hujan

16 1 2
                                    

awan mendung tampak menyelimuti langit sore yg seharusnya cerah. sesekali cahaya matahari mencoba menyeruak gorden langit yang terus menuangkan milyaran tetes air diatas muka bumi yg telah lama merindukannya. ya, ini lah permulaan musim penghujan.

Aira. itulah nama panggilan gadis yg tengah berlindung dibawah bangunan sekolah sembari menatapnya resah.

"Assalamu'Alaikum." seorang lelaki tiba tiba berdiri di sampingnya. Aira yg tampak sedikit terkejut pun menoleh ke arahnya.

"Wa'Alaikumus Salaam."
"Gak pulang?"
"Lebih tepatnya gak bisa pulang."
"kenapa?"
"Hujannya terlalu deras."

"Kalau mau nunggu hujan, gak bakal kelar."Lelaki itu berpaling. Ia melontarkan pandangannya ke langit.

"Kok bisa?"
"kan kamu sendiri yg bilang. hujannya terlalu deras."

Aira turut menatap langit.

"Kali aja reda." Aira tertunduk lesuh. Lagi lagi ia menatap jam tangannya.

"Reda, itu pasti. tp awannya sangat mendung. mustahil akan reda dlm waktu dekat." Lelaki itu tetap mengamati kesibukan alam.

Aira memilih diam.

"Nih, pakai payungku." Lelaki itu menyodorkan payung biru miliknya.

"Nggak usah. Thanks!" Tolak Aira.

Lelaki itu mengangkat alisnya. Tatapannya melontarkan tanda tanya pada Aira.

"Kalau aku pakai. Kamu pakai apa?"

"gak usah dipikirin" Balas lelaki itu.

Aira memalingkan pandangannya. kini ia menatap kosong hujan itu. Ia masih mempertimbangkan penawaran itu. selagi lelaki itu masih tak menurunkan payungnya.

"Gak usah berfikir dua kali." pintah lelaki itu.

Aira masih terdiam. dan kemudian menoleh kearahnya.

"Beneran?"

Lelaki itu hanya tersenyum tulus. Perlahan Aira meraih payung itu.

"Thanks" Ucap aira Lalu melangkah pergi.

"Assalamu'Alaikum."

Langkahnya terhenti. Aira menoleh ke arah lelaki yg Baru ia tinggalkan kurang lebih dua meter.

"Wa'Alaikumus Salaam."

Aira kembali melanjutkan langkahnya. Menembus derasnya guyuran hujan. sesekali ia melirik jam tangan yg melingkar di pergelangan tangan kirinya. Wajahnya pun terlihat semakin terpenuhi aura resah. Pikiran yg terkuasai kekhawatiran menuntunnya untuk mempercepat langkah kaki. Dan sirna lah kegelisahan itu. tepat ketika ia kembali melangkah dg lamban nya.

Aira menggeser gerbang coklat setinggi 3 meter itu. lalu melangkah masuk ke dalamnya.

RefleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang