66. Tabir Misterius Terbuka Lebar (TAMAT)

4K 78 12
                                    

"Siapa?" bentaknya bersama. Tapi suara mereka berubah erangan tertahan. Satu diantaranya roboh terkulai, sementara orang yang bersuara tadi lantas ngacir ke tempat gelap hendak lari. Tapi seperti elang menyamber ayam, sekali raih dan cengkeram Ji Bun jinjing baju kuduknya terus ditarik balik.

Merasa tengkuknya dipegang dan badan tertarik mundur, orang itu jadi nekat dan membalik, pedang terus menusuk. Gerakannya cukup tangkas dan lihay pula serangannya. Ji Bun tidak menduga bila orang membawa pedang, reaksinyapun cepat dan cekatan lagi, tahu-tahu hawa pedang yang dingin dan kemilau sudah menusuk ke dadanya. Saking kaget Ji Bun lepaskan cengkeramannya sambil abitkan tubuh orang ke samping, sementara kaki menggeser, "cret", ujung pedang merobek bajunya, serambut saja hampir melukai kulitnya. Saking gusar serta merta dia baliki telapak tangannya terus menampar.

"Plok", orang itu seketika menjerit ngeri, pedang terlempar, tubuhpun terkulai, namun mulutnya masib sempat menjerit serak: "Te-gak Suseng!" tapi jiwanya lantas melayang. Ji Bun jadi menyesal, semula ia hendak menangkapnya hidup-hidup untuk dikompes keterangannya, kini urusan mennjadi gagal.

Setelah keluar dari tumpukan puing itu, Ji Bun menghirup hawa segar, ia memikirkan tindakan selanjutnya. Tiba-tiba dari arah luar lembah sana terdengar suara bentakan, disusul berdentingnya senjata yang ramai. Lekas Ji Bun memburu ke tempat pertempuran itu.

Cuaca sudah mulai terang, fajar telah menyingsing, cepat sekali Ji Bun sudah dapat melihat bayangan orang banyak di kejauhan sana, barisan orang seragam baju sutera mengelilingi sebuah arena besar.

Diam-diam Ji Bun mengumpat akan kelicikan Ngo-hong Kaucu, ternyata dia masih menyembunyikan sekian banyak jago-jagonya yang tangguh. Mulut lembah diledakkan dan disumbat, tujuannya terang hendak membabat seluruh musuh yang menyerbu datang. Cepat sekali Ji Bun tiba di luar lingkaran, sejenak dia meneliti keadaan terus melompat ke atas sebuah batu yang menonjol di dinding gunung. Dari tempat tinggi dengan jelas dia dapat menyaksikan pertempuran di tengah gelanggang.

Puluhan orang tengah berhantam dengan sengitnya. angin seperti lesus berpusar dan berderai keluar, suaranya menderu bagai hujan badai, sinar pedang dan golok berseliweran, pertempuran cukup sengit dan dahsyat. Ratusan pemuda seragam sutera dengan senjata terhunus siap pula berkeliling di luar arena.

Sebentar mulai terdengar jerit dan lolong orang-orang yang terluka atau binasa, yang roboh jadi korban adalah anak buah Wi-to-hwe dari tingkatan rendah yang tinggal beberapa jiwa saja, satu persatu mereka berguguran. Kalau keadaan seperti ini berjalan terus, kekuatan Wi-to-hwe tak lama lagi tentu terkikis habis itu berarti leburnya barisan pembela keadilan kaum persilatan ini.

Darah Ji Bun mendidih, setelah selarut ini, dia tidak bisa berpeluk tangan, maka dia melejit tinggi ke atas, di tengah udara dia menukik seraya membentak, "Berhenti!" Suaranya menggeledek menggema angkasa. Orang-orang yang lagi berbaku hantam itu serentak melompat mundur menghentikan pertempuran. Bayangan Ji Bun segera meluncur ke tengah-tengah mereka. Baru saja kakinya menyentuh tanah dan berdiri tegak, karena memperoleh bintang penolong, tanpa berjanji orang-orang Wi-to-hwe sama bersorak kegirangan.

"Anak keparat!" umpat Ngo-hong Kaucu, "kau .... kau tidak mampus?"

Sekilas Ji Bun menyapu pandang ke sekelilingnya, memang bayangan Siang-thian-ong, Cui Bu-tok dan Hing-thian-it-kiam Gui Han-bun tidak kelihatan, apa yang dibicarakan kedua orang Ngo-hong-kau tadi ternyata memang benar, ketiga orang ini semalam sudah gugur di medan laga.

Sorot mata Ji Bun beralih ke muka Ngo-hong Kaucu, lama sekali tatapan matanya semakin menyala, rona mukanya berubah bergantian, akhirnya berwarna kelabu, ini menandakan nafsunya sudah merangsang tak terkendali lagi. Semua jago-jago Ngo-hong-kau yang hadir sama mengkirik seram melihat mimik wajahnya ini. Bahwa Te-gak Suseng tidak mati, ini berarti rencana Ngo-hong Kaucu telah gagal total.

Hati Budha Tangan Berbisa - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang