6. It's Crazy

228 12 1
                                    

Makan malam berjalan sangat menyenangkan dan tentunya membuatku merasa nyaman.

Meski awalnya aku sempat merasa canggung dengan perkataan yang di lontarkan oleh tante Siska yang ingin menjodohkanku dengan Shin.

Tetapi aku menganggap hal itu hanya lah candaannya saja. Sangat tidak mungkin hal itu terjadi. Mengingat perbedaan jauh diantara Shin dan aku.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Dan malam kian larut. Sudah sepantasnya aku pulang.

"Terima kasih ya tante untuk makan malamnya. Kalau begitu saya izin pulang dulu". Ujarku kepada tante Siska.

Aku merasa nyaman dengan tante Siska, sehingga sebelumnya kami sempat bertukar nomor handpone untuk saling contact.

"Sama-sama sayang. Kau bisa datang kemari kapanpun kau mau. Oh yaa kalau tante boleh tau kau pulang naik apa??". Tanya tante Siska padaku.

"Saya naik taksi tante". Jawabku pada tante Siska.

"Heii itu berbahaya sayang, lagian ini sudah mulai larut". Tante Siska terlihat begitu khawatir terhadapku.

"Gak papa tante. Dizta uda biasa kok". Ucapku padanya.

"Enggak sayang. Shin yang akan mengantarmu pulang". Ucap Tante Siska tak terbantahkan. "Kamu mau kan Shin mengantar Dizta??". Tante Siska melirik kearah Shin.

Shin hanya mengangguk masih dengan ekspresi datarnya.

Aku sungguh merasa tidak enak dengan Shin. Yang harus repot-repot mengantarku.

Dan ya... Sesuai dengan permintaan tante Siska sebelumnya. Kami pun berada di dalam sebuah mobil yang sama dan tentunya dikendarai oleh Shin.

Suasana di dalam mobil begitu hening. Aku yakin Shin sebenarnya enggan mengantarku. Tetapi, disisi lain. Dia juga merasa tidak enak untuk menolak permintaan tante Siska yang menyuruhnya mengantarku sampai rumah.

Suasana hening pun menyelimuti kami. Shin begitu fokus melihat ke arah jalan. Perjalanan ini sungguh membuat jantungku berdetak dengan kencangnya.

Entah mengapa hayalan gilaku dengan tidak tahu dirinya menghampiriku. Saat kebersamaanku dengan Shin.

Aku berusaha membuang hayalanku terhadapnya. Karena sangat tidak mungkin pria setampan dan sesempurna Shin bisa mencintai wanita sepertiku ini.

Mobil Shin berhenti tepat di depan rumahku.

"Hmmm". Aku berdehem untuk mengusir kecanggunganku padanya. "Terima kasih karena kau telah mau repot-repot mengantarku". Aku melemparkan senyuman tipis padanya.

Shin mengangguk singkat.

"Itu bukan masalah sama sekali. Kalau gitu, aku pulang dulu". Shin kembali masuk kedalam mobilnya.

Saat mobil Shin mulai bergerak. Aku melambaikan tanganku untuk mengisyaratkan sampai jumpa padanya sambil berdiri di tempat. Sampai mobil yang di kendarai oleh Shin tidak terlihat lagi.

"Huft..". Helaan nafas keluar dari bibirku begitu saja. "Aku harus membuang jauh-jauh harapanku untuk bisa bersamamu". Batinku.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Pekerjaanku begitu banyaknya minggu ini. Dan membuat seluruh badanku semuanya terasa lelah. Rasanya aku ingin segera cepat-cepat pulang kerumah untuk beristirahat.

Sebuah mobil mewah terparkir di depan rumahku dengan manisnya.

"Mobil siapa ini??". Aku bertanya-tanya dalam hati.

Tanpa banyak membuang waktu. Aku langsung masuk kedalam rumah untuk melihat siapa orang yang sedang bertamu malam-malam begini.

