2014 : Dumb ass

183 7 8
                                    

Kalau ada yang bertanya pada ku apa itu arti cinta, aku benar-benar nggak tau.

Aku pikir aku jatuh cinta pada Banyu, aku jatuh sejatuh-jatuhnya hingga sulit bangkit. Tapi segala ego dan gengsi yang ku miliki menghancurkan semua itu. Aku tak bisa berpaling ke arah yang lain, tapi aku tak mau mengakui bahwa aku jatuh padanya.

Cinta hanyalah sebuah kekejaman. Kekejaman yang menusuk hatiku sekian dalam.
Dan kekejaman itu semakin dalam ketika hari wisuda ku tiba.

Wisuda adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu. Hari dimana akhirnya aku bisa mengenakan toga dengan slempang kuning yang aku impikan itu. Hari dimana akhirnya aku bisa lepas dari segala beban mental anak-pertama-kuliah-yang-bener-biar-bisa-buat-contoh-adikmu.

Malam sebelum aku wisuda aku susah tidur, rasanya tak sabar menanti hari esok, tapi juga ada sedikit perasaan was-was aneh yang hadir. Aku masih menatap langit-langit kamarku ketika jam menunjukkan pukul 00:00. Aku gelisah tapi juga senang dan tak sabar.
----
Kampusku bukanlah kampus terkemuka yang mempunyai gedung pertemuan dengan kapasitas besar, sehingga hanya wisudawan dan orang tua yang bisa menyaksikan sidang wisuda.

Saat namaku disebut, melangkahkan kaki menuju podium rasa haru itu menyeruak, ketika rektor memindahkan tali toga rasanya aku ingin berteriak, akhirnyaaaa aku resmi seresmi resminya jadi sarjana. Saat aku kembali menegakkan tubuhku kucari wajah kedua orang tua ku di barisan para tamu, dan anehnya aku malah menemukan wajah bangga ayahku dan wajah Banyu. Aku tersenyum ke arah dua lelaki yang berarti dihidupku.

Rasa bangga, haru dan euforia itu tak bertahan lebih dari satu jam setelah rangkaian acara wisuda ku berahir.

Ketika aku melangkahkan kaki keluar dari gedung ku temukan pemandangan yang membuatku sesak, Banyu yang sedang merangkul adikku.

"Selamat mbak, akhirnya mbak jadi sarjana" ucap adikku sambil Melepas diri dari rangkulan Banyu dan memelukku.

"Mbak, aku sekarang pacaran sama mas Banyu" bisik adikku.

Aku hanya bisa melotot sambil masih memeluk adikku, menatap Banyu yang melihat kami dengan pandangan yang tak bisa ku artikan.

Bukankah Tuhan itu adil, ketika kita memperoleh kebahagiaan yang begitu besar maka diambil pula kebahagiaan kita yang lain?

"Selamat dek, kamu harus langgeng sama dia" ucapku serak.

"Iya mbak iya"

Tuhan, ini kah jawaban dari doa ku selama ini?
------tbc

Update yang butuh perjuangan.
Makasih atas apresiasinya..
😍😍😍
Maaf semakin absurd.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang