White Promise

381 58 11
                                    

Joker Game © Koji Yanagi

Auf Wiedersehen © Yuzu Nishikawa

Pict Mulmed  © to artist (Lu10wa)

[Miyoshi x Reader]

Don't Like, Don't Read!

.

.

"I promise I'll come back for you, I promise I'll never leave you, but destiny separates us."

.

.

"Berapa lama kau akan pergi?"

Angin laut berhembus menerbangkan anak rambut sepasang pria dan wanita yang berdiri berhadapan dengan sinar berwarna jingga dari sang mentari yang mulai menghilang dibawah garis cakrawala sebelah barat.

Sang pria tersenyum mengejek, lalu menepuk lembut puncak kepala si wanita.

"Aku bahkan belum pergi dan kau sudah bertanya berapa lama?"

"Tapi kali ini kau akan menjalankan misi jangka panjang, bukan? Tinggal di negeri asing sendirian, dan tak membiarkan siapapun mengetahui identitasmu yang sebenarnya."

Kedua tangan si pria beralih menangkup wajah sang wanita, senyum mengejek yang tersungging dibibirnya digantikan oleh senyum tulus yang memaklumi kekhawatiran wanitanya.

"Ini pekerjaanku. Kita bersama-sama menanggung sebuah resiko besar dan sudah berkomitmen saat memutuskan untuk memulai hubungan ini, bukan?" kedua jempol sang pria mengelus lembut pipi sang wanita sebelum ia kembali berbicara, "aku mengerti ke khawatiranmu."

Sang wanita hanya balas tersenyum sendu, menggenggam sebelah tangan sang pria yang menangkup wajahnya. Matanya berkaca-kaca, liquid bening pun mulai menumpuk diujung ekor matanya. Sang pria menghela napas menimbulkan sebuah uap putih karena cuaca mulai mendingin, lalu melepas tangannya dari pipi si wanita dan merogoh kantung celana hitam miliknya. Mengeluarkan sepasang cincin dan memasangkan sepasang cincin tersebut ke jari tengah dan jari manis si wanita.

"Jaga benda ini baik-baik selama aku pergi."

"Kenapa kau memberikan cincinmu padaku juga?" dibanding keterkejutan atas tindakan si pria, si wanita lebih memilih bertanya alasan sang pria memberikan sepasang cincin itu.

"Jaga baik-baik benda itu. Saat aku pulang dari misi, aku akan mengambilnya kembali-" si pria memotong ucapannya, mendekatkan wajahnya kearah sang wanita dan kembali berbicara, "-dan kupikir saat itulah waktunya untukku melamarmu secara resmi."

Wajah sang wanita menghangat, menampakan semburat merah yang nampak kontras dengan pipi putihnya. Si pria terkekeh melihat rona semu dipipi wanitanya, senyum mengejek kembali mengukir diparas tampan si pria.

"Tapi cincin ukuran jariku hanya sedikit longgar dijari tengahmu. Jangan bilang berat badanmu bertambah." Ucap si pria mengejek untuk wanitanya. Berharap dengan sedikit candaan rasa khawatir si wanita sedikit menghilang.

"Kau tahu, sungguh tindakan tak sopan bagi seorang pria mengatakan berat badan wanitanya bertambah." Balas sarkatis si wanita, memandang sebal kepada prianya. Si pria kembali tertawa melihat tingkah wanitanya yang selalu menyenangkan untuk digoda.

"Berhenti berwajah seperti itu. Saat marah wajahmu jelek sekali dan tak pantas bersanding denganku yang tampan ini."

Sang wanita memutar bolamatanya jengah menanggapi ucapan narsis prianya. Ya, ia mengakui jika prianya tampan, tapi sifat narsisnya terkadang membuatnya sebal juga.

Auf Wiedersehen [Oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang