Part 8

16 3 1
                                    

Dering ponsel Alia membangunkan dirinya yang tengah tertidur lelap menikmati hari minggunya

Andika putra selamat pagi Al😊 selamat ya cantik kamu dapat peringkat pertama di kelas kamu
Rahmalia anggina thankyou Dik, kamu tau dari mana?Rara ya?.

Pesan line itu terhenti ibu Alia mengetuk pintu kamar dan menyuruh Alia cepat bersiap

"Al kamu tuh ya kalo ada temen mai kesini ya jangan bangun siang Al kasian kan dia jadi nungguin, itu anak Bu Ningsih"
Wanita berusia 30 tahun itu berkata sambil memilihkan baju untuk alia

"sudah cepat kamu mandi"
Ibu Alia berkata sambil menarik Alia dan menyodorkan handuk

~~
Alia sudah siap tubuhnya dibalut dengan dress merah lengan panjang dengan rambut terurai, ia menuruni anak tangga ia mulai melihat sosok yang dari tadi menunggunya.
DIKA

"Dika? Kamu ngapain disini? "
Tanya Alia kaget

"Ini loh Al yang daritadi nungguin kamu anaknya Bu Ningsih, kan sudah mamah bilang"
Ucap ibu Alia sambil menyajikan muffin di meja

"Dika jadi kamu udah disini dari pagi tadi?"

"Iya Al aku udah nunggu kamu"

Senyuman lelaki itu mampu membuat Alia berdegup nafasnya sesak ia berusaha sekuat tenaga agar bersikap santai

"Aku tau kamu peringkat pertama dari mamah kamu Al, selamat ya"
Dika tersenyum ia kembali meminum teh

"Wah iya sama-sama Dika sebenernya ini kebetulan aja sih"
Alia merasa canggung dan tidak enak

"Al, aku udah izin ke mamah kamu, hari ini aku mau ajak kamu jalan"

Deg
Alia kaget ia tak menyangka Dika berani menemui mamahnya demi meminta izin

Setelah berpamitan mereka berdua langsung pergi ke sebuah mall disana mereka menghabiskan waktu berdua di hari minggu terakhir mereka

"Dika pulang yuk udah sore"
Pinta Alia sambil melihat layar ponselnya.

"Oke, aku antar kamu pulang"
Dika berkata sambil menarik tali tas Alia

~~~

Sesampainya di rumah Alia menyuguhkan segelas air mineral pada Dika mereka duduk di teras
Orang tua Alia mengetahui bahwa mereka hanya berteman dan Dika adalah putra dari teman baik orang tua Alia sejak pindah ke kompleks tersebut

"Al, aku beli ini untuk kamu"
Dika mengeluarkan kalung dari kotak berwana biru muda

"sengaja aku beli ini kemarin aku mau kasih ke kamu sebagai kenangan dari aku supaya kamu bisa ingat aku terus Al, aku pengen simpen ya Al sampe kita ketemu lagi nanti. Jangan putus komunikasi ya Al"
Dika berkata panjang lebar membuat Alia kebingungan namun hati kecilnya sedih menerima kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan Dika

"Awalnya, aku suka sama Adit bukan kamu. Aku menyukai Adit karena kelihatannya dia baik tapi setiap bertemu aku dia cuek, sampai kamu datang Dik dan kamu bikin aku ngerti yg namanya nyaman, mungkin kita kenal baru setahun tapi aku mau jujur sama kamu sekarang"

Alia menatap lurus ke arah mata Dika ia tidak ingin akhirnya menyesal jika memendam perasaan dan rahasianya

"silakan Al bicarain semua yang mau kamu bicarain"
Ucap Dika

"Dika, you are my first love, kamu ngajarin aku segalanya walaupun setahun ini kita berteman dan menjalani semuanya begitu aja"
Alia tertunduk ia tak kuasa menahan bulir yang jatuh dari matanya, membasahi pipinya

"Al? Kamu?"
Dika memegang bahu Alia memintanya untuk berhenti terisak
Selama ini Dika merasa Alia hanya menerimanta sebagai teman saja

"Aku gak tau Dika apa yang membuat cewek 15 tahun ngomong kaya gini"
Ucap Alia menggenggam jemarinya

"Itu semua murni dari hati kamu Al"
Dika berkata sambil mengusap pipi Alia

Hati lelaki itu hancur tak mengerti Dika tak bisa mengartikan kenapa dirinya begitu hancur

Dika meninggalkan Alia bersamaan dengan reda nya tangis du wajah gadis manis itu
Alia membawa kotak biru berisi kalung berliontin indah ke kamarnya

"Al kenapa nangis kamu Al?"
Kemala mengejar adik sepupunya ke dalam kamar ia khawatir

"Al kakak tau"
Ucap kemala memeluk Alia, ia mengetahui kesedihan Alia dalam-dalam

"kak Mala"
Alia hanya memanggil Kemala sambil terisak seolah ia mengadukan segala kesedihannya pada Kemala

Dika memang hancur, Alia pun demikian hancurnya,
Mereka sedang saling jatuh cinta ketika mereka harus terpisahkan
Dika tidak mampu membantah ayahnya untuk tetap tinggal
Ia hanya menurut walaupun dalam hati kecilnya ia begitu hancur

Dan, ketika cinta memilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang