14. Rentetan Cerita Masa Lalu

25.7K 1.8K 74
                                    

Ps: Gak baper kayaknya. Jadi, gak usah khawatir soalnya kepalaku itu pusing gak mungkin kalau aku nangis lagi kan.

__________Setiap yang terjadi di masa lalu tak mudah dilupakan dan bayangannya akan selalu mengikuti____________________________________________________________
Fariz yang baru saja membuka pintu apartemen hendak pergi ke rumah Rasyid dikagetkan dengan kedatangan Jelina. Lelaki itu kebingungan kenapa gadis itu bisa berdiri di depan pintu apartemennya. Siapakah yang memberi tahu tempat tinggalnya pada perempuan tersebut.

Gadis malay itu hanya tersenyum simpul. Meski terlihat manis namun bagi Fariz itu senyum yang menakutkan.

"Kenapa kau bisa di sini," ujar Fariz tanpa basa-basi.

"Aku membawa kan cokelat buatanku untukmu. Aku tahu alamatmu dari Raras," jelas Jelina dengan mengayunkan tasnya.

Fariz mengeram dalam hati. Seharusnya lelaki itu menghubungi Rasyid terlebih dahulu untuk tak mengatakan apapun tentangnya. Meski ia tak yakin kalau teman masa kecilnya itu masih berkomunikasi dengan Rasyid.

"Kau masih berkomunikasi dengan Rasyid."

Jelina menggeleng.

"Aku suka kopi dan Raras juga suka kopi dan kedai kopi kita bertemu kemarin."

Fariz mengangguk mengerti.

"Ya, kuterima cokelatnya. Tetapi, aku mau ke rumah Rasyid sekarang."

"Erlise tidak ikut?"

"Dia sedang tidur."

"Kau juga bisa membawanya. Oh iya, Raras tidak suka kucing." Jelina tersenyum seolah-olah mengejek. Fariz benar-benar dalam masalah besar karena gadis malay itu sudah tahu kebenaran dirinya yang tak memiliki kekasih.

"Kenapa Riz wajahmu pucat sekali?" goda Jelina.

"Apa ada yang lucu sampai kau tertawa? Aku mau berangkat sekarang. Lebih baik kau pulang saja."

"Aku ikut. Aku juga penasaran dengan rumah Raras seperti apa?" ucapnya jujur.

Fariz lagi-lagi terpaksa harus berlama-lamaan dengan gadis malay itu. Sepanjang perjalanan hanya hening yang lelaki itu rasakan karena temannya itu hanya diam menatap jalanan dari balik kaca. Sebenarnya pria ini tak suka keheningan tapi tak mungkin dia yang harus memulai pembicaraan. Rasa gensinya lebih tinggi.

Untungnya hanya memakan dua puluh menit menuju rumah Rasyid. Lelaki itu langsung turun diikuti dengan gadis malay itu. Mereka langsung disambut hangat oleh penjaga rumah Rasyid. Meski Fariz orangnya suka seenaknya sendiri tapi dia kalau bertamu tahu etika meski itu rumah sahabatnya. Lelaki ini akan menunggu di ruang tamu.

Rissa yang baru saja membuat cemilan langsung keluar begitu mendengar ada tamu. Fariz yang melihat Rissa berada di rumah itu tak percaya. Meski saat Rasyid mengundangnya ke akad nikah telah mengatakan bahwa dirinya akan menikah dengan Rissa. Tetapi, Fariz tak percaya.

"Rissa, jadi bener Rasyid nikah sama kamu?" tanya Fariz memastikan hal yang sudah pasti.

Rissa hanya tersenyum.

"Loh, Raras udah nikah? Kok gak ada yang ngasih tahu aku. Padahal aku masih aktif di grup alumni SMP loh."

"Maaf, Mbak. Kami baru menikah empat bulan yang lalu dan itu mendadak karena Mas Rasyid sangat sibuk jadi tak sempat mengundang banyak rekannya," jelas Rissa tanpa diminta.

"Ris, maafin saya ya sering gak sopan sama kamu. Itu cuma bercanda loh. Kalau aja saya tahu kamu itu perempuan yang disukai Rasyid sejak kecil maka saya akan berpikir ribuan kali sebelum menggoda kamu. Suamimu itu gampang-sulit untuk mengutarakan isi hatinya."

Unintended Marriage (Lagi Buka Privat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang