TERJEBAK
DALAM
TAWURANBAGIAN SATU
---
A.N:: HAI ini versi baru. Beberapa part selanjutnya akan di unpublish digantikan versi terbarunya. Oke. Terima kasih.
Happy reading!
•••
Suara sirine polisi terdengar saling bersahutan di malam hari. Puluhan siswa berseragam SMA itu lari pontang-panting menghindari kejaran polisi. Dengan napas yang memburu dan kaosnya yang basah oleh keringat serta beberapa bercak darah di lengan, cowok indigo bernama Bintang Pramuja itu berlari menyusuri gang sempit di sebelah SMA Widya Bhakti. Colekan di lengannya membuatnya menoleh seketika mendapati seorang anak kecil botak-tuyul yang nyengir lebar kepadanya.
Bocah itu lantas menggiringnya berlari sembunyi. Melewati beberapa rumah warga lalu memasuki area tanaman bambu yang tinggi. Suara derik jangkrik dan embusan angin lirih sukses membuat bulu romanya menegak. Samar-samar suara gesekan semak-semak membuatnya siaga. Bocah itu kemudian menghilang tanpa mengucapkan sepatah kata kemudian. Bintang mengamati daerah sekitarnya, jantungnya hampir saja meloncat ketika dikagetkan oleh sesosok perempuan pucat berambut sepinggang yang menampakkan gigi-gigi hitamnya. Suara gemerisik di telinganya membuatnya memejamkan mata menahan easa nyerinya. Perempuan itu melotot marah padanya, menjewer telinganya hingga ia sedikit menjinjit."Bocah sableng! Masih kecil aja sukanya tawuran. Meh dadi apa koe, cah?" (Mau jadi apa kamu, Nak?)
Bintang ingin membuka mulutnya bersuara, namun bibirnya terasa kelu dan beku. Sulit untuk membuka mengucapkan sesuatu. Matanya membulat sempurna ketika hantu perempuan tanpa nama itu menggiringnya kembali ke tempat semula, tempat di mana para polisi bermarkas menciduk anak-anak nakal yang terlibat tawuran.
"Gini-gini saya ini mantan guru BK dulu! Gara-gara bocah nakal kaya kamu saya dulu mati konyol. Mesakno wong tuamu, cah!" (Kasihan orang tuamu, Nak).Bintang memutar bola mata ke atas. Memicingkan matanya tak suka pada sang hantu mantan guru BK namun pelolotan tajam nyaris menyemburkan matanya keluar itu sukses membuat Bintang bergidik.
"Jangan, Ibu guru! Saya gak mau Ayah nangis lagi!" Bintang memohon dalam hati. Karena sepengetahuannya selama berkomunikasi dengan hantu beberapa diantaranya dapat mendengar suara batinnya. Hantu itu menggeleng dramatis, menyentakkan kepalanya ke belakang lantas menendang tulang kering Bintang hingga cowok itu jatuh tersungkur di tanah.
Dua orang polisi yang kebetulan masih menyisir lokasi tawuran memergoki Bintang yang masih dalam posisi bersimpuh menahan nyeri di lutut. Tangannya ditarik ke belakang badan, tertangkap.
"Jelaskan saja nanti di Kantor polisi!"
Bintang mendesah jengah. Sekali lagi berurusan dengan kantor polisi akibat perbuatan yang hanya tak sengaja dirinya lakukan. Sejujurnya penyebab dirinya terjebak dalam tawuran kali ini tidak lain karena sesosok hantu preman mengejarnya hingga ia terjebak di tengah-tengah lokasi tawuran antara SMA Widya Bhakti dan SMA Nusa Bangsa. Kepalanya yang kena pukul entah darimana membuatnya terpancing emosi, terlebih ketika ia nyaris terkena bacokan benda tumpul entah apa namanya.
"Wah cemen lu! Segitu aja jatuh tak berdaya!" ucapan penuh penyulutan kobaran emosi itu membuat Bintang bangkit berdiri menyingsingkan lengan seragamnya. Lehernya tergerak ke kanan kiri melakukan peregangan sebelum akhirnya menendang titit sang mulut besar yang mengatainya cemen. Mendengar suara erangan penuh ringisan kesakitan itu Bintang terbahak. Tawanya hanya sesaat karena dari arah samping wajahnya terkena pukulan telak dan ia tersungkur kembali. Lalu suara sirine polisi membubarkan semuanya, puluhan siswa itu berlari terpontang-panting setelah beberapa diantaranya tertangkap oleh polisi dan digiring ke mobil patroli.
"Lari! Kabur, cuk!" suara teriakan itu membuat Bintang tersadar dari lamunannya kemudian berdiri. Ikut berlari tunggang langgang daripada tertangkap.
Mengingat kesialannya hari ini, Bintang mendesis geram. Menatap satu-satu anak sekolahan entah berasal dari SMA tempat sekolahnya dulu atau yang berbeda sama-sama menaiki mobil patroli menuju kantor polisi. Kondisi mereka sama saja dengan dirinya dengan beberapa lebam dimana-mana. Mobil patroli yang membawanya kian menjauh membuat Bintang hanya menoleh ke belakang, memandangi jalanan lenggang sisa-sisa tawuran. Dari ujung jalan sang bocah botak alias tuyul yang tadi menggeretnya ke pepohonan bambu melambaikan tangannya dengan menyengir lebar, mengangkat tangannya tinggi-tinggi memamerkan dompet kulit bewarna coklat.
"Ketombe badak! Dompet gue!"
Bintang ingin menjambak rambutnya frustasi namun sayang tangannya terborgol, ingin melompat dari mobil patroli dan merebut dompetnya kembali namun badannya ditahan petugas kepolisian bertubuh bongsor yang memelototinya tajam."Diem atau saya tembak!"
"Jangan nembak saya pak, saya udah punya pacar."
Polisi bertag nama Purwanto itu memicingkan matanya tidak suka. Menarik telinga Bintang memberikan jeweran dahsyatnya."Ha! Saya juga sudah punya istri."
LAH?
Bintang menghendikkan bahunya. Berpura-pura saja tersenyum semanis mungkin sebelum wajahnya kembali tertekuk sebal merutuki hari jumat keramat yang membuatnya sial setengah mampus.
-----
Suara ketak-ketik merdu itu terdengar saling berirama mengisi kubikel ruang interogasi. Sementara beberapa bocah berseragam SMA itu digiring menuju sel tahanan dengan wajah tertekuk masam, Bintang masih duduk bersandar menatap bosan bapak Purwanto yang menopang dagu sama-sama memandangnya bosan."Nama?"
Bintang menghela napasnya diiringi senyum manis dipaksakan kemudian, "Manu Rios, pak."
"Halah! Pasti ngawur lagi kamu."
"Enggak, Pak. Ini serius, bapak nggak percaya sama keseriusan saya?"
Bapak Purwanto menarik pistol dari balik tubuhnya dan menodongkan moncongnya tepat di depan hidung Bintang membuat cowok berpenampilan slengean itu terkesiap mengangkat kedua tangannya di udara.
"Udah saya bilangin pak, saya udah punya pacar. Jangan tembak saya Pak!"
Sekali lagi bapak Purwanto menahan ambang kesabarannya. Menggebrak meja kubikelnya dengan dramatis menarik perhatian seisi ruangan. Pun menarik perhatian noni belanda penunggu ruang investigasi di polres tersebut. Noni belanda itu mengedipkan matanya genit melemparkan ciuman udara jarak jauh pada Bintang lantas menyingkap gaun kebesarannya. Bintang bergidik, mengerjapkan matanya sok diimutkan.
"Kali ini saya serius Pak, nama saya Bintang Pramuja, mohon diingat-ingat karena pacar saya Selena Gomes tidak suka dilupakan."
Pak Purwanto mendesah lega, mengetikkan jarinya di atas keyboard menuliskan nama Bintang Pramuja. Tercatat sebagai mahasiswa dengan catatan tiga kali pernah digiring ke polres, pertama terlibat dalam kericuhan di angkot dua bulan yang lalu lantas yang kedua yaitu kedapatan mengobrak-abrik kios buah milik pak Slamet-tetangganya. Membunuh rasa bosan dengan mengetukkan jari-jemarinya di atas meja, Bintang kembali merasakan merinding ketika sang noni Belanda berdiri di sampingnya. Rambutnya yang ikal pirang menyentuh pundak Bintang sukses membuatnya terdiam pucat pasi.
Semengerikannya hantu-hantu yang pernah Bintang lihat dan jumpai, noni belanda adalah kelemahannya karena setakut itu Bintang kepada para noni.
"I khou van jou, (I love you)" suara bisikan lirih lemah gemulai itu membuat tenggorokan Bintang serasa tercekat. Jika saja menangis tidak memalukan jika dilakukan di depan umum apalagi di depan Pak Purwanto, Bintang pasti sudah menangis guling-guling di lantai alih-alih merasakan tubuhnya membeku di tempat.
"Eta terangkanlah?"
Go away!!
Kali ini Bintang benar-benar beranjak pergi menyeret kakinya menjauh namun naas tubuhnya menubruk dada bidang nan kokoh pria berkemeja rapi hitam putih. Keringat dingin Bintang dari pelipis bercucuran deras, kepala Bintang terangkat menengadah menatap sosok yang ditabraknya lantas tersenyum lega, "Daddy, you're the real ma hero!"
30/8/2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Bintang selalu merasa bahwa cinta tak pernah berpihak padanya. Sebagai mahasiswa desain komunikasi visual dan Presbem FSRD, kegiatan hariannya padat. Kisah cinta pandangan pertamanya pada Biru Cendana berakhir tragis--penuh keegoisan. L...