Ch. 6

1.8K 249 35
                                    


Lima hari sudah berlalu semenjak kejadian itu dan perasaan bersalah masih tak luput di hatinya. Grace bahkan tak tahu persis dimana letak kesalahannya tapi, ketika melihat bagaimana cara Snape memperlakukannya—jelas-jelas mengabaikannya—meyakinkan dirinya sendiri kalau dia sudah berbuat sesuatu yang sangat sangat salah.

Semenjak hari itu juga, Snape sama sekali tak berkutik sedikitpun padanya. Dia mengesampingkan sapaan Grace setiap bertemu dengannya, bahkan dia sama sekali tak mengungkit detensinya atau sarkasme khasnya itu.

Lagi-lagi, Grace mendapati dirinya sendiri melirik Snape di setiap kesempatan yang ada. Saat ini dirinya masih belum mengikuti kelas, jadi kesempatan satu-satunya yang ia punya hanyalah saat makan malam.

"Hei, Grace!" panggil Wood. Nadanya khawatir bercampur bingung. "Jangan bilang kalau kau mulai menyukai Snape!" bisiknya.

Grace tertegun. Pangkuan kepalanya lepas dan hampir saja dagunya terkena meja makan mereka.

Mendengar ini, Fred dan George yang duduk bersebrangan dengan mereka hampir memuncratkan jus labu yang diminumnya itu. "Kau serius Grace?" tanya Fred. Grace bisa lihat kegembiraan dan kebingungan yang bercampur satu di wajahnya.

George membuka mulutnya, "Dia? Snape? Kau serius?"

"Blimey, Oliver!" seru Grace sambil menoleh ke arah Wood dengan cepat, menggigit bibirnya. "Dia profesor! Profesor!"

"Tapi kau dari tadi meliriknya terus." Wood membela dirinya sendiri, walau entah kenapa dirinya sedikit senang atas pernyataan Grace tadi.

Fred menghela nafas lega dan menaikkan alis matanya ke arah George, "Wood kecil kita hanya cemburu, ya 'kan, George? Ah, Oliver. Kau membuat kita terkejut saja."

Mereka berdua tertawa kecil, membuat Wood menendang kaki mereka di bawah mejanya.

"Maksudku, dia cemburu dengan Snape! Dia guru tercintanya—Snape!" teriak George setengah sakit, setengah bercanda.

Grace menghembuskan nafasnya, tak bisa menyangkal pernyataan Wood dan pipinya memerah. Mata coklatnya melirik mata Wood dalam-dalam. "Sepertinya aku membuat masalah yang serius dengannya,"

Mereka hanya bisa terdiam sejenak, lalu Wood memutuskan untuk menepuk pudak Grace. Wood mengeluarkan hembusan lega dari mulutnya. Ya, mungkin dia berpikir tentang hal ini terlalu banyak. Grace atau siapapun tak mungkin menyukai Snape. Benar. Grace meliriknya hanya karena masalah, tak lebih.

Tentu dia tahu rasanya kalau kau berhadapan dengan Snape, apalagi membuat masalah dengannya.

"Tenang, mulai minggu depan, 'kan kita akan libur?" hiburnya, yang malah membuat Grace semakin panik.

Libur. Berarti semuanya akan pergi dan tinggal dia sendiri disini. Bagaimana kalau dirinya diusir? Mau kemana dirinya nanti?

"Libur?" ulangnya, suaranya terdengar menyedihkan. "Berapa lama?"

"Dua bulan," jawab Fred dan George bersamaan dengan senyum lebar mereka.

"Kau mau kemana nanti?"

Grace menelan ludahnya. Mau kemana dia nanti saat liburan?

Dia memainkan jari-jarinya di bawah meja. "Aku rasa aku tak akan kemana-mana. Dan Oliver, apa aku akan diusir kalau aku tinggal di Hogwarts selama liburan?"

Woods menggelengkan kepalanya, membuat Grace bernapas lega. "Kau bebas tinggal disini—tanpa tugas sama sekali," ucapnya ramah. "Tapi kau yakin kau tak akan merasa sendirian disini?"

Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang