"Kamu yakin Tania, kamu bisa menjaga anakku?" Tanya seorang wanita yang sedang membereskan baju anaknya di kamar rumah sakit.
"Tenang saja Sa, anakmu sudah seperti anakku."
"Andai saja dia tidak kecelakaan seperti ini pasti aku bisa membawanya ke New York." Jawab Sasa dengan sedih.
Keduanya menatap gadis yang sedang tertidur dibrangkar rumah sakit itu dengan miris.
Kaki dan tangannya yang mulus terlihat banyak goresan dan luka.
Kedua matanya yang sekarang masih di perban membuat kecantikannya tertutupi.
"Aku akan membawanya sekarang Sa. Aku tidak tega terus-terusan membuatnya menghirup udara di dalam rumah sakit."
Sasa menciumi anak gadisnya. Air matanya menetes.
"Semua akan baik-baik saja." Kata Tania mengusap lengan Sasa.
Kedua wanita itu saling berpelukan dan berpisah.
Tania dibantu suaminya dan beberapa perawat membawa gadis malang itu ke mobil.
-----
Arion Bastian yang biasanya di panggil Bass pulang tengah malam. Dia memakir mobilnya.
Dengan keadaan setengah sadar dia membuka pintu.
"Sial.. di kunci. Bi...Bibi.... buka pintunya." Cowok berumur 17 tahun itu menggedor-gedor pintu rumahnya dengan keras.
"Oh ya. Gue kan bawa kunci. Goblok." Bass memukul kepalanya sendiri.
Saat akan memasukan kunci dalam lubang kunci di pintu terdengar suara wanita menangis.
"Hiks... hiks tolong. Siapa pun gelap."
Bulu kuduk Bass merinding. Dengan cepat dia membuka kunci dan menguncinya dari dalam.
Rumah begitu gelap. Bass sudah terbiasa pulang malam. Tapi baru kali ini dia mendengar suara wanita menangis.
"Hiks hiks..." suara itu semakin keras.
Dengan langkah kaki bergetar Bass mengambil sapu dan membawanya berjalan ke arah suara tangisan tersebut.
"Kalau itu bener setan, gue bunuh dia biar kapok." Bass mempererat pegangannya pada sapu berwarna merah putih itu.
Ternyata suara itu berasal dari kamar tamu.
Perlahan Bass membuka pintu. Terlihat lampu kamar itu remang-remang.
Bass masuk perlahan.
Sreek sreek
Terdengar pergerakan seseorang.
Braaak.. sebuah pajangan berbentuk kuda terjatuh dari lemari.
"Huuuuuaaa setan." Bass memukul gadis berambut panjang yang berdiri di depannya.
Bass melihat wajah gadis itu tidak mempunyai mata.
Ada kain putih menutupinya.
Bass memukulnya semakin kencang.
Gadis itu menangis kencang kedua tangannya seperti ingin menangkis serangan Bass.
Bass memukulnya semakin keras dan lebih keras.
"Sial kenapa setan ini gak mati-mati."
Gadis itu mulai kelelahan.
Dengan cepat dia menangkap ujung sapu Bass.
"Sial. Heh setan. Lepas gak. Itu sapu gue."
Gadis itu menyerang Bass sekarang. Dia menyerang kesegala arah.
"Haha gak kena goblok. Lo setan buta ya? Kasian banget hidup lo. Udah jadi setan pakek buta lagi." Bass berlari memghindar.
"Huuuaaa... lo dimana sih bangsat. Lo siapa ?kenapa bisa di kamar gue."
"Kamar lo? Ini rumah gue."
"Gak mungkin. Lo maling kan? " teriak gadis itu.
"Maling? Mana ada maling ganteng kayak gue. Ini rumah gue. Rumah lo dikuburan sana. Hahaha ternyata gue bisa ngomong sama setan."
"Setan ndasmu itu. Gue manusia. Mama... mama..." gadis itu berteriak-teriak memanggil mamanya.
Spontan Bass berlari membekap mulut gadis itu. Karena larinya terlalu kencang mereka berdua terjatuh di atas ranjang.
Karena mendengar suara ribut-ribut kedua orang tua Bass berlari menuju kamar tamu.
"Astaga Bass, apa yang kamu lakukan?" Tania terlihat syok.
KAMU SEDANG MEMBACA
123 days with BadGirl (Completed 3)
Teen FictionAluna Melody seorang gadis sangat bandel,nakal dan tidak mau menuruti nasehat kedua orang tuanya mengalami kecelakaan. karena suatu hal orang tuanya menitipkannya pada temannya selama 4 bulan. Saat membuka mata dia tersadar kalau dia melihat sesuatu...