Begini, aku tidak ingin kamu sakit hati. Aku tidak ingin, ada hati yang terluka. Karena aku tahu, terluka karena cinta sama sekali tidak enak rasanya, kan? Tak boleh ada tangan yang menepuk-nepuk udara. Tak boleh ada hati yang merah jambu sendiri. Dan, tak boleh ada rumah yang dihuni sendiri. Terlebih, itu adalah kamu.
Biar aku sampaikan malam ini, agar, malam-malam selanjutnya, kamu tidak lagi merindukan gadis yang sama. Tidak lagi menatap bulan, dengan sejuta kerinduan. Dengarkanlah, kuharap, kamu bisa mengerti (semoga kamu yang ceria, akan tetap ceria setelah mendengar ini). Aku, bahkan sudah ribuan kali belajar mencintaimu. Tapi, perasaanku untukmu, tetap menepi di tepi pantai yang sepi. Kemarin, aku coba sekali lagi. Ternyata, aku membeku. Menggigil ngilu di hamparan salju yang terus menimbun perasaanku. Malam ini, aku menyerah. Maafkan aku.
Kamu tahu aku suka membaca novel, kan? Dan, aku ingin belajar darinya. Karena bagiku, selalu ada yang bisa dipelajari dari sebuah cerita, meski itu hanya fiksi. Kisah ini, tentang Danar Danar. Seorang pemuda bijaksana, teramat bijaksana bahkan. Tapi, suatu-waktu, dia melakukan sebuah kesalahan. Kesalahan yang teramat fatal. Dia, menikahi Ratna, yang sama sekali tak pernah ia cintai. Danar pikir, dengan menikahi Ratna, dia akan berhasil mencintai Ratna sebesar cinta Ratna padanya. Ternyata, dia salah besar. Aku tak mau menjalani hidup seperti Danar, bukan karena untuk bunga-bunga bermekaran dihatiku sendiri. Tapi, karena aku tak ingin bunga-bungamu layu. Apakah bahagia, hidup bersama seseorang yang tak pernah memberikan hatinya untuk kita?
Maka, demi Daun yang Jatuh Tak Pernah membenci Angin (novel favoritku), aku berjanji, akan menjadi Danar yang memilih Tania. Tak peduli bagaimana dunia memandang, meski hanya sebelah mata mereka yang melihat.
Kamu baik. Teramat baik bahkan. Hadirmu, memang seperti pelangi. Indah. Tapi sayangnya, aku lebih suka hujan. Meski mereka saling melengkapi, hujan dan pelangi tidak bisa bersatu. Mereka selalu hadir, di waktu yang berbeda. Pelangi lebih serasi bersama langit, dan bukan hujan. Semoga, suatu hari nanti, kamu menemukan langitmu. Dan aku, tetap di sini. Mendamba bumi.
Semoga angin malam ini, berhembus ke sel-sel syarafmu, menyadarkanmu, bahwa di luar sana ada seseorang yang lebih pantas untukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
General FictionSelamat tinggal kamu. Setelah pergi, aku lupa cara kembali. Tidak sama seperti terbang, aku tidak mau belajar pulang~ Aku tidak marah karena kamu tidak peduli. Aku hanya sedikit menyesal pernah lebih mencintaimu daripada diriku sendiri~ Terbanglah d...