Prolog

1.4K 44 10
                                    

"Who is the father?" seorang perawat keluar dari ruang emergency menatap bergantian tiga pria didepannya.

Salah satu dari ketiga pria dengan wajah cemas melangkahkan kakinya mendekati sang perawat yang langsung membukakan pintu ruangan. Wajahnya sontak bertambah khawatir setelah melihat apa yang ada di balik pintu. Seorang perawat sedang mondar mandir memasang alat pada tubuh wanita yang kini mengerang kesakitan. Dan seorang dokter sedang menunduk diantara kedua kakinya, melihat keadaan pasiennya.

"Ayo kemari, jangan berdiri saja di sana," perawat yang memanggilnya tadi menyadarkannya dari keterkejutannya melihat apa yang sedang terjadi di ruangan ini. Ia berjalan mengikuti perawat mendekati Hera. Wanita yang sedang terbaring kesakitan di ranjang rumah sakit itu bernama Hera.

"I'm here Honey," ia menggenggam erat tangan Hera, berusaha memberinya kekuatan melalui genggaman tangan itu.

Hera Russell menangis, bukan karena kesakitan yang ia rasakan. Ia tidak peduli seberapa pun rasa sakit yang mendera tubuhnya, ia sudah terlalu biasa merasakan rasa sakit itu. Ia hanya tidak ingin ketakutan terbesarnya muncul.

"Kau ... tidak akan ... pernah ...  meninggalkanku ... bukan," ucap Hera lirih ketika ia menyadari seseorang disampingnya.

"Never. Sudah kukatakan berkali-kali padamu aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

"Aku takut ... ahh ...," sakit itu kembali menyerang.

"Aku disini jangan takut."

"Kau bisa mendengarkanku nona," Hera mengangguk, "Sekarang ikuti perintahku. Tarik nafas ... buang melalui mulutmu, tarik lagi yang kuat ... dan sekarang dorong," Hera mengejan sekuat tenaga.

"Tahan ... ambil nafas ... dan dorong ...," Hera kembali mengejan sesuai arahan dokter.

"Sedikit lagi, ambil nafas ... dan dorong ...," Hera mendorong sekuat tenaga dan lega, rasa sakit itu seketika berkurang.

"It's a boy," ucap dokter yang menangani persalinannya.

Don't....! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang