a fanfiction with genres: family, fantasy, tragedy***
"Maaf.. Jin, tolong jaga adik-adikmu ya.." itulah kata-kata yang diucapkan oleh ibunya di rumah sakit, di saat bunga matahari bermekaran.
***
Pemuda itu selalu mengawali dan mengakhiri jadwalnya di kampus dengan senyuman yang lebar. Senyuman khas yang selalu menunjukkan serentetan giginya yang memantulkan cahaya matahari.
"Lihat! Itu Jin!" seru seorang laki-laki seraya menaikkan kacamatanya yang hampir melorot ketika melihat Jin melewatinya.
"Selamat siang, Jin oppa!" sahut seorang gadis setelah tahu Jin berada di tempat yang sama dengannya; lobby kampus.
"Siang semuanya," jawab pemilik nama itu dengan masih tersenyum lebar.
"Wah, senyuman malaikat!" timpal gadis lain.
"Peluk aku, Jin-ah!!" ucap seorang gadis yang mungkin sudah tergila-gila dengan pemuda itu.
Kim Seok Jin, mahasiswa fakultas hukum semester tujuh. Wajahnya selalu terlihat senang. Dia termasuk laki-laki yang populer di kampus. Kehadirannya selalu dikelilingi para gadis, bahkan para pria sekalipun.
"Jin, sudah mau pulang?" tanya teman yang tadi berada di kelas yang sama dengannya.
"Kita karaoke, yuk.." ajak temannya yang lain.
"Maaf, lain kali saja ya, girls.." jawab Jin dengan gaya yang sangat menawan.Jin memang tenar. Akan tetapi, dibalik ketenarannya, dia memiliki sisi lain. Mari kuperkenalkan ulang.
"Jimin! Taehyung! Jungkook!" panggil Jin yang berperan sebagai ibu rumah tangga, menjemput ketiga adiknya yang kembar identik, berusia empat tahun dan bandelnya tak tertolong.
"Hyung! Kenapa celat cemputnya? Tadi bu gulu bilang.." ucap Jungkook dengan suara cadelnya.
"Ya! Aku dulu yang ngomong! Hyung, besok jangan telat jemput lho!" potong Taehyung yang suka mencari perkara.
"Hyung, mereka berdua berantem terus." gerutu Jimin yang kesal melihat pertengkaran kembarannya, dia merasa yang paling normal.
"Ya! Ceritanya nanti saja! Pokoknya kita pulang dulu! Sore ini ada obral besar-besaran di pasar!" balas Jin dengan tidak santai.
"Hyung! Kenapa gicu!?" rengek Jungkook.
"Buruan nurut deh! Nanti kehabisan barang obral!"***
"Huuff..." Jin menghembuskan nafas, belum seberapa lega, karena ia –masih harus saling berebut barang obral dengan para ibu-ibu setelah mengayuh sepeda butut yang diganduli 3 tuyul kembar.
"Dapet balang oblal, hyung??" tanya Jungkook penasaran, tetapi Jin hanya terdiam.
Ketiga adiknya mulai khawatir. "Hyung!?" panggil Jimin.
"Jangan-jangan hyung nangis ya? Seperti anak kecil saja," sahut Taehyung.
Jin menoleh ke arah tiga adiknya, terlihat wajahnya sudah dibasahi oleh airmata.
"Ini.. airmata.. kebahagiaan.. akhirnya aku mendapatkannya!!" jawab Jin antusias dengan ingus yang sudah memeler.
"Emang, daritadi barang obral yang dimaksud itu apa?" tanya Taehyung.
"Panci.."
Dan begitulah hari-hari Jin di luar kampus. Enam tahun ia menjalani hidup seperti itu, tepat setelah ibunya melahirkan adiknya, tiga biji sekaligus.***
"Hai pembual di kampus.." ledek seseorang yang tinggal di depan rumah Jin, lengannya sedikit kekar namun gemar memakai kaus lengan panjang dan suka membiarkan rambut ikalnya acak-acakan dengan barang-barang yang tersangkut tak teratur.
"Apa yang kau lakukan!? Kenapa kau duduk di atas pagar rumahku?" tanya Jin terkejut. Ia baru pulang dari belanja untuk bahan makan malam. Ia yang hendak memasuki rumahnya terhalang oleh orang itu.
"Aku hanya memastikan keadaan adik-adikmu, apakah mereka baik-baik saja? Aku mendengar suara gaduh. Apa mungkin mereka kelaparan?" balas orang itu.
"Kau mau menyumbangkan makan malammu?" tanya Jin iseng namun sedikit mengharapkan.
"Aku sendiri belum makan dari pagi. Sepertinya aku harus numpang makan di tetangga yang lain." jawab orang itu lalu turun dari pagar dan pergi menjauh.
Ingin sekali saat itu juga Jin ikut menumpang makan di rumah tetangga, lumayan, menghemat uang bulanan yang diberikan ayahnya yang bekerja sebagai awak kapal yang pulangnya sebulan sekali, itupun belum tentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS FF] Sunflower
FantasyKehidupan Jin yang ribet dibalik ketenarannya di kampus, apa sih yang bikin ribet? Hah! Adik kembar?!