Chapter 34

8.9K 413 1
                                    

"Queen" katanya memecah keheningan diantara kami. Aku mengedipkan mataku, lalu mengangguk pelan. "Can I ask you something?" Hal macam apa yang Pandu tanyakan. Aku menaikkan alisku sebelah dan menatapnya tajam. "Kau tidak perlu meminta ijinku untuk menanyakan sesuatu hal Bee."

Pandu tersenyum kearahku. "Can we have a sex before married?"

God damn it. Sex again.
Apa iya aku harus melepaskan Pandu setelah aku menjawabnya dengan - tidak -.

--//--

Aku bergeming. Lidah ku kelu hanya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Pandu barusan. Pertanyaan yang simple namun jawaban apapun mampu mengubah hidupku dalam sekejap.

"Kenapa tiba-tiba kau bertanya demikian?" Selidikku. Apa jangan-jangan ini efek kediaman dia sedari tadi. Kalau memang iya, berarti hal yang paling dia inginkan adalah sex. What the hell!

"Answer it!" Pandu membentakku. Membentakku hanya karena aku berusaha menghindari pertanyaannya. Pertanyaan mengenai sex.

"Kau membentakku Ndu. Ada apa denganmu? Jangan katakan ini efek menonton 50oG terus-terusan!"

Pandu terlihat kaget dengan ucapanku. "Maafkan aku." ucapnya terdengar sangat pasrah.

"Aku meninggalkan Bastian karena dia meminta sex padaku, dengan kilahnya dia ternyata melakukan one night stand dengan sahabatku sendiri. Apakah kau juga akan begitu Ndu?" Aku tidak menatapnya. Tanganku memainkan remote tv.

Pandu tidak menjawab. Beberapa menit, hening menyelimuti kami.

Katakanlah aku munafik. Aku tau persis bagaimana sex. Tapi jujur aku ini masih perawan, ya meskipun aku tidak polos. Aku tau detail bagaimana cara bermain sex. Aku juga tau persis bagaimana cara memuaskan lawan bermain ku. But, I have a principal about sex. Sex it's a just game no matter what you do and i just wanna do it with my husband not my future husband.

Pletak

Aku mengusap-usap kepalaku yang sebenarnya tidak sakit sama sekali, Pandu menjitak pelan kepalaku. "Harus ya membuyarkan lamunan orang dengan jitakan mu itu?" kataku bersungut-sungut. Pandu terkekeh. Hey apa Pandu mencoba mencairkan suasana karena ulahnya sendiri.

Aku bangkit berdiri, berencana ke dapur mengambil minum. Namun dengan cekatan Pandu meraih tanganku lalu tangan satunya meraih pinggulku. Dengan satu kali tarikan Pandu berhasil membuatku duduk diatas pangkuannya.

"Hey!!!! What you doing huh!" aku berteriak tepat didepan wajah Pandu. Kedua tangannya menahanku membentuk pelukan melingkar disekitar perutku. Dia terkekeh dan aku masih memandang dia dengan tatapan jengkel. Beberapa detik berikutnya, dia terdiam dan dia menghembuskan nafasnya kasar. Bau mint tercium sangat kentara olehku.

"What!!" semburku lagi-lagi. Pandu hanya diam dan menaikkan sebelah alisnya "Diamlah Bee! Argh bisa gila aku jika kamu terus melawanku. Jadilah gadis penurut sekali saja."

"Aku sudah menurutimu tadi." jawabku lagi tidak mau kalah.

"Oke. Lupakan pertanyaanku tadi. Aku hanya bertanya tanpa mau melakukannya sekarang." jawabnya tenang. Setenang itukah Pandu saat membahas hal yang menurutku sangat sensitif di Negara ini.

"SEKARANG!!" teriakku, aku mulai frustasi menghadapi Pandu. Dia terkekeh.

"Iya bukan saat ini. Tapi nanti, menunggu saat yang tepat. Saat kamu benar-benar yakin denganku." ucapnya dengan tatapan datar. Aku sering kali mengalami kesulitan membaca mood Pandu dari wajahnya. Dia menurunkanku dari pangkuannya "Aku tau Bee, Kamu masih tidak bisa mempercayai ku dalam beberapa hal." kali ini ucapannya terdengar pilu dan lagi-lagi Pandu meninggalkanku sendiri dalam keadaan tanya tanya besar.

Aku menelan ludahku susah payah. Bagaimana bisa Pandu tau, aku tidak ummm belum percaya penuh padanya. Jangan-jangan Pandu cenayang ? Aku sedikit merinding jika Pandu benar-benar cenayang.

❤💛💚
TBC

VOLUM II: HyggeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang