Tiga - "Mungkin ini Cinta"

15 0 0
                                    

Author Point of View

Suara berat memasuki telinga semua penghuni kelas dan akhirnya kembali keluar ke telinga sebelahnya. Papan tulis berwarna hijau itu dipenuhi dengan kalimat, angka dan simbol yang sulit untuk dimengerti.

Hampir semua murid menguap karena bosan. Tidak jarang ada murid yang tidur karena pelajaran ini.
Tidak terkecuali dengan wanita ini. Matanya setengah tertutup, dagunya tertumpu oleh tangannya dan mulutnya tak jarang menguap membuat seorang pria yang duduk di paling belakang tertawa tanpa suara karena melihat kelakuan gadis itu.

Suara berat yang keluar dari mulut pria setengah baya itu terhenti ketika sebuah tangan terangkat ke atas membuat semua penghuni kelas menatap ke arahnya.

“Bolehkah aku pergi ke toilet songsaengnim?”

Pria setengah baya itu menurunkan kacamata tebalnya. Dia menatap gadis itu tidak yakin karena dia sudah tahu semua kebiasaan-kebiasaan dan kelakuan gadis itu ketika di sekolah dan sekarang dia ragu kalau gadis itu benar-benar akan pergi ke toilet nanti.

“Sebentar... saja”

“Bagaimana aku bisa mempercayaimu Lee Hee Joo”

Pria setengah baya itu menaikan kacamatanya kembali dan menatap gadis itu intens. Gadis itu terlihat berpikir tapi dia terus berusaha meyakinkan sang guru agar dia bisa keluar kelas dan terbebas dari pelajaran membosankan itu.

“Kau tidak mau kan aku... buang air di sini”

“Arraseo. Cepatlah kembali”

Gadis itu tersenyum senang dan langsung melangkahkan kakinya keluar kelas. Langkahnya semakin cepat hingga dia sampai di sebuah lorong dengan sebuah papan besar bertuliskan ‘toilet’ tetapi dia tidak menghiraukannya dan terus melangkahkan kakinya menyusuri lorong sepi itu.

Pelajaran terus berlanjut membuat semua murid kembali terhanyut dalam suasana yang sangat membosankan. Murid yang biasanya sangat menyukai pelajaran ini tiba-tiba saja tidak memerhatikan pelajaran dan malah lebih memilih untuk melamun, menikmati keadaan kelas yang sepi. Matanya menatap kosong ke depan, dagunya tertumpu oleh tangannya, pulpen yang seharusnya di pakai untuk mencatat pelajaran itu sudah menempel di bibirnya bahkan dia tidak jarang mengigitnya membuat seseorang di sebelahnya menatapnya jijik.

Lamunannya buyar ketika sebuah benda berisi tinta itu memukul kepalanya. Dia pun menatap kesal orang yang telah membuyarkan lamunannya itu.

“Ada apa denganmu?”

Pria dengan name tag Kim Jong In itu tidak menjawab.
Dia kembali melamun tetapi tidak lama kemudian tangannya terangkat ke atas membuat semua penghuni kelas menatap ke arahnya. Wajahnya terlihat memelas tetapi tidak dengan hatinya yang berteriak senang jika dia diizinkan keluar kelas.

“Iya Kim Jong In”

“Aku... merasa tidak enak badan. Bisakah aku ke klinik sebentar untuk mengambil obat”

Pria yang disebut guru itu sempat tidak yakin. Berbeda dengan orang yang berada di sebelah Jong In. Dia menatap Jong In khawatir.

“Silahkan”

Jong In hendak melangkahkan kakinya tetapi pria di sebelahnya tiba-tiba saja berdiri. Tangannya menggenggam tangan Jong In, bermaksud untuk membantu Jong In berjalan. Tetapi Jong In malah menghempaskannya begitu saja.

“Aku akan mengantarnya songsaengnim”

“ANDWAE”

Semua murid menatapnya heran. Kenapa Jong In berteriak? Bukankah dia sedang tidak enak badan. Semua mata tertuju padanya membuat dia tertunduk sebentar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAME BUT DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang