"AAAAAA." Suara Shinta dan Fardin membuatku terbangun. Aku segera melihat hpku dan ini masih jam dua, tandanya aku baru tidur 3 jam! Aku memasang wajah kesalku, karena aku jika sudah terbangun akan sulit lagi untuk tidur.
Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kamar dan ke ruang tamu. Hanya Rifan, Adit, dan Ibab yang masih terbangun. Aku duduk disebelah Ibab masih dengan muka beteku.
"Kenapa sih bab? Berisik banget."
"Itu adadah vir pokoknya. Serem."
"Ya tapi gausah teriak juga. Gue kalau udah bangun kan susah tidurnya."
"Yah lo ga ngerasain aja vir." Benar juga, batinku.
"Iya sih. Nonton film aja bab." Aku mengalihkan pandanganku ke arah laptop dan melihat satu persatu film yang ada di laptop milik Rifan.
"Frozen bab frozen!" Pintaku dengan excited.
"Iyaa ya frozen aja, lagunya enak." Ibab mulai membuka folder yang berisi film frozen.
"Gamau, jangan frozen apa." Suara Adit membuatku menoleh ke kanan dengan wajah kesal.
"Ih frozen aja! Do you wanna build a snowmann c'mon lets go and play!" Kataku tidak mau kalah.
"Iyaa iya." Dengan muka terpaksa akhirnya kita bertiga sepakat untuk menonton frozen. Sementara Rifan sudah kembali ke alam mimpi.
Sepanjang film kita bertiga tidak berhenti mengomentari semua yang ada dalam film. Terlebih aku dan Ibab, terkadang kita ikut bernyanyi bersama Anna dan Elsa.
Adit mengambil bantal dan mulai menyiapkan posisi untuk tidur di sofa sebelahku, tapi tak lama Adit kembali membuka matanya.
"Ngantuk. Tapi gabisa tidur." Mata Adit sudah sayu, ia sudah menguap berkali-kali. Aku merasa kasihan padanya.
"Mau di mainin rambutnya? Katanya kalau di mainin rambutnya lo ngantuk kan?" Memang mengejutkan aku melakukannya karena kasihan melihat Adit tidak bisa tidur, selain itu tidak ada salahnya bukan membantu teman?
"Boleh deh vir." Tanganku mulai menyentuh rambutnya dan memainkannya. Mata Adit mulai terpejam. Lucu, batinku. Adit terlihat seperti bayi yang sedang tertidur, sangat damai dan polos.
***
Kejadian pagi tadi, membuatku kembali tersenyum kecil membayangkannya. Masih teringat jelas dalam ingatanku muka Adit yang tertidur lucu seperti bayi.
"Yuk vir keluar, udah kan?"
"Iya udah, yuk shin." Saat ini aku sedang berganti baju bersama Shinta karena kita akan berenang. Aku mengambil handuk dan menaruh baju kotor kedalam plastik yang aku bawa.
Kita berdua naik keatas menuju kolam renang, airnya yang dingin membuat beberapa anak kelas memilih tetap berada di tepian kolam karena tidak kuat. Entah kenapa aku merasa saat berenang aku selalu merasa semakin dekat dengan Adit.
Setelah setengah jam menghabiskan waktu di kolam renang aku dan Shinta memutuskam untuk mandi terlebih dahulu karena takut nantinya kamar mandi penuh.
Selesai berenang kita semua berkumpul di ruang tengah dan mengobrol. Beberapa anak memutuskan untuk tidur. Aku berada didepan laptop dan mengutak-atik laptop Rifan melihat foto-foto kelas 10. Didalam foto itu terdapat Rifan dan Adit, rambut mereka berdua botak. Aku segera mengambil hpku untuk memotret foto tersebut, saat aku mengambil gambarnya Rifan menutup mukanya dengan tangan sehingga gambar yang muncul hanya muka Adit dengan kepala botaknya.
Siang ini entah mengapa aku merasa aku dan Adit semakin dekat.
***
Aku berjalan beriringan bersama Adit. Membawa barang-barang yang kita butuhkan untuk membakar ayam malam ini ke luar.
