PROLOG

140 15 7
                                    

Aku menatap langit tak bersaput awan itu. Indah. Matahari yang mulai tenggelam seperti api yang membakar angkasa. Burung-burung terbang menari-nari diiringi suara angin yang menenangkan hati.

Ditempat ini, kami mengukir kenangan yang tak akan pernah kulupakan. Aku ingat betul ketika Ia menggandeng tangan mungilku, berlari membelah rerumputan. Tertawa bersama. Aku ingat ketika Ia tersenyum kepadaku, begitu teduh, senyuman seorang ayah kepada anaknya.

Kupejamkan mataku. Kurasakan angin yang menerpa wajahku. Aku bahkan masih bisa merasakan sentuhan tangan ayahku lewat angin yang menyentuh wajahku. Begitu lembut.

'Aileen rindu ayah. Aileen pingin ketemu ayah. Aileen kesepian disini, yah.'

Tess..
Kurasakan kristal bening itu mengalir di pipiku.

'Ayah liat Aileen kan dari atas sana? Aileeen minta tolong jaga Aileen, kuatkan Aileen, yah. Aileen sayang ayah.'

"Dek."

Kubuka mataku. Tak menghiraukan panggilan kakakku. Kuusap air mataku yang mulai menetes lagi.

"Dek, ayo pulang, udah sore, anginnya ga baik buat kesehatan."

Aku menghembuskan nafasku perlahan. Akhirnya aku bangkit dari dudukku. Kutatap langit yang mulai gelap.

'Aileen pulang dulu, yah. Ayah baik-baik ya disana. Aileen bakal balik lagi waktu libur. Aileen sayang ayah.'

Aku berbalik menghampiri kakakku yang sudah menungguku. Ia tersenyum lembut. Persis seperti senyuman ayah. Kubalas dengan senyum tipis.

"pulang?" tawarnya lagi.

"ke bakery dulu ya." jawabku tersenyum tipis.

Ia pun mengangguk, dan lagi-lagi senyuman itu.


================================================================

Hai-hai!!

buat yang udah baca makasih ya *emang ada yang baca?* (tertawa dan menangis) -_- oke lupakan.

maafkan buat bahasa yang mugkin gak sreg. maafkan pemula ini.

please vote and comment if u like my story. ^O^

baaayy!

zulaikhatri

(Im)perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang