Selesai sholat Difa merapikan mukenanya dan kembali kekelas.
"Dif", panggil seseorang.
Difa menoleh untuk mencari sumber suara itu."Eh Kak Rifki, ada apa?"
"Tadi gue disuruh bu Tri buat panggil lo, nanti semua ketua kelas dan wakilnya kumpul diruang aula."
"Oh gitu, jam berapa?"
"Nanti abis istirahat."
"Oh oke. Makasih infonya gue balik kekelas dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
Difa segera menuju kelas, ternyata sampai dikelas teman-temannya masih mencatat. Begitu pun Iqbal yang masih betah duduk di kursi Syifa.
"Bal, nanti abis istirahat kumpul di aula."
"Kata siapa lo?"
"Kata Kak Rifki."
"Wahh lo gak jadi sholat malah ketemuan sama Kak Rifki?" Ucap Caca.
"Ya jadi lah, tadi gue ketemu didepan mushola."
"Lah Kak Rifki sholat disitu juga?"
"Iya lah, orang dia jadi imam."
"What? Lo udah diimam'in Kak Rifki?"
"Alay deh lo, Kak Rifki kan jadi Imam buat banyak orang bukan gue doang."
"Wahh jangan-jangan lo sholatnya gak khusu' malah salfok ke imamnya."
"Enak ajah. Enggak lah."
"Besok gue sholat disini ah siapa tau imamnya yang lebih keren dari Kak Rifki."
"Ck, sholat tuh harusnya karna Allah bukan karena imamnya keren."
"Hehe. Iya deh iya."
"Brisik ae ni cewek dua. Kuping gue budeg ni." Ucap Iqbal sambil menutupi telinganya.
"Siapa suruh lo duduk disitu Bal."
Bel tanda masuk berbunyi dengan nyaring. Artinya sudah waktunya ketua kelas berkumpul.
"Yukk Bal keaula nanti telat. Gue sih paling anti kalo telat."
"Lo ngajak gue? Tumben."
"Jangan geer deh, gue cuma males nanti ditanya-tanya soal lo."
"Bilang ajah pengin bareng gue. Yok lah."
Difa dan Iqbal menuju keruang aula. Mereka berjalan bersisihan.
"Hay Dif."
Kak Rifki datang dan langsung berdiri diantara Difa dan Iqbal."Hay Kak."
"Biasa ajah dong gak usah geser-geser orang segala", sindir Iqbal.
"Eh sorry-sorry."
"Dasar ketos sok ganteng", ucap Iqbal lirih sehingga hanya dia dan Allah yang mendengarnya.
"Yuk Dif buruan nanti telat."
"Yuk Kak."
"Oh, gue gak dianggep. Yodah lo berdua ajah biar gue balik kekelas."
Iqbal berbalik arah hendak melangkahkan kakinya, namun tangannya ditahan oleh seseorang."Udah Dif gak usah hentiin gue, gue mau kekelas ajah."
"Hahahaha. Drama banget lo Bal, lagian bukan gue yang pegang tangan lo kali."
Iqbal lalu berbalik melihat tangannya yang ternyata dipegang Kak Rifki. Sontak Iqbal melepas tangannya kasar.
"Ih amit-amit. Lo pegang-pegang tangan gue?"
"Eh gelo. Siapa juga yang pengin pegang-pegang tangan lo. Lo harus ikut ke aula. Kasian nanti Difa pasti suruh nyariin lo."
"Iya bacot lo ah, gak asik."
"Ish Bal jangan ngomong gitu napa."
"Belain dia ajah terus Dif, mending gue jalan sendiri."
Iqbal mempercepat langkahnya meninggalkan Rifki dan Difa."Maafin dia ya Kak. Kalo lagi kumat emang gitu."
"Iya gak papa. Dia tuh pacar lo?"
"Hahhh!!!", Difa membelalakan mata belonya. Mungkin jika ia sedang makan ia bisa mengeluarkan seluruh makanan dari mulutnya.
"Bukan lah Kak. Dia tuh temen gue dari SD. Bahkan bisa dibilanh musuh bubuyutan."
"Bagus deh."(uppss)
"Hah bagus?"
"Eh kagak-kagak. Ayok cepet."
Kini Difa dan Rifki sudah berada di aula. Mereka menempatkan diri ditempat masing-masing.
"Assalamualaikum, siswa-siswi ketua kelas dan wakil kelaa baru SMA Pertiwi." Sapa Kepala Sekolah.
"Waalaikumsalam."
"Bapak mengumpulkan kalian disini adalah untik mengumumkan beberapa ekstrakulikuler yang ada di SMA tercinta ini. Diantanranya ada basket, voly, musik, theater blablablabla."
Rifki Pov
Gue dengerin pidato alias ceramah Kepala Sekolah dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya *ehh.
Jujur, gue lebih suka kumpul-kumpul kayak gini dari pada dikelas. Gie udah terlalu pinter untuk ikut pelajaran. Ehh, lo lo pada jangan niru yee.
Apa lagi didepan sana ada Difa, gue makin betah dah disini.Difa tuh cantik, imut, manis, lucu, ya walaupun sedikit jutek kayaknya. Gue gak tau kenapa hari-hari ini pikiran gue agak somplak. Setiap gue mau baca buku ada Difa didalem tuh buku. Mau tidur ada Difa juga dilangit-langit kamar gue. Pokoknya gitu deh. Lo semua pasti pernahkan ngrasain gitu? Ngaku dah.
Gue termasuk kategori cowok keren di SMA tercinta ini, itu sih kata cewek-cewek ya kata gie juga. Ehh.
Lanjut pembahasan.
Gue masih penasaran siapa sih Iqbal-Iqbal itu sebenernya. Dia kayaknya suka deh sama Difa. Eh apa urusannya sama gue, toh Difa bukan siapa-siapa gue, gue bukan siapa-siapa Difa, Difa juga bukan siapa-siapa gue (kok jadi bolak-balik sih . Efek UAS😂😂).
Gue terus saja berargumem dengan diri sendiri sampai gue gak nyadar kalo Kepala Sekolah sudah selesai ceramah gue pun segera menutup acara ini, jujur gue gak dengerin semua yang Kepala Sekolah omongin.
__________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma DARE?
Teen FictionSemua berawal dari MOS yang kurang menyenangkan, Ditambah para OSIS yang senang melihat adik kelasnya susah.. Bagaimana kah nasib seorang gadis jutek bernama Adifa?