"Assalamu alaikum". Salamku saat masuk.

Aku begitu terkejut melihat pria yang tengah duduk di kursi ruang tamuku.

Pria itu adalah pria yang selalu membuatku berusaha untuk menghentikan hayalan gilaku mengenainya.

"Apa yang kau lakukan dirumahku malam-malam begini Shin??". Tanyaku kepada pria yang sedang menatapku dengan tatapan tanpa ekspresi miliknya.

Ibuku keluar dari dapur dan langsung menyambutku.

"Aduh.. akhirnya orang yang ditunggu dateng juga. Shin dari tadi sudah menunggumu lo".

Aku menatap Shin dengan kening berkerut.

Seperti mengerti dengan kebingunganku. Shin membuka suara terlebih dahulu. "Maaf sebelumnya jika aku telah datang kerumahmu malam-malam begini. Ada yang ingin aku bicarakan padamu". Ujar Shin padaku dengan wajah serius.

Aku melirik  ibuku dan memberikan kode agar ibuku meninggalkan kami berdua.

Saat ibuku sudah pergi. Aku mengambil posisi duduk dihadapan Shin.

"Lalu Shin apa yang ingin kau bicarakan kepadaku, apa ada hal yang begitu serius ??". Tanyaku pada Shin.

Shin diam sesaat. Pria itu menarik nafasnya dan menghembuskannya secara perlahan. "Ibuku ingin aku menikah denganmu".

Ucapan yang barusan Shin lontarkan. Membuat jantungku seakan berdetak dengan liarnya. Ini merupakan hal yang sangat gila. Mengingat kami yang belum lama saling mengenal.

"Shin ini hal yang gak masuk akal.  Kita baru aja kenal. Dan mana mungkin bisa langsung menikah dengan begitu aja". Aku tidak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutanku lagi padanya.

"Aku tahu ini gila. Tapi, aku tidak punya pilihan lain". Wajah Shin begitu gusar.

"Mamaku sepertinya sangat menyukaimu. Bahkan hampir setiap hari dia selalu membahas tentangmu. Dan selalu mengatakan betapa bahagianya dia jika kau dan aku bisa menikah".

"Semua ini salahku. Sampai saat ini. Aku masih belum bisa membawa seorang wanita untuk bertemu dengannya".

"Aku tidak punya pilihan lagi. Selain mengiyakan permintaan gila mamaku. Terlebih lagi, Papa sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Dan hanya mama lah satu-satunya keluarga yang aku punya saat ini". Shin tertunduk lesu.

Shin kembali menatapku lekat. "Pernikahan ini hanyalah sebuah simbol. Sampai kau dan aku menemukan orang yang tepat. Aku berjanji selama pernikahan ini berlangsung. Aku tidak akan menyentuhmu tanpa seizinmu. Please Diz. Tolong pertimbangkan lagi masalah ini". Shin berucap dengan memohon.

Jujur aku merasa kasian padanya.  Karena aku juga merasakan apa yang tengah ia rasakan. Meskipun aku memang tidak pernah menjalin hubungan serius dengan seorang pria. Dan masih saja menunggu untuk menemukan pria yang tepat. Yang akan mencintaiku dan bisa hidup bersamaku.

Tapi, tetap saja aku merasa ini bukanlah hal yang tepat. Mengingat ini adalah sebuah pernikahan. Sebuah janji suci yang sakral dan aku juga tidak ingin bermain-main dengan hal ini.

"Aku akan memikirkan hal ini lagi Shin" ujarku padanya.

Meski aku masih belum memberikan jawaban yang diinginkannya. Shin sudah terlihat senang dengan jawabanku.

"Makasih Diz. Aku akan menunggu jawabanmu itu". Shin tersenyum tipis padaku.

*Thanks ya readers uda baca ceritaku, jangan lupa Saran dan masukkannya (●´∀`●)*

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang