Ariana Grande x Justin Bieber
"Wait, wait. Ini sungguhan, benar?" Justin menengokkan kepalanya kekanan dan kekiri. Dia lalu melihat tubuhnya yang diikat pada sebuah kursi. Lalu menatap Ariana yang masih mengacungkan sebuah pisau. Dia kemudian menahan nafasnya dan tangannya berusaha bergerak untuk melepaskan ikatan pada tubuhnya.
"Kau kira ini tipuan? Kau sekarang sedang benar - benar di sandera dan aku adalah pembunuh bayaran!" Ariana meletakkan kembali pisaunya di atas meja. Dan kemudian menatap Justin garang.
"Kau? Apa?" Justin mengerutkan dahinya. Wanita mungil di depannya ini bisa membunuh orang? Sungguh? Bahkan tingginya tak lebih dari Justin.
"Pembunuh bayaran."
"Sungguh?" Justin sepertinya akan tertawa kalau saja Ariana tidak mengacungkan pisaunya lagi.
"Jangan pernah tertawa, aku tak main - main denganmu, pecundang." Ari berjalan mendekati Justin lagi kemudian ia mengelus pipi kanan Justin dengan pisau di tangannya.
Justin meringis, pipinya terasa dingin karena logam itu. Tapi kemudian ia menatap pemandangan didepannya. Atasan Ariana yang sedikit terbuka. Justin menyeringai.
Ariana yang menyadari kalau Justin tengah menatap payudaranya yang sedikit terlihat segera menusuk pipi Justin dengan ujung pisau yang masih menempel pada pipinya. "Jangan coba - coba mencari kesempatan!"
Justin sedikit meringis saat pisau itu menusuk pipinya dan kemudian ia merasakan ada yang mengalir di pipinya. Tapi, ia malah tertawa saat ini.
"Oh, ayolah aku mengerti sekarang." Justin masih tertawa. Ariana membalikkan badannya dan sedikit menaikkan custumnya untuk menutupi atasannya yang terbuka tapi mengakibatkan celana bawahannya terlihat. Dan Justin makin tertawa kencang. "Sebetulnya kau tak perlu menyanderaku atau membayarku untuk hal seperti ini. Aku bisa saja langsung menyerahkan diriku padamu!"
Ariana langsung berbalik badan menatap Justin. Ia melotot. Justin tidak tahu kalau ini adalah custum paling efektif yang ia miliki. Custum ini masih bisa menjaga kecantikkannya saat dirinya berperang. "Diam, atau kau aku tusuk kembali!"
"Oh, nona. Kau tidak bisa seperti ini. Kau sangat kasar." Justin pura - pura cemberut ketika Ariana memperlihatkan lagi pisau yang diujungnya kini ada darah. "Perempuan tidak boleh kasar."
Ariana menghiraukan Justin. Dan kembali berputar mengelilingi Justin. Saat dia dibelakang Justin. Dirinya membisikkan sesuatu pada telinga Justin, "tapi aku pembunuh bayaran. Aku si pembalas dendam."
Justin terkekeh karena geli mendapatkan bisikkan seperti itu tepat di telinganya. Ia berpikir cara seperti itu sangat seksi. "Laki- laki tak menyukai perempuan kasar."
"Dan aku tak pernah menyukai laki - laki!" teriak Arianna. Dirinya sudah tak menyukai Justin dari pertama kali bertemu. Dan telinganya terasa terbakar tiap kali Justin bicara.
"Owh, sayang sekali. Kau lesbi? Padahal kau sangat cantik. Para pria pasti sangat memujamu dan aku juga ter-"
"Ber hen ti!" Telinga Ariana makin panas dan ia langsung melemparkan pisaunya kearah Justin. Tapi tidak mengenai Justin. Pisau itu terjatuh beberapa jengkal di depan kaki Justin.
Justin yang tercengang melihat kejadian di depan matanya hanya bisa membuka mulut lebar - lebar. Dia kira pisau itu hanya mainan. Tapi ternyata pisau itu bukan untuk main - main. Justin kemudian menatap Ariana di depannya yang mukanya tampak merah sedang berusaha mengatur nafas.
"Sudah cukup! Aku tak bisa seperti ini terus! Kau sanderaku dan bersikaplah layaknya sandera!" Ariana mengomel sambil menunjuk Justin. Justin masih menganga nenatap Ariana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck
FanficBisa stuck tengah jalan gue nulis ginian . . . Warning!!! Cerita ga je, asal- asalan, dan mengakibatkan pembaca pusing tujuh putaran wkwkwkwk . . .