"Aku menitipkan Minseok pada Paman Penjaga! Kurasa dia lebih membutuhkanmu daripada aku sekarang." kata Jin pada Chanyeol lalu beralih menatap prihatin pada Yifan, "bisa kita bicara berdua, Tuan Wu?"
Yifan hanya mendengus kesal.
Chanyeol memandang sekilas ke arah Jin yang terlihat sedang membantu Yifan berdiri dan kemudian memilih beranjak pergi. Chanyeol berlari tergesa, memasuki ruangan penjaga dengan tidak tenang dan segera membopong tubuh Minseok. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada penjaga karena sudah menjaga Minseok sebelum akhirnya berlalu pergi.
Chanyeol mengernyit ketika ia melihat deretan sepatu yang asing di matanya. Matanya melebar ketika beberapa wajah yang ia kenal menatapnya penuh tanya dan khawatir. Chanyeol ingin memaki sekarang tapi ia urungkan dan memilih beranjak meninggalkan ruang tengah segera menuju kamar adiknya.
Jin menatap Chanyeol yang terlihat sedang membereskan kekacauan yang dibuat tamunya sendirian. Jin memutuskan terus melangkah dan mengetuk kamar Minseok, "apa kau sudah tidur?" Minseok ingin beranjak tapi suara Jin selanjutnya membuatnya urung, "aku hanya sebentar. Apakah lusa nanti kau ada waktu? Jika iya, bisakah kau pergi ke taman pukul sepuluh pagi? Hanya itu yang ingin aku katakan. Istirahatlah!" Minseok diam dan menarik selimutnya hingga batas bawah matanya. Ia mengercap beberapa kali.
Jin memandang sendu pintu kamar Minseok dan segera menjauh. Ia mengeluarkan ponselnya, mencari nama seseorang dari deretan kontaknya. Ia menghubungi seseorang, "Bibi, bisakah kau membantuku?"
-x-
Chapter #6 End
.
Minseok menggunakan knee-length dress berwarna aqua. Ia sudah menunggu kedatangan Jin sejak jam delapan disana. Entah mengapa ia merasa tidak sabar menunggu jam sembilan dan memutuskan untuk datang lebih cepat ke sana. Ia kini sedang berkeliling mengitari taman itu sendiri sambil sesekali mengecek ke ponselnya yang baru ia sadari sudah mati kehabisan baterai.
Minseok menghela napas karena kegugupannya ia sempat lupa mencharge ponselnya tadi pagi. Ia segera memasukkan ponselnya pada tas kecilnya dan memilih melangkahkan kakinya kembali. Senyumnya terkembang cerah dan semburat merah menghiasi pipinya. Ia tertunduk dan tersipu malu.
Langkah sepasang sepatu terhenti di depannya. Senyumnya sudah akan terkembang jika saja suara itu tidak ia dengar, "apa yang sedang kau bayangkan Kim Minseok?"
"Wu Yifan? Bagai-" kalimat Minseok terpotong oleh ucapan Yifan.
"Apa Seokjin tidak- ah, tentu saja! Jika kau tahu itu aku mana mungkin kau akan datang!" mata Yifan yang terluka menatap teduh ke arah Minseok.
Minseok memalingkan wajahnya. Keringat dingin sudah mulai keluar membasahi tubuh Minseok sekarang. Yifan menyadarinya. Jin sudah mengatakan semua kondisi Minseok saat mereka bicara kemarin. Kondisi yang selama ini ia pungkiri sebagai alasan Chanyeol agar ia menjauh dari Minseok. Karena Chanyeol selalu membencinya sejak mereka mengenal.
"A-apa yang kau mau?" suara Minseok terdengar bergetar. Ia masih tertunduk tak mampu memandang wajah orang di hadapannya. Ia terlalu takut menatap wajah orang tersebut sekarang. Setiap kali Minseok melihatnya ia selalu terkenang oleh masa lalu.
"Aku minta maaf!" Minseok masih membungkam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Tak ada perasaan apapun yang tersisa pada orang di hadapannya kini kecuali rasa ketakutan yang tanpa ia sadari selalu menjalar. Tubuhnya selalu merespon tanpa ia kehendaki jika bertemu dengan Yifan. Ketakutan masa lalunya, tubuhnya masih mengingatnya. Ia tidak marah, sedih ataupun kecewa lagi. Karena itu sudah berlalu sangat lama baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Me, To You.
Genç KurguJin yang mabuk tanpa sengaja ia bertemu dengan Minsoek dan jatuh cinta. (Cerita gak jelas yang saya repost kembali di wattpad.)