"Ginaaaa!!! Ajarin gue passing pokoknya! gue gamau tauuu!!!" teriak seorang perempuan cantik berambut coklat yang diikat asal tersebut pada temannya.
"Gue sibuk, loe sama Alvin aja deh!" balas temannya, yaitu Gina. Saat ini, dua sekawan ini berada di lapangan SMA Budi Harapan Surabaya. Ya, mereka sedang ekskul voli. Walaupun sebenarnya, Dhila -nama gadis berambut coklat- nggak bisa voli. Ini semua atas paksaan Gina, sahabatnya.
"What? Alvin?! OGAH!!!" Dhila bergidik ngeri membayangkan jika ia dijarai voli oleh Alvin. Alvin memang atlit voli sih, tapi jailnya itu gak ketulungan! Apalagi setiap Dhila dekat dengan Alvin, pasti Dhila selalu sial.
"Ada yang memanggil nama dari orang tampan ini?" tiba-tiba Alvin muncul dengan narsisnya. Membuat setiap wanita melongo memperhatikan betapa sempurnanya tubuh Alvin yang dibalut t-shirt putih tipis sehingga terlihatlah perut six packnya dan celana training pendek yang memamerkan kaki jenjangnya yang mulus. Tapi, tidak bagi Dhila. Gadis ini menganggap kedatangan Alvin adalah bencana. Ya! Bencana. Dia harus siap-siap sial. Lagi.
"A'udzubillahiminasyaithanirrajim (saya berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk)" Dhila berdo'a. Alvin mendengar Dhila membaca ta'awudz mengernyitkan dahi. 'jadi, makhluk setampan gue dianggep setan? kurang ajar nih anak.' batin Alvin.
"Ada yang bisa gue bantu Dhila sayang?" goda Alvin. Dhila membalasnya dengan memelototkan mata ungu nya yang menawan. Mata yang sangat jarang dimiliki seseorang.
Alvin terkikik pelan. "Sayang sayang kepala loe peyang!" jawab Dhila lalu pergi. Alvin hanya mengangkat bahunya dan berlari ke arah pelatihnya untuk meminta izin minum.
Dhila pergi untuk beristirahat sejenak. Entah kenapa, sejak minggu llu setiap olah raga kepalanya bagian kanan berdenyut-denyut. Dia tak berani memeriksakan diri ke dokter, takut jika hasilnya buruk.
Setelah menghabiskan setengah dari isi botol air minumnya, Dhila kembali ke lapangan dan berlatih voli kembali.
****
"Woi Vin!" panggil celetuk sahabatnya, Darent. Alvin hanya menoleh dan memasanga wajah polosnya. heran gue, wajah Alvin kalau gini kayak gak punya dosa. batin Darent.
"Paan deh, eh ikut gue yuk. Beli air." pinta Alvin. Darent hanya mengangguk pelan.
"Rent" panggil Alvin pada Darent.
"What?" jawab Darent.
"Gak papa, nge test teliga. Hahahahaha" kata Alvin, lalu tertawa. Darent hanya melengos kesal. Tiba-tiba, Darent ingat apa tujuannnya memanggil Alvin. Yaitu, mengajak Alvin masuk ke salah satu club voli ternama di Bandung.
"EH Vin, mau ikut club voli gak?" tawar Darent. Alvin nampak berfikir sebentar.
"Nanti aja deh, kenaikan kelas. Bentar lagi kan?" jawab Alvin santai. Alvin membeli sebotol teh dan sebotol air, lalu mebayarnya dan mengajak Darent kembali ke lapangan.