06. Berkelana Ke Pesantren

122 27 7
                                    

Kita,dalam artian gue,Roy,sama si cempreng Nabila melanjutkan perjalanan menuju pesantren Aisha. Di dalam perjalanan,gue udah ngerasa pusing nggak karuan. Ditambah gue naik angkutan di siang bolong gini,uh.. rasanya gue mau muntah. Tetapi gue nggak bisa muntah seenaknya di depan mereka. Nanti gue bakal dijuluki Arya muntahan dong. Duh.. jangan ngebicarain soal muntah deh.. gue jadi pengen muntah beneran.

Setelah belasan menit kita dalam perjalanan,gue dan Roy akhirnya sampai,dan Nabila juga. Kita pun meminta izin untuk masuk ke dalam pesantren. Tetapi katanya,kalau mau manggil santrinya,santrinya sendiri yang harus keluar. Duh.. mati gue. Aisha kan marahan sama gue.

"Em,pak. Kita mau nyari Lintang." ucap gue pada pak ustadz.

"Lintang? Baiklah.. kelas berapa dia?" tanya pak ustadz.

"Kok Lintang sih Ar! Katanya kamu mau nemuin teman kamu?" Roy berbisik pada gue.

"Udahlah.. nanti gue jelasin panjang lebar. Sekarang,lo suruh Lintang keluar dulu. Oke.. bantu gue lah..." balas gue sembari berbisik pula.

"Dia udah lulus. Sekarang ada di asrama Mawar no. 2" jawab Roy pada pak ustadz tersebut.

"Baiklah. Kalian tunggu sini atau bisa langsung ke taman pengunjung. Lintang disuruh ke sini atau langsung ke taman?" sahut pak ustadz sekaligus tanyanya.

"Taman saja pak.." jawab Roy.

***

(Di taman pengunjung)

"Roy?" panggil Lintang sembari berjalan menuju arah kita.

"Hei.." jawab Roy singkat.

"Cie.. seng wes ketemu..." ledek Nabila yang dalam bahasa Indonesia berarti, "Cie.. yang sudah bertemu..."

"Em.. Tang. Kenalin,ini Arya. Temen aku. Arya,ini Lintang. Temen aku juga." ucap Roy dalam bahasa Indonesia.

"Biasa wae kali'. Rasah sok Indonesia barang." timpal Lintang.

"Hellah.. pisan-pisan." tukas Roy.

Gue cukup jadi pendengar setia mereka. Karena gue nol dalam bab berbahasa kaya' gini,jadi mau gimana lagi? Gue pun memperhatikan apa yang mereka obrolin meski nggak sepenuhnya gue ngerti. 15 menit lebih gue nggak ikut nimbrung satu kata pun. Karena gue merasa dikacangin,gue unjuk bicara.

"Lintang,sepertinya.. saya pernah denger nama kamu deh. Tapi dari mana ya?" kata gue mengalihkan pembicaraan mereka.

"Hah?? Mungkin,dari Roy." jawabnya menerka-nerka.

"Nah.. saya ingat. Kamu kenal Aisha? Pasti kenal dong.. kenal kan??" tanya gue.

"Aisha Rinailani kah?"

"Yap.. bener banget. Bisa tolong panggilin dia nggak?" pinta gue.

"Bentar ya.." balasnya sembari berjalan menjauh dari kita.

"Yah.. kenapa kamu suruh Lintang pergi?" Roy terlihat kecewa.

"Bentar doang.." jawab gue singkat.

Setelah beberapa menit kemudian,Lintang datang kembali bersama Aisha. Dan subhanallah.. Aisha berubah 180°. Dia tambah manis,tambah tinggi,tambah cantik,perfect deh. Tanpa basa-basi,gue pun menghampiri Aisha. Gue akan minta maaf padanya.

"Hai Sha.." sapa gue pada Aisha yang kini telah berada di hadapan gue.

"Kk..kamu? Ngapain sih ke sini?" tanya Aisha kebingungan.

"Ss..saya minta maaf Sha. Saya minta maaf. Sudah satu tahun lebih kita bermusuhan. Jadi sekarang.. saya mau minta maaf. Maaf ya.." ucap gue dengan suara yang bergetar.

Balada Jomblo NgenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang