"Kalian sudah membawa perlengkapan yang akan kita butuhkan?" Tanya Leo memastikan.
"Tenang saja." Kata Miranda meyakinkan.
"Aku mengecek perlengkapanku dua kali." Ucap Lea sambil mengangkat tas yang akan dibawanya.
Vinsen dan Andrew hanya memberi tatapan 'Kami juga sudah mengecek perlengkapan kami'.
"Sekarang berpegangan tangan." Perintah Leo pada mereka.
Tanpa banyak protes, mereka langsung menurut saja.
"Lea pegang kalung Emerald itu, kemudian katakan 'troll forest'." Jelas Leo.
'Troll forest.'
Setelah mengucapkan mantra, mereka langsung berpindah tempat ke troll forest. Kalau mau jujur, Lea lebih menyukai berjalan daripada berteleport.
Karena saat berteleport perutnya seperti diguncang dan ingin muntah di saat itu juga. Mungkin belum terbiasa dengan sihir teleport.
'Jadi ini yang namanya troll forest?' Pikir Lea.
Tanpa bertanya pada Leo dan kawan-kawan pun, Lea dapat mengetahui kalau hutan itu menyimpan sejuta misteri yang mungkin belum dapat dipecahkan.
Pohon-pohon di hutan itu sendiri cukup menakutkan. Dikarenakan bentuk rantingnya yang aneh, pohonnya yang berwarna hitam, dan di setiap pohon tidak memiliki daun.
"Um, apa troll itu memang nyata?" Tanya Lea polos.
"Aku belum pernah melihatnya. Mungkin Leo pernah." Jawab Miranda sambil menunjuk Leo.
"Hanya sekali. Dan aku tidak ingin membahas tentang itu." Kata Leo.
"Andrew, merasakan pergerakan?" Tanya Leo pada Andrew, yang sedari tadi Lea perhatikan hanya memejamkan matanya.
"Sejauh ini, tidak." Kata Andrew kemudian membuka matanya.
"Ayo kita harus keluar dari hutan ini sebelum malam." Kata Leo kemudian berjalan memasuki hutan itu.
"Miranda, memangnya kenapa kalau sudah malam?" Tanya Lea kemudian menyusul Miranda yang sudah mulai berjalan mengikuti Leo.
"Yang kutahu troll suka berkeliaran di malam hari." Jawab Miranda.
"Tapi kita punya Vinsen kan?" Kata Andrew.
"Tapi kita tidak bisa membiarkan Vinsen bertarung sendirian." Kata Leo yang membuat Andrew tidak berkata apa-apa lagi.
"Memangnya sihir Vinsen efektif di malam hari?" Tanya Lea pelan pada Miranda.
"Yap, kau cepat tanggap ya?" Kata Miranda sambil terkekeh pelan.
Menjadi satu-satunya perempuan di antara Leo, Vinsen, dan Andrew membuatnya kadang kesepian karena tidak memiliki satupun teman perempuan.
'Berteman dengan Lea merupakan sebuah keberuntungan.' Batin Miranda.
"Leo kau yakin kita tidak akan tersesat di hutan sebesar ini?" Tanya Vinsen.
"Tenang saja, selama kita terus berjalan ke arah timur kita pasti bisa keluar dari sini sebelum malam." Jelas Leo.
Kalau tadi jalan yang mereka lalui hanya tanah, sekarang mereka harus naik turun bebatuan yang cukup tinggi.
Lea dan Miranda dibantu oleh Andrew dan Vinsen. Sedangkan Leo? Melalui rintangan dengan santai.
"Leo! Ayolah bantu kami disini!" Teriak Miranda sedikit kesal karena leader mereka, tidak memperlihatkan walau hanya sedikit kepeduliannya.
"Andrew dan Vinsen sudah membantu kalian kan?" Balasnya sedikit terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Queen
FantasyLea Bradley yang selalu dibully oleh satu sekolah, menghadapi kenyataan bahwa dia tidak bisa menjalani hidup, sebagaimana anak normal lainnya. Cynric yang merupakan sumber masalah, membuat Lea harus membunuhnya karena telah ditakdirkan. Masa lalu y...