Melangkah di Atas Aspal
Karya: Suden Basayev
Episode 1
Kesialan Sang Patih
Kerajaan Ramyut dilanda sentosa di bawah pimpinan Raja Muda Tiunyu Xerox atau disingkat Raja Munyux. Raja Muda ini terkenal dengan penyakit bijaksana dan adil. Seluruh rakyat terpaksa menghargai beliau karena bagaimanapun mereka merasakan aman di bawah duli sang Raja.
Sebelum dunia barat menemukan kata demokrasi sesungguhnya Kerajaan Ramyut sudah menerapkan sistem itu atas prakarsa Raja Munyux yang punya bakat berlaku demokratis. Mau tahu bagaimana demokratisnya sang Raja? Ikuti kisah ini...
"Pengawal! Kemarilah!" Sang Raja memanggil pengawal.
Sang Pengawal masuk ke ruang Sang Raja.
"Ada apa Baginda? Kenapa teriak-teriak pagi-pagi, hamba masih ngantuk dipanggil-panggil...," protes Pengawal.
"Maaf kalau Ingsun mengusik ketenangan pagimu. Memangnya semalam kamu tidak tidur kok bisa-bisanya pagi ini ngantuk?" tanya Raja Munyux tenang.
"Biasa lah Baginda, semalam nonton bola sama teman-teman. Jadi ngantuknya sekarang," jawab pengawal jujur. Jujur adalah salah satu sifat terpuji yang diajarkan di Kerajaan Ramyut.
"Kamu tahu pagi ini tugas kenapa malam tidak istirahat malah nonton bola?!" tanya Raja Munyux pula.
"Hamba memilih nonton bola dari pada nongkrong di perempatan. Kalau nongkrong di perempatan pasti terpengaruh orang-orang yang main judi kartu dan mabuk-mabukan, Baginda!" Pengawal memberi alasan.
"Bagus. Kamu memang pintar memilih mana yang baik dan mana yang buruk," Sang Raja mengangguk-angguk.
"Lalu, ada perlu apa Baginda memanggil hamba sekarang?" tanya Pengawal itu.
Raja Munyux merogoh saku baju kebesarannya. Mengeluarkan uang kertas selembar. Lalu berkata, "Tolong kamu belikan sampo ke warung... Sudah seminggu ini Ingsun tidak keramas. Kepala Ingsun sudah gatal-gatal."
Sang Pengawal tidak langsung menerima uang itu. Ia berkata, "Maaf, Baginda. Hamba kan ngantuk dan lagi malas sekali. Sebaiknya jangan hamba yang disuruh ke warung."
"Oh begitu ya. Kalau begitu, panggilkan Sang Patih saja. Ingsun mengerti keadaanmu...," kata Raja Munyux bijak sekali.
"Baiklah. Hamba permisi mau memanggilkan Sang Patih...," kata Pengawal itu.
"Bagus. Kamu memang pengawal yang patuh. Segera panggilkan Sang Patih!" perintah Raja Munyux.
Sang Pengawal lekas keluar dari ruangan Raja. Dalam batin ia bersyukur tidak jadi diperintah ke warung. Soalnya, hutangnya di warung banyak dan ia lagi pusing karena semalam kalah taruhan bola banyak sekali.
Tak lama kemudian, Sang Patih masuk ke ruangan Sang Raja.
"Hamba menghadap, Baginda!" seru Sang Patih.
"Oh, ngagetin kamu, Patih!" Sang Raja agak terkejut karena barusan sedang melamun menunggu patihnya datang. Beliau adalah satu dari sedikit penguasa yang mau meluangkan waktu untuk sekedar melamun, memikirkan bagaimana rakyat bisa sejahtera.
"Maaf, Baginda. Ada apa memanggil hamba?" tanya Sang Patih penuh hormat.
"Ingsun ingin menyuruh kamu untuk beli sampo di warung. Mau ya... Plis, soalnya Pengawal lagi malas disuruh...," Sang Raja memberi perintah.
"Baiklah Baginda. Tapi beli dua ya, buat hamba satu. Hamba juga belum keramas. Malah pagi ini belum mandi. Kalau tadi tidak ada pengawal yang memanggilkan hamba untuk Baginda, mungkin hamba masih asyik tidur lagi...," mohon Sang Patih.