Bab 7 I'm Falling Again

47 5 0
                                    

Sejak saat itu aku mulai membuka hatiku untuk dekat dengan Fanesa. Tak terasa waktu pun berlalu dengan cepat, tinggal menunggu 6 bulan lagi pengumuman hasil kelulusanku.

Aku menelpon Dicky dan bertanya tentang kabarnya disana.

"Ha..Halo?"

"Ha..Halo Dick gimana kabarnya? lama gak ketemu ya? nggak kerasa udah setahun lebih dan sekarang kita udah mau lulus."

"Alhamdulillah baik, iya Rym gak kerasa udah mau lulus aja, gue kangen sama lu Bro, gue udah gak tahan pengen ngejailin lu lagi hehe."

"Emang lu doang yang kangen? gue juga kangen sama lu nih soalnya kan lu belum bayar utang yang dulu-dulu."

"Hadehh masih inget aja kalo soal utang. Oh iya Rym ada kabar baik kayaknya gue pulang antara hari Sabtu atau Senin."

"Wah bagus tuh nanti bayar utangnya jadi lebih cepet hahaha."

"Dasar, ya udah sampai ketemu ya Rym, jangan kaget kalo gue udah pulang nanti hehe."

Dia menutup teleponnya. Percakapan kami berakhir disitu. Fanesa datang menghampiriku.

"Tadi ngobrol sama siapa Rym? kayaknya seneng banget." tanyanya.

"Tadi si Dicky, katanya sebentar lagi mau pulang kesini." jawabku dengan tersenyum.

"Oh, temen deketmu yang itu Rym? aku jadi ikut seneng pengen ketemu sama dia dan dikenalin sama kamu." ucapnya bersemangat.

"Iya iya nanti pasti aku kenalin kok ke Dicky kan kamu juga temenku. Ya udah ayo pulang keburu hujan nanti." ujarku.

"Ayo Rym, aku bonceng ya kayak biasanya, hehe." katanya dengan tawa.

"Iya iya." jawabku.

***

Hari minggu yang cerah seperti biasanya aku bangun pagi untuk membersihkan rumahku. Di sela-sela aku menyapu aku membuka akun facebook punyaku sampai aku akhirnya menemukan sebuah postingan yang menarik perhatianku.

Fariz Ar-Rahman mengirim ke dinding Dicky Putra Pertama "Selamat Jalan Kawan semoga kamu tenang disana. Semoga Allah amal dan ibadahmu diterima di sisi-Nya. Amin."

Degg!! jantungku berhenti berdetak sepersekian detik. Aku terdiam sesaat. Tak mungkin ini tak mungkin dia pasti salah orang. Pikirku. Lalu aku pun mengirim pesan singkat pada teman Dicky disana, dan menanyakan Dicky dimana. Temannya pun menjawab bahwa Dicky pergi ke bandara membeli tiket pesawat untuk pulang kesini. Aku pun lega mendengarnya.

Dan 10 menit kemudian ia kembali mengirimiku pesan singkat.

"Kamu teman dekatnya Dicky disitu kan? tolong kasih tau ke keluarganya yang ada disitu kalo Dicky kecelakaan tadi pagi pas di jalan waktu mau beli tiket pesawat. Dia ditabrak mobil. Sayangnya dia gak pake helm tadi, jadi kepalanya terbentur aspal dan pendarahan. Ia langsung tak bergerak. Aku turut berduka cita Rym. Aku do'ain semoga amal dan ibadahnya diterima disisi-Nya."

Setelah membaca pesan itu pandanganku menjadi kosong. Tak mungkin. Tak mungkin ini terjadi lagi padaku. Ini pasti hanya bercanda. Ya kan? Pikirku. Ku tarik kepalaku dan kubenturkan ke dinding.

"Tak mungkin! ini tak mungkin terjadi! bukankah ia bilang sebentar lagi akan pulang dan bertemu denganku?! tapi mengapa malah jadi begini?! Mengapa kamu meninggalkanku lebih dulu?! Siall!" kataku masih tak percaya.

Hatiku sangat terpukul mendengar hal tersebut. Karena dialah aku mengerti apa artinya teman untuk pertama kali. Ia adalah teman pertamaku sampai sekarang ia pergi meninggalkanku.

Believe Fall & RealizedWhere stories live. Discover now