"Lo mau nanya apa sih dit? Jangan bikin penasaran deh." Aku menatapnya dengan intens.
"Gajadi nanya deh vir." Ucapannya tadi membuatku kesal.
"Cepet ga mau nanya apa. Gue udah kepo woy."
"Hm jadi gini, lo sama Ari pacaran?"
"Gak ya ampun, dapet gossip darimana lo?" Aku memasang muka kesalku. Huh kenapa Adit bisa kepikiran sampai sejauh itu.
"Oalah gue kira jadian. Abis dia nitipin lo ke gue sama Kentung." Adit terkekeh mendengat jawabanku.
"Iya gatau sebel juga sih dititipin gitu emang gue barang."
"Haha sabar vir sabar." Kami berdua melanjutkan perjalanan sampai ke tempat pembakaran ayam. Aku duduk disebelah kanan bersama yang lain sementara Adit menata barang-barang yang dibutuhkan.
Adit menitipkan hpnya, saat bakar-bakaran. Aku mulai membuka linenya. Ternyata Adit yang aku kira memiliki banyak gebetan hanya chat dengan satu cewek, sahabatnya, Vina. Aku membuka chat room antara Adit dengan Ari. Aku membaca pesan tersebut satu persatu dengan wajah murung. Tak lama kemudian, ayam nya sudah jadi. Dengan bumbu seadanya ayam ini terasa enak.
Kita semua kembali ke Villa setelah selesai. Banyak yang masih merasa lapar dan mereka memutuskan untuk mencari makanan di luar. Sementara aku hanya menunggu didalam villa karena terlalu malas untuk keluar. Aku duduk di sofa bersebelahan dengan Adit sambil memakan snack sambil mengobrol tentang apapun tak terkecuali Ari.
Tiga tahun aku dan Adit berada di sekolah yang sama namun kita berdua baru saling mengenal kelas 12 karena sekelas. Adit adalah teman mengobrol yang menyenangkan, berlama-lama mengobrol dengan Aditpun tidak akan terasa.
Tidak lama kemudian, teman-temanku yang membeli makanan sudah kembali dan membawa satu bungkus nasi goreng. Setelah makan ada yang memutuskan untuk tidur ada yang masih di ruang tamu. Tercetuslah ide untuk bermain 'tebak siapa'. Jadi, kita harus menirukan gaya bicara, ekspresi wajah, dan gerakan nama orang yang disebutkan. Kita semua yang masih terjaga membentuk lingkaran dan lagi-lagi tanpa disengaja aku duduk bersebelahan dengan Adit.
"Dewew bab." Ucap Firdha dan Apra.
"Nih gini-gini untung erte kalau erwe wewewewewewe." Ucap Ibab sambil menirukan gaya bicara teman sekelasku, Dewi. Kita semua tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya.
"Hoeekk." Kita semua kembali tertawa saat mendengarkan suara Gilang, teman sekelas, dari kamar mandi. Tak lama Gilang muncul dengan sarungnya dan mata mengantuknya.
"Berisik banget dah." Katanya sambil membenarkan sarung yang menyelimutinya.
"Gilang kaya bapak-bapak yang kalau nginep pake sarung gitu dah. Kerjaannya ngomelin anaknya dah yang belum tidur." Kita semua kembali tertawa mendengar ucapan Kentung, ketua kelas.
Setelah lelah akhirnya aku memutuskan untuk tidur dengan Firdha. Saat dikamar Firdha berbisik kearahku.
"Vir, Eka ikut nyusul sama anak tongkrongan yang lain."
***
Tbc
Dear Adit, aku gatau bahasa aku gimana ancur banget ya wkwk:( semoga kamu suka cerita tentang kita walaupun kamu juga yang ngalamin. Sorry kalau percakapannya ada yang salah-salah gitu, tandanya aku lupa HEHE. Lots of love.
-unicorn
KAMU SEDANG MEMBACA
1428 Bittersweet
Non-Fiction"Sometimes, a bitter love can be so good. It's like a coffee with a rainbow mood." • based on true story •