"Naura!"
"Naura tunggu gue!"
Naura terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan dari suara yang ia sudah tahu betul siapa.
"Naura, gue ngomong sama lo!" seru Putri yang berhasil menyusul Naura.
Naura berdecak sebal. "Ngapain, sih?"
"Ra, gue mau jelasin," jawab Putri sambil menggandeng tangan Naura berniat membawanya ke kursi dekat situ.
"Apaan sih," kata Naura melepas pegangan tangan Putri, "jelasin apaan lagi? Gue kan kemaren udah tau."
Putri menggeleng. "Lo bahkan nggak tau apa-apa."
"Gue tau!" seru Naura sedikit membentak. "Gue tau lo kemarin sama Valdo di parkiran. Pegangan tangan, berduaan. Apa yang gue belum tau? Lo jadian?"
Putri membuang napas kasar. "Nggak, Ra. Lo harus dengerin omongan gue, ini penting."
"Kalo omongan lo tentang lo yang udah jadian sama Valdo, gue nggak perlu denger. Mending lo sana aja, jalan sama Valdo. Kayaknya kemaren lo bilang kalo lo deket sama Valdo pas ada gue doang, ternyata pas nggak ada gue lo ketemuan sama Valdo, jadian pula. Lo tuh temen gue apa bu—"
Putri memotong pembicaraan Naura. "Ra, lo salah paham. Asal lo tau gue nggak jadian sama Valdo. Gue juga sama sekali nggak ngedeketin Valdo diem-diem, atau apapun itu yang lo pikirin. Gue bahkan ketemuan sama Valdo buat bantuin lo, Ra."
Naura terdiam sebentar, mencerna perkataan Putri. "Bantu gue?"
Putri mengangguk. "Iya, gue bantuin lo. gue penasaran Valdo itu sebenernya gimana sama lo, dia suka beneran atau nggak sama lo, gue Cuma mau mastiin itu doang."
"Terus kenapa lo pegangan tangan sama Valdo?"
"Gue waktu itu seneng banget. Walaupun dia nggak ngomong secara langsung kalau dia suka sama lo, tapi ada satu pernyataan dia yang bikin gue yakin kalau seenggaknya dia simpatik sama lo. Karena itu, saking senengnya gue, gue nggak sengaja megang tangan dia. Kebetulan lo lewat disana, Ra."
Naura mengangguk-anggukan kepalanya. "Masa sih, dia simpatik ke gue? Eh tapi waktu tu lo bohong sama gue! Katanya lo udah pulang, taunya di parkiran."
"Sori, gue terpaksa bohong. Gue takut ketahuan sama lo kalo gue ketemuan sama Valdo tanpa sepengetahuan lo, yaudah gue bohong aja. Taunya, gue tetep ketahuan."
"Gue yang minta maaf, karena udah salah paham." Naura berkata sambil memeluk Putri singkat. "Eh tapi, jadinya Valdo suka nggak sama gue?"
Putri mengangkat kedua bahunya. "Cari tau aja sendiri, tapi yang pasti, gue sih udah tau jawabannya."
"Lah kok gitu? Masa lo nggak mau kasih tau gue?" Naura memprotes.
"Biar Valdo sendiri yang bilang sama lo. Gue udah cukup mencampuri urusan lo berdua."
"Lah kalo dia nggak ngomong gimana?" tanya Naura.
"Ya berarti lo kurang beruntung," jawab Putri sambil memeletkan lidahnya.
"Sialan."
Setidaknya, mereka berdua sudah berbaikan. Walaupun Naura masih berpikir keras, apakah Valdo menyukainya? Atau malah membencinya?
Naura berharap Valdo menemuinya seperti tadiyang Putri katakan.
=====
HUA PART KILAT
ngetik ini cuma 15 menitan sumpademiapa. Dan ya beginilah,satu part lagi sudah end sepertinya. Endingnya masih belum kepikiran sih/digampar/ ada yang punya saran?
kira-kira Valdo bakal ngomong apaan ke Naura?
sudah sepertinya itu saja. Oiya, mau dedikasiin part ini untuk @anggapsajaRika
terimakasi sudah komen, juga untuk yang lain yang komen maupun votes, aku terimakasi sekali. tanpa kalian cerita ini sungguh garing mwehehe.sudah, bye!
-IGN-
[16/12/16]ps. wah tanggal nya cantique #kodepengentaken#authorjomblo:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Nauracamera
Short StoryValdo menyukai fotografi. Bisa dibilang, fotografi adalah hidupnya, dunia nya. Kamera tidak pernah terlepas dari genggamannya, saat berada di sekolah sekalipun. Naura menyukai Valdo. Dapat dikatakan bahwa Valdo juga sebagian dari hidupnya, dunia nya...