Short Conversation

204 4 0
                                    

Setelah sampai di halaman rumah, aku segera menuruni mobil. "Thanks for this morning, Alex, aku seneng deh bisa jalan sama kamu. Walaupun ada sedikit tragedi", kataku. Aku tidak menyangka bahwa akan mengatakan 'aku seneng bisa jalan sama kamu' .

"Its OK. Syukurlah kalo kamu suka. Tentang tragedi tadi, kamu harus move on bor.", Alex bergaya ala-ala rapper. "Ya sudah. Aku pulang ya. Bye!", sambung Alex. "Bye! Take care Alex", jawabku melambaikan tangan kearah kaca mobil lamborghini yang masih terbuka.

❤❤

"Assalamualaikum,ibu" . "Waalaikumsalam. Darimana?", tanya ibu ketus. "Cafe,bu", jawabku sambil melepas sepatu sport. "Itu tadi temen kamu? Kok ibu nggak pernah liat?", tanya ibu masih dengan nada datar.

Ibu memang tidak suka jika aku berdekatan dengan orang yang belum beliau kenal. Sebenarnya bukan tidak suka, tapi ibu hanya berwaspada saja.

"Iya itu Alex bu, temen PMR aku", jawabku. "Oh. Chinese?", tanya ibu. "Yap?", jawabku sambil mengedikkan bahu. "Kamu harus berhati-hati Von, selidiki dulu apa latar belakang dia ingin dekat denganmu", Ibu menatapku dan pergi ke dapur. Aku hanya memikirkan dan berusaha mencerna kata-kata yang baru diucap oleh ibu.

❤❤

Kret! Pintu kamar terbuka. "Astaghfirulloh Mba Okta masih bobo", aku menggelengkan kepala dan mematika lampu kamar yang masih menyala padahal suasana diluar sudah terang karena sekarang sudah memasuki pukul 07:00 .

"Hoam. Eh kamu Von udah bangun. Baru jam lima kok", kata Mba Okta sambil menguap dan mengucak matanya. "Buset dah jam lima nenek lu dari Hongkong! Jam tujuh mba. Bangun gih. Gadis kok jam segini belum bangun", kataku sambil memukulkan bantal ke Mba Okta.

"Apa? Jam tujuh? Kok lu nggak ngebangunin gue sih. Tega lu ah!", Mba Okta melipat tangannya didepan dada. "Ngga sempet", jawabku sambil duduk disamping Mba Okta dan tersenyum membayangkan kegiatan tadi pagi bersama Alex.

"Gaya lu ngga sempet ngapain? Palingan bangun tidur kau terus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kau tolong ibu, membersihkan tempat tidurmu, bantal guling bau pesing!", Mba Okta menempatkan sisir didepan mulut bak Shawn Mendes yang sedang konser.

"Kagak ada receh. Kagak usah ngamen dah lu!", kataku menutup telinga. "Ih elu mah. Nih serius. Emang apa yang lu lakuin ampe ngga sempet bangunin gue?", tanya Mba Okta serius.

"Hm. Gue abis jalan", jawabku tersenyum. "Beh. Sama sapa? Ayah?", tanya Mba Okta. "Bukan lah", jawabku. "Eum. Ibu?", tanyanya lagi. "Ya..ya..tidak..tidak..bisa jadi..bisa jadi", jawabku.

"Serius elah!", kata Mba Okta. "Iya deh. Gue abis jalan ama Alex! Tuh puas.", jawabku. "Cie pagi-pagi udah pacaran.", goda Mba Okta.

"Apaan sih mba. Mandi sanah. Bau tau", jawabku sambil melemparkan handuk. "Apa lu kata? Gue bau? Ah elu kalo ngomong suka bener deh. Yadah gue mandi."

❤❤

Pukul 16:00 aku dan Mba Okta menetap dikamar untuk menonton drama Korea. Ibu dan ayah pergi berbelanja di Plaza Purwokerto, untuk itu aku hanya berdua dengan Mba Okta.

Ponselku berbunyi. Terdengar ringtone khas 'SNSD-GEE'. Belum sempat aku melihat eh ponselku sudah disambar Mba Okta.

"Ooh ohh ohh Alex. Tau deh yang baru jadian. Baru aja tadi pagi ketemu udah kangen kangenan. Eak!", goda Mba Okta. Ponselku masih berada ditangannya. "Apa sih mba sinihin handphone gue.", aku berusaha merebut ponselku dari tangan Mba Okta.

"Eits kagak bisa. Biar gue angkat sinih. Itung-itung kenalan sama calon adik ipar. Wk!", Mba Okta terkekeh kemudian dia menggeser tanda telepon berwarna hijau (ke kanan) yang bertanda menerima panggilan.

"Iya hallo, dengan siapa dimana?", ucap Mba Okta asal. "Ivona. Masa kamu lupa sih, ini aku, Alex, cowo ciptaan tuhan yang paling tampan loh", jawab Alex tak kalah ngawur.

"Ciah PD banget nih cowo.", kata Mba Okta sambil memalingkan ponselku dari mulut agar Alex tidak mendengar pembicaraan.

"Von, Ivona?", panggil Alex. "Iya hallo. Kenapa Lex?", akhirnya aku berhasil merebut ponselku. "Itu tadi siapa kok aneh gitu?", tanya Alex heran. Aku hanya tertawa geli melihat tingkah Mba Okta tadi.

"Ahaha lu dikatain aneh mba", aku menghadap Mba Okta yang berdiri dibelakangku. "Wah sialan nih bocah. Bau kencur juga belagu banget. Laper ah. Gue turun ya. Puas-puasin noh telepon sama pacar baru.", Mba Okta menjitak kepalaku kemudian keluar dari kamar.

"Oh tadi kakak aku. Maafin ya. Emang rada-rada aneh. Wkwk", kataku. "Iya nggapapa kok, Von", jawab Alex. Sumpah demi apapun suaranya merdu kaya bapak bapak.

"Kenapa nelfon, Lex? Kangen ya? Cie.", godaku. Jujur, baru pertama kali aku berani menggoda lelaki. "Dih GEER kamu. Oh ceritanya udah berani nggoda nih", ledek Alex.

"Apaan sih. Emang ada apa kamu nelfon?", tanyaku serius. "Eum cuma mau nanya aja, gimana kelanjutan hubungan kamu sama si Agung itu?", tanya Alex tiba-tiba.

Jleb! Seketika hatiku serasa tertusuk mengingat kejadian tadi pagi. Apa maksudnya Alex bertanya seperti itu?, "Hallo, Vona? Kenapa diam?", tanya Alex heran. Aku masih terdiam. "Vona, maafkan aku jika menurutmu aku sudah mengungkit kejadian tadi pagi. Tapi bukan itu maksudku. Aku hanya sekedar bertanya saja. Sungguh", jelas Alex.

"Engga papa kok, Lex. Aku juga udah lupain itu semua.", maaf Lex, aku berbohong, ucapku dalam hati. "Bagus lah kalo kamu udah lupain. Terus kelanjutannya bagaimana?", tanya Alex kekeuh.

"Aku putusin dia. Yap! I'm free now. Houh!", aku mengembuskan nafas lega. "Asik. Vona jomblo!", seru Alex.

"Jahat ih kamu temen sendiri jomblo malah dikatain asik.", kataku. "Emang asik kok. Aku jadi bisa lebih deket sama kamu tanpa ada larangan dari siapapun." jawabnya riang.

"Maksudmu apa Lex?" tanyaku bingung dengan semua ini.

BERSAMBUNG
Salam,🙏

My Junior High School StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang