Classmeeting

151 5 0
                                    

"Bangun tidur, tidur lagi.
Bangun lagi, tidur lagi.
Banguunn.. Tidur lagi."

Alarm ponselku berbunyi. Aku mengklik kotak abu-abu bertuliskan "Tutup" agar alarm berhenti.

Aku menoleh ke samping, Mba Okta masih tertidur. Langsung saja ku serobot handuk di balik pintu kamar dan bergegas mandi.

Usai mandi, aku sudah tak mendapati keberadaan Mba Okta.

Hari ini tak ada kegiatan belajar mengajar dikarenakan ujian akhir semester sudah selesai. Seperti biasa, sekolahku mengadakan classmeeting. Kegiatan yang akan dilombakan adalah: sepak bola (tidak diselenggarakan untuk kelas 9),desain batik,paduan suara,musikalisasi puisi,dan gerak jalan. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan hanya dalam satu hari. Lomba yang menarik perhatianku adalah gerak jalan,musikalisasi puisi,dan paduan suara.

Aku berlari kecil menuruni tangga dengan baju olahraga berwarna oren,tas jansport yang berada di punggung,serta sepatu adidas superstar yang sesekali meninggalkan bunyi "tuk tuk tuk".

"Selamat pagi semua", sapaku.

Di meja makan sudah ada ayah,ibu,Mba Okta,Om Candra,Tante Bilqis,dan Ferdinan.

"Pagi." , jawab mereka serempak.

"Makan sandwitchnya, nak", ibu menyodorkan sandwitch.

"Thank mom.", aku menyaut sandwitch dan duduk di kursi depan Ferdinan.

Krik krik.

"Nanti gue anter ya?", Ferdinan memecah keheningan.

"Apa?", aku berpura-pura tidak mendengar perkataan Ferdi.

"Nanti gue anter lo berangkat sekolah", ulangnya.

"Oh, boleh", aku tak menatapnya sedetikpun, masih menatap sandwitch yang akan ku lahap.

❤❤

Aku dan Ferdinan berjalan menuju teras, aku masih bingung, Ferdinan akan mengantarku dengan kendaraan apa. Tak hanya berdua, orang tua kitapun mengekori kita menuju teras.

"Fer, kita mau naik apa? Atau elu cuma mau ikut sampai alun-alun? Mau jogging?", berbagai pertanyaan langsung ku keluarkan.

"Gue ga mau jogging kok. Gue mau antar lo pake mobil bokap.", dia melempar kunci mobil dan menangkapnya kemudian tersenyum miring.

Aku menggeleng dan tersenyum tipis.

"Ivona berangkat dulu ya.", tak lupa aku berjabat tangan dengan orang tuaku dan orang tua Ferdinan.

"Silahkan masuk,Ona", Ferdinan membukakan pintu mobil.

Aku memasuki mobil dan mengkerucutkan bibir. Bisa-bisanya dia ikutan manggil aku Ona, macam Om Candra.

"Pakai sabuk pengamannya.", kata dia.

"Elah cuma sebentar juga sampai. Males ah"

"Hei jangan belagu kamu. Mau sebentar atau lama. Mau jauh atau dekat. Tetap aja harus pake sabuk pengaman, Sipit.", dia menarik sabuk pengaman untukku dan menyatukannya.

"Awas! Gue bisa pakai sendiri kok. Modus banget lu.", kataku menampong tangannya.

"Makasih atau gimana kek udah gue pasangin."

Ferdinan menghela nafas dan menarik persneling mobil. Selama perjalanan, aku ataupun dia tak angkat bicara.

Ku tatap ke depan, ternyata kita sudah sampai di sekolah(ku). Aku melepas sabuk pengaman.

"Makasih.", ucapku singkat. Kemudian turun dari mobil.

Aku masih berdiri di depan gerbang. Memperhatikan mobilnya dalam diam. Ferdinan belum juga meninggalkan halaman sekolah. Aku berdecak kesal. Apa ada tujuan tersembunyi, sehingga dia mau mengantarku ke sekolah?

My Junior High School StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang