Part 11 - Moment and Memories

3.2K 292 72
                                    


Maaf lama update ya readers, makasih vomment nya dan belum bisa balas komen satu per satu. 

Please jangan jadi siders. Hargai karyaku para penulis ya. Happy reading.

**


Gessa terkejut saat ia keluar untuk membuang sampah. Tetangga sekaligus teman sekelasnya berdiri sambil bersandar pada pagar rumahnya. Dan tatapannya terkesan datar saat melihat Gessa.

Gessa berdehem untuk menyadarkan mereka dari suasana canggung. Tetapi Adit masih tidak bergeming. Cowok itu tetap diam dengan tangan yang terlipat di depan dada.

"Kamu kenapa di sini?"

Gessa menunggu jawaban Adit sambil membalas tatapan tajamnya. Matanya bertemu dengan mata milik Adit beberapa sat sebelum ia mendengar dengusan kasar dari Adit.

"Lo lupa kalau gue mau datang? Atau pura-pura lupa?"

Gessa mengerutkan keningnya. "Nggak lupa. Memang kenapa?"

"Kenapa lampu rumah lo mati semua? Pasti sengaja biar gue ngira lo nggak ada di rumah."

Gumaman Adit membuat Gessa berjengkit. Ada benarnya juga ucapan Adit. Sejak satu jam yang lalu ia mulai merencanakan hal licik agar Adit tidak datang ke rumahnya.

"Nggak. Kamu jangan nuduh yang tidak-tidak padaku," ketus Gessa.

"Oke, ayo kita masuk!"

What?! Setelah menuduh seenaknya, dia mengajaknya masuk?

"Apa?!"

"Kita masuk," sahut Adit sambil mencekal lengan kanan Gessa.

Baru beberapa langkah Gessa melepaskan lengannya dari cekalan Adit yang cukup erat. Ia meringis melihat lengannya yang memerah. "Sakit, tahu! Btw, kita?" tanya Gessa heran.

Adit mencerna ucapan Gessa sambil memutar bola matanya bosan. "Hm, ki-ta. Kenapa? Gue tahu kok lo sensitif sama kata 'kita'. Jangan baper, ya."

Adit melanjutkan langkahnya dengan tawa yang menggema di sekitar halaman rumah gessa. Ia meninggalkan Gessa begitu saja di depan gerbang tanpa tahu wajah Gessa yang sudah memerah karena menahan emosi. Gadis itu segera menggeram marah dan berteriak memaki Adit.

Gessa duduk di sofa panjang bersama Adit. Setelah emosinya reda dengan beberapa pukulan kecil di tubuh Adit, Gessa ikut duduk di sebelahnya. Ia bisa mendengar Adit meringis kesakitan.

Setidaknya skor sama, 1-1.

Gessa beranjak dari sana dan berjalan menuju dapur. Tak lama kemudian dia membawa secangkir coklat hangat dan sepiring kentang goreng. Setelah memposisikan duduknya dengan nyaman ia segera memangku piring berwarna putih tersebut.

"Waktu itu aku udah bilang kalau nggak bakal menyediakan camilan buat kamu."

"Hm." Adit mengangguk tanpa memandang Gessa,

Acara yang mereka tunggu sudah dimulai beberapa menit yang lalu. Gessa melirik cowok di sampingnya. Ia bisa melihat wajah serius Adit saat ini. Bahkan Gessa juga bisa melihat beberapa ekspresi Adit saat idolanya menyalib satu per satu lawannya. Dari ekspresi senang saat Valentino Rossi berhasil mengunci jarak dengan rivalnya, ekspresi emosi saat idolanya hampir terkena manuver dari pembalap lain atau ekspresinya yang menahan tawa saat rival idolanya terjatuh.

"Jangan melihatku seperti itu. Nanti kalau kebablasan bisa ribet." Adit masih memandang televisi dan mendecak kesal saat Gessa tidak menggubris ucapannya. "Berhenti melihatku!"

Jones Has Taken || #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang