[11] - Rasa Yang Samar

233 7 1
                                    

"Asli gue sebel banget sama Pak Toro! Masa kita harus ngerjain 60 soal Kalkulus dalam waktu seminggu? Apa kabar otak gue?! Bukannya makin pinter, makin koslet iya!" gerutu Putri misuh-misuh sambil menyisingkan lengan kaosnya yang kepanjangan. Mulutnya terus bersumpah serapah mengutuk salah satu dosen yang membuat mood-nya hancur lebur. Tidak hanya Putri, semua mahasiswa di kelas jurusan farmasinya pun ikut mengeluh menyalahkan tindakan Pak Toro yang membuat mereka merasa seperti di neraka.

Mereka mungkin akan 'sedikit' tidak membenci pelajaran kalkulus, jika saja dosen yang mengajar itu asik dan sabar dalam menjelaskan. Tapi Pak Toro malah kebalikannya. Sudah kepalanya botak di depan, penampilannya pun nerd dengan kacamata minusnya yang berbentuk bulat. Sifatnya juga tak kalah kaku dari kanebo kering, juga cara mengajarnya yang seperti orang kumur-kumur dengan kecepatan kilat.

Tapi, Pak Toro memang diakui benar-benar cerdas dan Masternya Kalkulus. Hanya saja saking cerdasnya, beliau memberi soal pada mahasiswanya dan dijawab oleh dirinya sendiri. Benar-benar menakjubkan sekaligus membuat para mahasiswanya geleng-geleng kepala. Tak heran jika banyak mahasiswa yang ikut matkulnya dengan terkantuk-kantuk serta bengong saking tidak mengertinya.

Ruby yang duduk berhadapan dengan Putri pun hanya bisa tersenyum geli. Sudah biasa ia menjumpai Putri di situasi seperti ini. "Setau gue, bukannya lo udah konslet ya Tri?" Ruby terkikik membuat Putri seketika mengerucutkan bibirnya. "Ih gak asik lo mah!"

"Makanan dataangg! Yuhuu~" seru Ello sambil membawa sebuah nampan yang berisi pesanannya dan Ruby. Sedangkan di belakangnya, sudah ada Putra yang menyusul jejaknya sambil membawa nampan yang berisi pesanannya dan Putri. Mereka berdua masing-masing duduk di sebelah dua gadis yang tidak sabar menunggu sejak tadi.

"Ini pesanannya, Princess Rabbit," Ello menyodorkan semangkok bakso dan jus strawberry di depan Ruby sambil tersenyum manis. Ruby ikut tersenyum dengan kedua bola matanya yang berbinar-binar. "Thank you, El," balasnya dengan nada yang dilembut-lembutkannya.

Putri dan Putra yang melihatnya, hanya mengerjapkan mata tidak mengerti dengan tingkah kedua sahabatnya itu. "Apaan tuh Princess Rabbit? Kembarannya Princess Syahrini ya?" Putri mendengus geli, kemudian tertawa terbahak oleh leluconnya sendiri. Padahal tidak ada selain dirinya yang tertawa.

Aneh.

"Lo nge-jokes?" Ello menyeletuk dengan menatap aneh pada Putri sambil menggerdikkan bahunya ngeri. Takut kalau Putri kerasukan semacam jin wanita yang mempunyai lawakan garing.

Putri menghentikan tawanya dan mendelik pada Ello. "Gak! Gue kumur-kumur!"

"Hahaha!"

"Diem lo!"

"Eh jadi cewek tuh jangan galak-galak. Tiati gak laku."

"Astagfirullah, Ello mulut lo!"

Dengan segenap kekuatannya, Putri memukul kepala Ello dengan kasar. Sebenarnya ia ingin sekali menabok mulut Ello dengan sendok yang dipegangnya.

Itu juga kalau ia tidak ingat kalau Ello juga sahabatnya.

"Udah-udah. Sesama jones jangan saling mengejek," Ruby berkata demikian dengan santainya. Setelahnya, ia menyeruput kuah baksonya menggunakan sendok.

Putri dan Ello melotot tidak terima dan langsung meneriakkan protesnya secara serempak.

"RUBYYY!!"

Bakso Ruby meloncat entah kemana saat Ruby hendak sendoknya sudah ada di depan mulutnya yang menganga. Ia mendengus kesal melihat baksonya yang lenyap mubazir akibat teriakan super lebay Putri dan Ello. Ia jadi curiga kalau sebenarnya saudara kembar Putri adalah Ello, bukannya Putra. Lihat saja, Putra malah tampak tenang-tenang saja menikmati baksonya di tengah situasi seperti ini. Dan Ruby yakin, mau ada angin puting beliung, angin topan, badai, tornado, tsunami, ataupun gempa bumi, Putra pasti cuek-cuek saja. Sifatnya mengingatkannya pada Sean.

JET BLACK HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang