Chapter 37

11.3K 469 9
                                    



🌸🌸🌸

"Let me be your couple, Queenie?" tawar Adam yang saat ini sudah didekatku mengulurkan tangannya.

--//--

Semenjak hari itu, Aku dan Adam menjadi dekat. Hampir setiap sore aku pergi ke Thomsy Agency meskipun tanpa Kyla. Aku tidak bermaksud mengkhianati Pandu balik tapi aku hanya merasa senang bisa dekat dengan Adam. Dalam beberapa hal, Pandu dan Adam ada kesamaan, namun bukan karena hal itu aku menjadi dekat dengan Adam.

Tiga hari yang lalu, Adam menyatakan cintanya padaku. Dia bilang dia sudah lama menyukaiku semenjak dia melihatku menemani Kyla disalah satu acara fashion. Aku tidak menerimanya, aku hanya menganggapnya sahabat seperti yang lain.

Katakanlah aku munafik, Adam tampan, dia model terkenal sama seperti Kyla yang hampir mempunyai banyak Fans. Adam juga humoris, periang tidak seperti Pandu. Adam pandai mencairkan suasana canggung dan untuk hal ini aku merasa dia sama dengan Pandu.

Ting ting

Aku menoleh, mengambil ponselku didalam tas. Disana ada notifikasi pesan multichat dari sahabat-sahabatku yang ajaib.

Davon Ferdinant: Hoi club yuk. Lama nggak goyang 😂

Queenie Abi: caps yuks 💃🏼

Kyla Roses At: Gue ikut kalo Queen ikut

Davon Ferdinant: yang lain?

Xeandro: Gue ikut lah. Kapan berangkat ?

Samuel Wj: Cewek-cewek mau dijemput atau mau berangkat sendiri? Gue mau otw ke rumah Avon nih.

Queenie Abi: Gue bareng sama temen gue ya. Soalnya ini lagi diluar juga

Kyla Roses At: babe gue, jemput dong

Davon Ferdinant: udah nih ? Yaudah Sam otw lo gue tunggu. Sampe ketemu di hotrox club.

Aku memasukkan kembali ponselku kedalam tas dan membujuk Adam supaya mau ikut ke Club. "Dam ke hotrox club yuk?" saat ini aku sedang makan malam dengan Adam disalah satu hotel berbintang dirooftop. "Gue nggak tau tuh kalau lo suka clubbing juga." seringainya. "Lo lupa gue 16 tahun di London Dam. Kehidupan disana lebih kejam dari sini, for example sex bebas." aku mengambil celemek kecil yang ada di pangkuanku lalu menaruhnya keatas meja, Adam juga melakukan hal sama denganku.

"Mbak bill ya tolong." Kataku kepada salah satu pelayan. Setelah pelayan mendekat kearah kami, tertera angka 763.457 rupiah disana. Aku mengeluarkan kartu kreditku karena aku tidak membawa cash. "Eh gue laki, gue yang bayar. Berapa mbak." aku tidak bisa menolak keinginan Adam dan setelahnya Adam membayar dengan uang cash yang dia bawa.

Adam berdiri dari kursinya, mengulurkan tanganku supaya aku berdiri. Aku menerimanya dan mengapit tangan kirinya. Sepanjang perjalanan akan ke lift. Beberapa orang berbisik-bisik tetang kami.

"Mereka cocok ya"

"Mampus lo, ganteng dan cantik"

"Gue juga mau punya pacar macam cowoknya itu"

"Dunia mau kiamat keknya, ganteng plus cantik. Yang jelek dapet apa"

Sesanpainya di lift aku tidak kuasa menahan tawaku lagi. Adam mengernyitkan keningnya tanda minta penjelasan. "Lo tau nggak, orang-orang disana tadi begitu umm bikin gue pengen banget guling-guling saking kocaknya." aku tetap tertawa kencang meskipun Adam tidak ikut tertawa dengan alasan - apa yang harus ditertawakan -.

--//--

2 jam kemudian, aku dan Adam sampai juga di hotrox club. Aku memasuki club dalam diam, Adam berjalan dibelakangku. Aku tidak mau berpegangan dengan dia karena alasan aku tidak mau dituduh membalas kelakuan Pandu.

"Hai gengs! Gue bawa temen gue, kenalin Adam." Aku memperkenalkan Adam pada yang lain. "Lo lagi nggak bales kelakuan Pandu ke lo kan, Queen." Sam memperingatkan, dari semua sahabat lelakiku hanya Sam yang paling peka. "Big no! Gue nggak murahan kayak mereka yang selingkuh." aku berjalan kearah bar "vodka 1, lo Dam?" Adam hanya menggelengkan kepalanya "Gue jalan kesana dulu. Disana ada anak thomsy tuh. Gue gabunh mereka aja ya daripada lo dikatain selingkuh sama gue." Aku mengangguk singkat tanda setuju.

Duduk duduk di kursi tinggi sendirian, dengan pakaianku yang super mini. Eits disini bukan hanya aku yang memakai pakaian super mini, ingat.

 Eits disini bukan hanya aku yang memakai pakaian super mini, ingat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menoleh seketika saat tangan kokoh melingkar dipinggangku. Aku menoleh dan Pandu berdiri tepat disebelahku. Mengikis jarak diantara kami. God, I miss him so badly. Aku tidak menyapanya.

"Kenama teman lelakimu yang akhir-akhir ini berkeliaran dikehidupanmu Bee?" katanya tajam. "Nope." aku melihat dia menggeram ketika aku tidak dengan sungguh menanggapi pertanyaannya.

Pandu menarikku dalam satu kali tarikan, kursi yang kududuki pun ikut berputar. Aku saat ini aku duduk menghadap samping tepat didepan Pandu. Dia memelukku erat dan mengelus rambut belakangku.

Nyaman. Aku kenbali merasakan kenyamananku. Entah dari mana, aku rasa aku tak pernah memakai logikaku jika berhubungan dengan Pandu. Karena, meskipun Pandu berselingkuh dariku. Meskipun yang aku tau, Pandu pernah make love bersama perempuan lain. Tetap saja, aku menginginkan Pandu juga. Aku membutuhkannya sebagai pencerah dalam hidupku. Aku membutuhkannya sebagai suamiku dan menjalani hari esok bersamaku.

Aku diam dalam pelukannya. Setelah beberapa menit, dia melepaskan pelukannya dan mendekatkan bibirnya kebibirku. Dalam sekali peristiwa, aku sangat merindukan bibir tipis Pandu. Benda kenyal yang selalu bisa membuatku mabuk.

"Pandu! Kau tak bisa meninggalkan ku begitu saja. Jangan kau pikir setelah kau mengucapkan kata putus lalu aku akan menjauh dari mu! Kau salah" suara nyaring dari tengah lantai dansa memaksaku dan Pandu berhenti dari aktifitas kita.

Aku menoleh kearah perempuan yang baru saja berteriak-teriak tidak jelas itu. Leonita. Gadis stress yang berhasil merusak hubunganku dengan Pandu dua bulan ini.

VOLUM II: HyggeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang