Megan
________
Dengan wajah cemberut aku berjalan dibelakang tubuh yang seratus persen mirip dengan Justin. Jika bukan karena tugas kelompok Mr. Trevor si guru sejarahku yang membosankan itu, aku takkan berurusan dengan lelaki sialan ini.
"Ayo" ujar Jason yang ternyata membawa motor ducati hitamnya hari ini. Jarang banget dia bawa kendaraan pribadi, begitu juga halnya dengan Justin. Meskipun dia memiliki mobil Camaro bewarna hitam, tapi nyaris ia tak pernah membawanya ke sekolah.
"Meg, ayo" ujarnya lagi saat aku melamun. Dan dengan cepat aku pun naik keatas motor ducati yang tinggi ini.
Saat ia menyalakan mesin dan mengegas motornya, aku tak tahu harus memeluknya atau tidak untuk berpegangan. Tapi tiba-tiba saja ketika jalanan sepi ia mengegas motornya dengan kecepatan tinggi, aku pun tak dapat menahan tanganku untuk tidak melingkar dipinggangnya. Aku ketakutan.
"jangan ngebut! Takut!" Pekikku saat tubuh kita berpelukan tanpa ada celah. Setelah mendengar omelanku, Jason pun langsung mengurangi kecepatannya hingga kita sampai dirumahnya.
Aku turun dan sedikit merapikan pakaian serta rambutku yang berantakan karena Jason tidak membawa helm untukku. Dan setelah ia memakirkan motornya, lagi-lagi aku mengikutinya dari belakang. Kanan, kiri, kanan, kiri, kaki kita berjalan dengan irama yang sama.
Aku memasuki rumah yang cukup besar ini dan pertanyaan mengapa Justin perlu bekerja di Starbuck saat keluarganya cukup memenuhi semua kebutuhannya kembali lagi terputar diotakku. Tapi dengan segera aku mengenyahkannya dan kembali mengikuti Jason ke kamarnya.
"Jadi, kita harus ngapain dulu?" Tanyanya.
Aku terdiam, masih belum fokus untuk mengerjakan tugas sejarah mengenai black lives matter ini.
"Kita cari aja diinternet aja deh, Jas" ujarku lemas.
"Oke"
Jason membuka jaket kulitnya lalu duduk dikursi meja belajarnya dan membuka macbook nya. Sedangkan aku duduk ditepi tempat tidurnya dengan kaku.
Rumah ini begitu sepi, tak ada seorang pun kecuali Jason dan aku. Jason sama sekali tak bertingkah aneh saat Justin perlahan-lahan pergi tanpa adanya kabar. Dia menganggap Justin telah hilang dan melupakannya seolah tak ada yang terjadi diantara mereka. Apa dia tidak khawatir? Atau merasa aneh? Atau takut? Atau perasaan lainnya yang sepantasnya dirasakan saat saudaranya hilang entah kemana.
Aku menghirup nafasku dalam-dalam, parfum Jason yang beraroma cokelat menyeruak dihidungku. Kemarahan kembali merasuki tubuhku.
"Ini aneh, saat Justin tidak ada disini dan kau bersikap seolah-olah tak ada hal aneh yang terjadi" ujarku yang membuat Jason mnghentikan aktivitasnya. Dia tampak kesal mendengarkan keluhanku tadi.
"Oh not again, meg!"
✨
Apdetnya kelamaan yak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker 2 ft. bieber
Fanfiction[COMPLETED] {sequel of STALKER} [Indonesia-English] Justin - i love you and i will love you until i die, and if there's life after that, I'll love you then.