalan dengan cepat dan sesekali berlari untuk pulang ke rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah dan Cinta yang harus di relakan
ДуховныеDewi seorang gadis biasa yang pernah berbuat dosa dengan menjalani "pacaran" hingga akhirnya dia tersadar dan mungkin mendapat hidayah Allah yang membuat dirinya harus memilih antara "cinta" atau "hijrah"