Suara ketukan pintu kamarku menghentikkan kegiatan kami yang sedang mengingat masa-masa kuliah dan persahabatan kami.
"Dizta cepat keluar, Shin sudah datang". Seru ibuku dari luar.
"Ibuku sudah memanggilku Karin. Dan sebentar lagi aku akan menjadi tunangan seseorang". Ujarku kepada Karin sambil menunjukkan senyum bahagia meski aku tahu Karin akan dengan mudah mengetahui senyum palsu yang aku buat.
"Haaa ini tidak adil, masa sahabatku yang tidak pernah pacaran. Malah lebih dulu bertunangan di bandingkan aku".
Karin sepertinya sudah paham dengan keputusanku. Karena dia terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Baiklah kalau begitu, ayo kita lihat wajah tunanganmu itu".
Karin mengajakku keluar dari kamarku.
Aku duduk di hadapan Shin yang sebentar lagi akan menjadi tunanganku. Kedua orang tuaku dan juga Karin duduk di sebelahku.
Pemasangan cincin dilakukan. Shin memasangkan cincin di jari manisku dan aku melakukan hal yang sama padanya.
Kini aku dan Shin telah resmi bertunangan.
Acara pertunangannya berjalan lancar, kedua orang tuaku dan ibunya Shin terlihat sangat bahagia dengan pertunangan kami.
Untuk tanggal pernikahanku dan Shin telah di sepakati yaitu lebih tepatnya aku dan Shin akan menikah 28 hari lagi.
Setelah aku telah resmi menjadi tunangan Shin, aku kini disibukkan dengan persiapan pernikahan yang akan di adakan sebentar lagi.
Ponselku berdering dengan nyaringnya. Aku melihat siapa gerangan yang menelponku, panggilan itu ternyata dari Shin.
Aku segera mengangkatnya
"Yaa ada apa Shin??" ujarku kepada Shin di seberang sana"
"Apa kau ada kegiatan hari ini???" tanya Shin padaku.
"Hmmm tidak, kenapa??" ujarku.
"Ibuku menyuruh kita untuk memilih pakaian yang akan kita kenakan saat acara pernikahan nanti".
Semua keperluan acara pernikahanku dan Shin telah di persiapkan dengan sangat matang. Tante Siska yang membantu kedua orang tuaku, sehingga tidak ada kendala yang terjadi.
"Baiklah, jam berapa kau akan menjemputku??" tanyaku kepada Shin.
"Jam 1 siang, aku akan menjemputmu".
Setelah memutuskan sambungan telepon. Aku langsung bergegas untuk bersiap-siap untuk pergi.
Shin datang kerumahku tepat jam 1. Dia merupakan orang yang konsisten dengan waktu tidak seperti kebanyakan orang.
Aku dan Shin berada di salah satu butik ternama. Kami memilih baju untuk acara pernikahan kami nanti.
Aku tidak terlalu mengerti dengan model-model baju pengantin sehingga sedari tadi yang kulakukan hanyalah membolak balik katalog yang diberikan oleh petugas butik.
Aku sungguh bosan melihat katalog ini karena sedari tadi tidak ada yang menarik menurutku.
Pandanganku teralihkan dengan melihat Shin yang terlihat sangat kebingungan meskipun dia menutupinya dengan wajah fokusnya.
Yang dilakukannya sama halnya denganku yang cuma membolak balikkan katalog yang ada di tangannya. Tapi entah mengapa hal itu terlihat menggemaskan menurutku melihat ekspresi bingungnya.
Seorang wanita paruh baya menghampiri kami.
"Hii Shin apa kabar??" ujar wanita tersebut kepada Shin.
Shin menghentikan aktivitasnya dan langsung berdiri untuk menyambut wanita tersebut.
"Hii juga tante, saya baik. Bagaimana dengan tante??"
"Sangat baik".
Mereka berjabat tangan dan saling berpelukkan. Wanita tersebut menatap ku yang hanya terpaku.
"Heeiii Shin, jadi dia yang akan menikah denganmu??". Tanya wanita tersebut kepada Shin dan tersenyum kepadaku.
"Benar tante, namanya Dizta dan dia yang akan menikah dengan saya". Ujar Shin.
Shin memperkenalkan aku dengan wanita tersebut. Wanita tersebut bernama Charista dan dia yang punya butik. Shin memberitahukan padaku mengenai hubungannya dan ibunya.
"Jadi akhirnya kau memutuskan untuk menikah juga Shin. Dan tante rasa calon istrimu juga cantik". Puji tante Carista kepadaku.
"Terima kasih tante" ujarku sopan.
Tante Carista membantu kami memilih baju pernikahan kami. Kerena kami tidak terlalu mengerti mengenai hal itu.
Baju yang dipilih oleh tante Charista, pengeluaran terbaru. Ibu Shin tidak ingin kami menggunakan pakaian yang telah dipakai orang lain. Berbeda denganku yang tidak mempermasalahkan hal tersebut.
"Baiklah kalian harus mencobanya terlebih dahulu, diruang ganti".
Tante Carista menunjukkan 2 ruangan yang bersebelahan.
Aku melihat baju yang telah dipilih tanpa minat sedikit pun apalagi melihat baju yang begitu banyaknya yang harus di coba satu per satu.
Setelah memilih baju yang akan kami gunakan untuk acara pernikahan kami nanti. Aku dan Shin pergi untuk makan malam di salah satu restoran.
"Haaaaa... Sebentar lagi kau dan aku akan menikah. Semoga rencana kita berjalan dengan lancar". Ujarku kepada Shin yang duduk dihadapanku.
"Yaa kau benar. Kita harus saling bekerja sama agar tidak ada yang curiga".
"Tentu saja, tapi saat kita menikah nanti. Kau dan aku akan tinggal di tempat yang berbeda bukan??".
Shin mengangguk mendengar yang barusan ku katakan.
"Aku tidak ingin kita melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan. Dan saat kita menikah aku harap kita tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing. Terlebih lagi kalau kita tinggal di tempat yang sama, kau dan aku akan sulit menemukan pasangan" ujar Shin.
Aku merasa lega mendengar ucapannya dan kecemasanku sedikit berkurang. Akan sulit bagiku untuk mengontrol perasaanku padanya.
Shin mengantarku sampai rumah.
"Baiklah Dizta, kalau begitu aku pulang dulu. Maaf aku tidak bisa mampir. Tolong sampaikan salamku kepada kedua orang tuamu".
"Baiklah Shin aku akan menyampaikan salammu. Kau hati-hati dijalan ya. Salam juga buat mamamu".
Shin tiba-tiba mengecup keningku dan membuatku mematung seketika.
Aku begitu terkejut dengan hal yang dilakukan olehnya. Aku mencoba menatap wajahnya tetapi dia hanya menampilkan wajah datarnya.
Mobil Shin telah pergi dari rumahku. Tetapi jantungku mesih berpacu dengan kencang mengingat hal yang dilakukan olehnya.
∆ Don't Forget For Your Coment Readers (-^〇^-)∆
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hope You Love Me [FINISH]
RomansAku tidak pernah menyangkah bahwa hidupku akan penuh dengan teka-teki seperti ini. Kehidupan yang selama ini aku bayangkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, ketika aku harus menebak-nebak perasaan pria yang telah tinggal bersamaku. Hii Reader...