Prolog
Australia - Sydney
Sydney Opera House
Dari dalam gedung, sorakan histeris penonton yang jumlahnya ribuan membuat jantung seperti detakkan bom yang siap meledak. Rasa ragu pun merasuk ke dalam tubuh layaknya deras arus air terasa mengalir dari ujung kepala hingga ujung kaki. Raut wajah bahagia penuh harapan tergambar jelas dari sikap mereka masing-masing. Keadaan hati tak tentu bercampur aduk menjadi satu. Ia dan teman-temannya tak pernah menyangka bisa melihat Australia secara langsung. Dan beruntungnya lagi mereka berada langsung di dalam gedung yang menjadi salah satu ikon kota Sydney.
Gedung Sydney Opera House. Gedung ini telah menjadi ikon kota Sydney bahkan Australia. Gedung ini terletak di Bennelong point berdekatan jembatan Sydney Harbour yang menjadi pembelah antara Sydney dan Sydney utara. Bagi jutaan turis yang datang, gedung ini memiliki daya tarik tersendiri yang memiliki bentuk seperti cangkang dengan keramik putih cemerlang. Atap gedung seolah mengambarkan layar kapal yang kembang, nampak serasi dengan letak gedung yang berada di pinggir laut. Selain sebagai objek pariwisata gedung ini juga menjadi tempat berbagai pertunjukan musik, teater dan berbagai seni lainnya.
Hari ini adalah hari pertama bandnya perform di pentas yang besar dan megah. Bukan itu saja, kami semua patut berbangga hati mewakili Negara Indonesia bersama band dalam negeri lainya. Ini adalah acara musikal terbesar di tujuh negara yang diadakan di Negara Australia, yang pastinya akan banyak sekali disorot oleh stasiun televisi. Banyak pula band-band terkenal dari mancanegara yang akan berkolaborasi dengan band dari negeri Kanguru. Mereka juga ditemani penggemar berat mereka, sebentar lagi ingin satu panggung perform bersama.
"Cepatan loe ganti baju sana, melamun aja! " ujar salah satu dari temannya.
"Iya bentar, ini gue mau ganti baju." Jawabnya sambil terburu-buru.
Ia meraih tas yang tergeletak di lantai, membuka tas tersebut kemudian mengambil sebuah baju ganti. Tak sengaja jarinya menyentuh bingkai foto yang juga berada di dalam tas. Secara perlahan - lahan ia mengeluarkan foto dengan penuh perasaan. Tampak jelas sebuah ekspresi kebahagiaan, ia dan teman-teman bandnya yang terdiri dari enam orang. Sontak matanya mulai berkaca-kaca. Ia mengingat kembali satu temannya, seorang gitaris rhythm yang tidak lagi melengkapi performance band mereka. Sejenak waktu seakan berbalik hingga mengantarkannya kembali ke masa lalu, jauh sebelum ia menginjakkan kaki di Negara Australia.
KEHIDUPAN
Indonesia - Jakarta
"Pergi loe!" teriak salah seorang lelaki dari dalam mobil.
Ia adalah satu dari puluhan pengamen jalanan di kota Jakarta. Diusir, diludahi atau pun dihina adalah bagian dari kesehariannya. Udara kotor dari knalpot kendaraan sesekali menerpa wajahnya. Terik matahari sore yang kala itu terasa panas seakan membuat kulitnya melepuh. Baginya itu sudah suatu hal yang biasa berjuang untuk menyambung hidup di kota sekeras Jakarta. Tak pernah sedikit pun terpikirkan dalam benaknya akan memikul beban yang begitu berat. Mungkin ini adalah suatu ujian bagi ia dan ibunya. Ia percaya jalan Tuhan pasti akan lebih indah daripada yang diharapkan.
"Der! Bengong aje loe, kenape?" tegur Reza memukul pundaknya.
"Gue baru dapat segini Za," balasnya memperlihatkan uang receh di dalam bungkusan permen.
"Yang lain pada kemane ye?"
"Gue juga nggak tau, ngamen di angkutan kota kali."
"Yaudeh nyok kite ngamen gi. Yaelah loe bro lemas amat! Yang semangat dong!"
YOU ARE READING
Setitik harapan yang tersisa
Non-FictionTentang seorang anak yang berjuang keras untuk meraih mimpinya walaupun jatuh terus-menerus di timpa setiap macam permasalahan.