Berbeda

1.3K 86 12
                                    

Mei, 2015

Hari ini mendung kembali menyelimuti kota.

Mizella dengan lambannya berjalan keluar Rumah sakit dan menghampiri tempat parkir.

Ia menunggangi sepeda motor kakaknya dengan hati-hati menuju ke rumah.

Setelah berjabat tangan dan berbincang sekejab dengan laki-laki yang di temuinya sebentar ini, ia memutuskan untuk melanjutkan niatnya kembali ke rumah.

Pertemuan setelah sekian lama yang membuat Mizella merasa aneh.

Aneh karna ia tak lagi malas berurusan dengan seorang laki-laki.

Biasanya, kecuali Magenta ia pasti akan tidak nyaman dan akan bersikap cuek ataupun jutek kepada orang itu.

Tetapi ini beda.

Ia benar-benar tidak merasa terganggu sama sekali.

Bahkan Arkhan dan Sean yang sudah lama mengenalnya, sering kali ia suguhkan sifat jutek atau lebih tepatnya garang(?). Hehe.

Mizella melaju dengan sepeda motornya dengan perasaan yang belum bisa ia jelaskan dengan kata-kata.

Ia masih bimbang.

Bimbang dengan dirinya.

Ia juga tak dapat mengdefenisikan bagaimana perasaannya untuk saat ini.

Satu kata yang ia tau. Saat ini, dirinya tengah kacau.

Bagaimanapun, apapun, dan seperti apapun yang akan terjadi, kamu harus kuat Mizella. Jangan menangis. Jangan kacau. Tetap kuat. Jika kamu kuat, semua orang akan kuat!! Mama akan kuat. Kak Sunny. Ayah.”

Mizella tetap fokus pada jalan yang kini terlihat lengang di depannya.

Ia melaju dengan kecepatan standar. Bernyanyi kecil di hatinya agar terlihat biasa saja.

Berbicara sendiri mengatakan pada diri sendiri bahwa dirinya kuat.

Mengingat hal-hal lucu dan mencoba megalihkan pikirannya pada laki-laki tadi. Lagi.

Setelah berusaha cukup kuat, akhirnya Mizella menghentikan motornya di depan rumah yang mempunyai perkarangan yang besar itu.

Rumah yang lumayan besar dan dikelilingi pepohonan rindang di sampingnya.

Mizella turun dari sepeda motor itu dan berjalan menuju rumah.

Membuka pintu dan masuk.

Lengang.

Itulah suasana yang ia hadapi sekarang.

Ia melangkah menuju kamarnya dan dengan segera merebahkan badan kecilnya pada ranjang yang pas untuk tubuhnya itu.

Ia kembali memejamkan matanya dalam.

Mencoba menenangkan diri kembali setelah berusaha sangat keras untuk tersenyum dan tertawa.

“ Tuuutt.. tuuuuttt..” Mizella membuka matanya.

Ia dengan segera meraih benda kecil yang baru saja bergetar itu.

Didapatinya sebuah pesan baru disana.

From : Alena

Mizella, Lo di rumah sakit ya?
Kenapa gak bilang gue siih>,<
Gue sama Yura udah mati-matian cari lo tadi.
Gue kira lo di kantin,
soalnya ngumpul kader UKS lo gak ikut.
Mama lo gimana??

Mizella membaca pesan dari Alena dengan pelan bersama matanya yang belum sepenuhnya ia buka.

Ia baru ingat, kedua teman anehnya tak ia beritahu tentang kepergiannya ke rumah sakit secara mendadak.

Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang