BERANI MELANGKAH

681 39 5
                                    

Author's Note:

Berhubung chapter sebelumnya agak pendek, maka saya bonuskan 1 chapter lagi sebagai teman di akhir pekan ini.

Mohon kritik dan sarannya ya... Terima kasih...

***


Rumah Keluarga Prastomo

Jakarta, Januari 2022

19.00 WIB

Membaiknya kondisi nasional pasca Pandemi COVID-19 mulai terkontrol, membuka kembali lembaran baru dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Walau bagaimanapun, kembali aktifnya sekolah-sekolah mengadakan pertemuan dengan sistem tatap muka langsung, membuat para siswa bergembira karena bisa kembali bertemu dengan kawan-kawannya. Berakhir sudah masa-masa pendidikan yang memanfaatkan video conference sebagai media utama pembelajaran mereka.

Dan hingga kini, satu semester telah berhasil dijalani dengan new-normal. Dan aktifitas masyarakan kembali hampir sama seperti sebelum terjadinya pandemi. Namun tentunya, dengan berbagai adaptasi kebiasaan baru di kegiatan mereka sehari-hari.


Pendidikan Rama-pun memasuki semester terakhir di sekolahnya. Kini ia telah duduk di kelas XII SMU dan semester ini, semua guru di sekolahnya seolah-olah memberikan beban tiga kali lebih berat dari hari-hari belajar mereka sebelumnya.

'hei... ini kan SMA Delapan... tempat anak-anak terpintar se-Jakarta sekolah... kenapa juga mereka masih panik dengan ngasih materi tambahan sih?', keluh Rama dalam hati.

Sebagai seorang siswa yang hari-harinya biasa dilalui dari kompetisi ke kompetisi, lomba ke lomba, maka tekanan belajar tambahan seperti ini sejatinya tidak menambahkan materi pengetahuan bagi para siswa. Hanya sedikit yang jadi lebih paham, sisanya justru makin tertekan karena mereka dipaksa belajar diluar batas kemampuannya.

Namun dibalik itu, ada hal lain yang belakangan sangat mengganggu pikirannya. Kalau ditanya apakah hal tersebut itu?


Ujian Akhir Sekolah Nasional? Bukan, selain ia merasa sudah cukup siap untuk hal itu, tetapi berhubung nilai US saat ini bukan lagi hal yang utama untuk kelulusan dan seleksi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka hal itu semakin tidak menjadi beban baginya.


Pacar? Ehhmmmmm......... ini agak sulit dijawab. Sampai saat ini secara status sosial, ia masih berstatus single alias jomblo, atau apapun istilah gaul jaman sekarang menyebutnya. Setidaknya sejak awal tahun ajaran ini, Rama bisa memastikan tidak ada satupun cewek di sekolahnya yang begitu niat untuk PDKT kepadanya, atau setidaknya mencoba menarik perhatiannya dengan metode apapun. Yah, walaupun ada seseorang yang sering menari-nari di kepalanya.


Keuangan? Lah, siapa yang bakal percaya seorang Rama, putra pertama keluarga Prastomo, salah satu keluarga pengusaha yang masuk daftar Top-50 pengusaha nasional, bakal punya masalah keuangan? Selama semua pesawat terbang full service atau premium service masih menyajikan makanan dalam penerbangannya, maka bisnis keluarga Prastomo tidak akan goyah.

Kalau soal hal ini, Rama bahkan bisa mengkoreksi, karena ketika awal 2020, ketika pemerintah menutup semua akses penerbangan dalam dan luar negeri, selama itu pula perusahaan keluarga Prastomo tidak memiliki pendapatan dari bisnis catering airlines. Bukan hanya catering untuk inflight meals, tapi juga catering untuk aircrew dan groundcrew maskapai yang jumlahnya tidak sedikit itu. Rama bahkan memanfaatkan sebagian waktu sisa kegiatan Belajar dari Rumah-nya untuk memutar otak demi membantu perusahaan keluarganya ini bertahan dalam situasi sulit.

Sayap Tanah Air - Kepakan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang