*Satu hal yang selalu terngiang-ngiang di benak Shelen adalah saat kita berubah karna seseorang maka, kita telah kehilangan jati diri kita sendiri*
∞∞∞
Hembusan angin yang kuat membuat gorden di kamar Shelen terbang naik turun terbawa angin. Selain itu suara goyahan dari besi jendela yang mendecit, ditambah lagi dengan kokokan ayam jago milik tetangga yang menjadi alaram pagi bagi Shelen. Buat Shelen hal itu sudah biasa, karena riuh itulah yang meramaikan kamar Shelan.
Wajar saja suasana kamar Shelen selalu sepi, karena ia hanya tinggal sendiri. Rumah mereka yang jauh mengharuskan Shelen untuk mandiri, dengan hidup di rumah kos.
"We don't talk anymore, we don't talk anymore." Lantunan melodi dari hp Shelen ditambah getaran membuat Shelen terbangun dari tidurnya.
"Huuuuaaaoom." Shelen menguap sembari melepas penat dan mengangkat telpon.
"Hallo, Shelen, Shel, lo bisa denger gue kan?" Suara seseorang dari balik telpon yang kepanikan, membuat mata Shelen terbuka lebar.
"Iya, gue bisa denger lo kok Ra. Emangnya ada apa lo telpon gue pagi buta begini." Jawab Shelen yang masih bergelut dengan selimutnya.
"Oke, Sekarang lo dengerin gue. Gue sekarang lagi ada di jalanan dan ban mobil gue bocor." Balas Amora yang lagi kepanikan.
"Kalo ban mobil lo bocor, ya lo bawa aja kebengkel. Gimana sih lo"
"Kalo itu sih gue tau, sekarang gue lagi ada di bengkel kok"
"Trus?."
"Kok terus sih?. Masalahnya mobil gue kan udah selesai di servise, tapi gue lupa bawa uang. Dan yang lebih gawatnya lagi Shel gue ditahan dibengkel itu dan gak boleh pulang sampe gue bayar tuh servise." Terdengar suara Amora yang kepanikan dari balik telpon.
"Yaudah, lo tenang aja!. Sekarang lo kirimin alamat bengkelnya dan gue otw sekarang juga kesana."
"Iya, iya. Nanti gue kirimin alamatnya lewat line ke lo." Ujar Amora sambil menutup telepon.
∞∞∞Sembari menunggu line dari Amora, Shelen bersiap siap untuk otw ke alamat yang dikirim oleh Amora. Tak lama kemudian line dari Amora pun telah terkirim ke hp Shelen.
Shelen pun keluar dari kosannya. Ia mengenakan celana pensil yang berbaur dengan kaos berwarna biru tua yang dibalut jaket hitam kulit. Ditambah lagi dengan gaya rambut selin yang dikuncir satu ke belakang dengan rambut terurai di kiri dan kanan pipinya. Itu adalah style keseharian Shelen. Yap, Shelen adalah anak tomboy yang acak acakan, namun cantik.
Tak butuh waktu lama untuk sampai ke bengkel tempat Amora berada.
"Shel, heii, sini gue disini." Sorak Amora kegirangan.
"Bentar, mana orang bengkelnya?. Kok gak kelihatan sih?." Mata Shelen terus mencari cari tukang bengkelnya.
"Sebentar ya!."
"Shel ini tukang bengkelnya." Teriakan Amora membuat Shelen terbelalak.
"Maaf pak, saya mau bayarin biaya servise mobil temen saya pak. Ngomong ngomong berapa biaya keseluruhannya pak?."
"Biaya servise mobil temen kamu semuanyaaa, seratus delapan puluh ribu rupiah."
"Ini pak uangnya." Shelen memberikan uang pada tukang bengkel sembari tersenyum.
"Makasih ya Shelen sayang, sekarang kamu mau aku anter pulang atau enggak?." Kecemasan Amora kini berganti menjadi tawa renyah.
"Ngak usah Ra, gue pulangnya jalan aja. Lagian kan sekarang lagi libur. Gue mau jalan sehat dulu." Shelen dan Amora pun seketika berpisah karena memang rumah mereka tak searah.
∞∞∞
Shelen yang tengah berjalan itu kini dikejutkan dengan sebuah mobil yang melaju kencang.
"Aaaaaaaaa, Aaaw. Sakit tau. Sialan banget sih lo. Gue sumpahin ban mobil lo bocor." Shelen yang semula berdiri tegak, kini tergeletak dengan tangan yang berdarah.
^^^
@Bellafadia1Ikutin terus lanjutan ceritanya ya!!
Kalau mau coment, Silahkan!
Saya butuh masukan dari kalian😉
Hhehehehe😂#TF
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling
Teen FictionMenceritakan tentang seorang gadis SMA cantik yang tomboy dan acak acak yang kemudian bertemu dengan cogan yang baik dan idola semua orang.