Unspoken Love

154 8 4
                                    

Prolog

2 tahun yang lalu...

Hari ini seperti biasanya aku duduk di bangku taman kota, sendiri. Kicauan burung terdengar indah dan menenangkan. Terkadang aku berharap agar aku mendapat penglihatanku kembali.

Suatu benda mengenai kepalaku dengan keras, kurasa itu bola.

"Maaf, lemparan bolaku mengenai kepalamu," suara yang tidak ku kenal terdengar tepat di sampingku.

"Oh, ya, tidak apa-apa."

"Boleh aku duduk disampingmu?" Tanyanya.

"Boleh, silahkan."

Kami berkenalan, namanya Riley Parker. Dia baru saja pindah dari Seattle. Ternyata rumahnya tak jauh dari rumahku, rumah kami hanya berselisih 10 rumah.

Kami berjalan bersama menuju rumah. Riley, walaupun aku baru saja mengenalnya tetapi aku merasa nyaman.

Malam itu, aku tak bisa tidur. Aku mengilustrasikan wajah Riley. Apakah ia tampan? atau biasa saja?

Sesungguhnya tampan atau tidak itu tidak penting asalkan dia baik, dia ku anggap sebagai temanku.

Semenjak saat itu, kami berteman dengan baik. Setiap hari kami menghabiskan waktu dengan bercerita dan bercanda. Terkadang Riley mengajariku bermain bola basket atau bermain gitar.

Riley berbeda, dia tak pernah memandang kekuranganku. Tak seperti orang lain yang merendahkanku karena aku tak bisa melihat.

Riley selalu bilang bahwa ia tak peduli bahwa aku ini buta, aku tetap temannya.

Kami dekat, sangat dekat, hingga aku takut kalau rasa yang kuanggap persahabatan ini menjadi rasa sayang lebih dari sekedar sahabat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang