"Tony, Arthur, Zoey, Brian, sarapan~"
Dua pasang fauna ras akita dan ras maltese berlari menuju panggilan sang majikan yang mengenakan kaus putih dilapisi kemeja biru, tersenyum sembari memegang empat mangkuk dengan sekotak makanan anjing. Langkahnya riang sebagai arahan agar mereka masuk 'rumah' masing-masing. Usai menaburkan porsi secukupnya di tiap mangkuk, dia taruh santapan tersebut di depan masing-masing pintu. "Makanan sehat untuk para jagoan," katanya sambil membelai kepala para pasukan kecilnya yang menikmati makan siang dengan khidmat.
Lelaki itu kemudian berjalan ke arah pet shop melewati rumah kaca. Sesekali dia beri perhatian pada perkembangan flora yang ada di sekitarnya; mengecek jadwal pemberian nutrisi, atau sekadar menyenggol. Setibanya di dalam pet shop, setelah sedikit membereskan barang-barang yang ada disana, dia membalik papan gantung bertuliskan 'open' di pintu masuk. Waktu yang tepat. Dia memang telah berniat untuk sebuah hal lain, berjalan ke arah ruang penyimpanan dan mengambil salah satu kanvas yang terletak di dalam sebuah kardus besar beserta valet, cat air, dan gelas kecil berisi air di sebelahnya. Dia ambil tas lusuh berukuran besar di atas nakas, memasukkan semua benda yang telah diambil tadi, lalu bergegas pergi. Tidak lupa mengecek kembali kunci motor di dalam kantung celana.
Di kebun belakang, nampak sepeda motor yang hampir serupa dengan Harley Davidson namun dibekali onderdil yang lebih sederhana. Tangannya memasukkan kunci, menyalakan mesin, lalu duduk di atas jok sampai angin berhembus ramah mengelilinya, mengantarnya melaju. Perjalanan yang tidak memakan waktu sampai sepuluh menit untuk sampai di sebuah tempat. Tempat dia biasa melewati sisi kehidupannya yang lain, di bawah satu dari hamparan luas barisan pohon maple kuning.
Lelaki itu melihat keadaan sekitar. Belaian angin terasa damai. Langit biru yang bergaul dengan warna oranye dan coklat, peralihan menuju senja. Rumput yang terbentang masih setia ditemani gugurnya daun maple yang mengering. Bentangan air bening di seberang masih memperdengarkan riaknya yang sayup. Suasana yang bagus untuk menggali inspirasi.
Ditemani tas yang bersandar di punggung juga suasana hati yang cukup baik, tubuh tingginya melangkah dengan santai.
Dia sedikit tersentak akan sebuah keganjilan—kehadiran sesosok asing yang berdiri tepat di bawah salah satu pohon maple tempat dia selalu bersandar. Tempat yang hanya miliknya, seolah-olah. Seingatnya hanya dia satu-satunya manusia yang selama ini setia menginjakkan kaki di sana.
Lelaki itu memusatkan fokus. Seperti ada cahaya imajiner yang begitu jelas mengitari keberadaannya yang berdiam tanpa gangguan, seolah menjelaskan kedatangannya dari dimensi lain. Didukung oleh tubuh yang tampak dibelit ikhlas oleh lembaran halus kain panjang putih.
Taehyung bertanya dalam hati apakah disebabkan oleh imajinasi pretensius atau memang sedang terjadi sebuah keajaiban. Sebab kenyataannya pemandangan itu tidak lebih dari seseorang yang berteduh di bawah pohon.
Sejujurnya Taehyung ingin melangkah lebih dekat, melihat lebih jelas wujudnya yang tampak begitu tenang memandang langit, untuk meyakinkan pendapat. Tetapi niatnya tidak bisa lagi dia terapkan saat sosok itu terlanjur menoleh ke arahnya.
Cukup lama mereka berpandangan dalam diam.
Sosok itu kemudian memberi seulas senyum. Taehyung pikir itu sapaan pembuka, namun kemudian dia berjalan meninggalkan tempat itu. Saat itu tanpa dia sadari barisan makhluk hidup di sekitarnya telah menjadi saksi akan pertemuan pertama antara sesosok makhluk tanpa nama dan seorang laki-laki yang termangu menyaksikannya pergi.
Kuas di genggaman tangannya seperti bergerak tanpa kesadaran alamiah menyapukan warna-warni yang menyatu dalam satu bentang kain. Lelaki itu menatap lukisannya. Tersenyum puas untuk hasil karya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted • [ TaeKook/VKook ]
Fanfiction[ Mini Series | Bahasa | BxB | BTS | TaeKook/VKook | Alternate Universe] Sosok yang datang bagai angin, berlalu tanpa meninggalkan nama. Membawa senyuman, menyisakan kenangan. ☆ 2016©chevalo