Kali Kedua

45 1 0
                                    


."Sudah cukup, jangan menemuiku lagi.."
Itulah kalimat yang pernah ku ucapkan waktu kau melukaiku dulu, dan kini kau kembali untuk meyakinkanku lagi tentang perasaan yang dulu pernah singgah.
Sekian lama kita tak sailng jumpa. Kini diriku sudah memulai karir di dunia bisnisku, sebut saja diriku ini adalah wanita karir. Hari demi hari sudah kuhabiskan demi sebuah perusahaan yang telah merekrut diriku menjadi karyawati dan kini telah di angkat sebagai Direktur utama.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Dari sudut timur handphone putihku berbunyi.
Kringggg.........
Mengaburkan pandanganku yang sedari dulu konsen terhadap komputer di depanku.
"Hallo..
"Kau masih mengenali suaraku?" Ucapnya.
Mendengar suara itu seketika saja hatiku menjadi gugup.
"Hallo.. Nia ..hallo...."
"Iya Hanif.. kau kah itu?"
"Iya ini aku. Bagaimana kabarmu?
"Kabarku baik, lalu bagaimana dengan dirimu?"
"Alhamdullilah Nia, kabarku juga baik"
Seketika hening terasa, hanya suara dentungan jam yang aku dengar.
"Emm.. kau sibuk? Bolehkah aku menemuimu?"
"Oh...aku tidak sibuk."
"Bisakah kau kesini? Caffe yang sering kita kunjungi dulu?"
"Tunggu aku 15 menit lagi."
Titt..tiit..titt... putuslah panggilan suara dari hanif.
Saat itu juga diriku mengemas semua file-file yang telah berserakan dan mulai bergegas menuju caffe yang dulu menjadi tempat perjumpaanku dengan Hanif.
"Hanif..." Ucapku
Kitapun bersalaman dan mulai berbicara panjang tentang kesibukan masing-masing sambil bernostalgia. Mulai dari pertemuan kita waktu Ospek, senyum-senyum saat bertemu di lorong kampus, sampai kebersamaan 4 tahun di dalam kelaspun kita bahas. Aneh yang kurasa sat ini, entah kenapa kekecewaan yang dulu seketika hilang begitu saja setelah mengingat kenangan-kenangan manis itu.
Sesudah wisuda 3 tahun yang lalu, kini dia mengelola perusahan ayahnya yang ada di Jakarta. Sungguh mengejutkan bagiku. Laki-laki yang dulu tak pernah menulis materi yang di terangkan oleh dosen dan selalu menyuruhku untuk belajar, dan seorang laki-laki yang dulu ku cinta sekaligus ku benci itu sekarang telah menjadi laki-laki yang mapan.
"Kau belum menikah?" Ucapnya
Sontak diriku tersedak saat mendengar kalimat itu.
"Aku belum menikah." Ucapku
"Apa yang kau tunggu? Jodoh?"
"Tidak, aku hanya ingin berkarir terlebih dulu. Aku ingin membahagiakan ayahku terlebih dulu."
Suasana hening seketika.
"Apa kau masih menyayangiku." Ucapnya
Hanya senyum tipis saja yang dapat kuberikan.
"Jujur dalam 3 tahun ini setelah kita berpisah, aku tidak pernah sedikitpun berniat untuk melupakan dan menghilangkan rasa ini. Aku masih tetap menjadi laki-laki yang mencintaimu dulu." Ucapnya
Aku hanya diam dan menetaskan air mata,karna yang ku rasakan dalam 3 tahun ini hanya kekecewaan dan kekecewaan. Akupun mulai berbicara.
"Hanif, rasa sakit yang dulu pernah kau berikan padaku kini perlahan mulai sirna. Tapi kenapa kau membuat hatiku sakit lagi dengan perkataanmu?"
"Aku hanya meyampaikan isi hatiku selama ini, apakah itu salah?"
"Salah.... Kau salah besar! Kau tau bagaiman sakitnya bila mencintai seseorang yang telah memberikan harapan yang besar, yang telah meyakinkan bahwa aku adalah satu-satunya wanita yang dicintainya setelah ibunya, yang telah memproiritaskan diriku, yang akan meminangku, dan sekaligus meninggalkanku tanpa alasan? Dan kini kau mengajakku duduk di sini dengan sebuah perbincangan yang mengingatkanku tentang kenangan kita dulu, dan kau mulai berkata lagi bahwa kau masih tetap mencintaiku setelah dulu kau meninggalkanku bersama serpihan hati yang hancur? Kekecewaan itu sampai saat ini masih tetap ada, aku tidak bisa membohongimu aku memang masih tetap menyayangimu seperti dulu. Tapi bila diriku mengingat kejadian pada waktu itu hatiku merasa hancur seketika. Kecewa dan rasa sayang ini begitu kuat."
"Ma'af...."
"Hanya ma'af? Perkataan itu tidak pernah cukup untuk mewakili rasa kecewaku ini."
"Mungkin sudah saatnya ku katakan, aku dulu meninggalkanmu karna aku ingin fokus terhadap perusahaan yang telah dirintis oleh ayahku sejak aku berada di bangku SMA. Ayahku menyuruhku untuk pergi meninggalkanmu karna aku tidak akan bisa fokus dengan perusahaanya bila aku bersamamu. Kini ayahku telah tiada sejak setahun yang lalu, dan pesan terakhir ayahku aku harus bisa lebih memajukan perusahan ini dengan penuh tanggung jawab."
Aku hanya diam.
"Ma'af bila aku harus mempertaruhkan cinta kita, hanya saja aku dulu sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tetap akan menjemputmu kembali saat aku sudah sukses. Dan ......"
"Cukup! Aku tak mau mendengarnya lagi. Cita-citaku dari dulu hanya ingin menemanimu dari nol hingga sukses, tapi kau menghancurkan semuanya."
"Tolong berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya."
"Aku takut kau seperti dulu lagi, aku merasa sebuah janji yang dulu kau bangun itu semua menjadi dusta."
Tiba-tiba tanganku di genggamnya dengan erat, dan dia berkata.
"Aku sangat menyayangimu, sangat mencintaimu, aku ingin kau menjadi pendampingku kelak. Hanya kau.."
"Apakah kau akan memperbaiki semuanya? Dan apakah kau bisa mengutuhkan rasa cinta dan sayang ini kembali seperti dulu?"
"Aku berjanji kepadamu, aku akan memperbaiki semuanya, aku kan membuatmu bahagia, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama."
Dan saat itulah cinta kita kembali di persatukan, tepat dimana pada hari itu adalah hari jadi kita berdua.
Hari demi hari telah ku habiskan bersamanya. Semakin nyaman dan rasa kecewa yang dulu pernah dia buat seolah-olah sudah terbayar dengan perlakuanya terhadapku, entah karna aku terlalu mencintainya atau karna dia yang memberikan kasih sayang yang lebih terhadapku. Rasanya aku adalah satu-satunya wanita yang sangat beruntung mendapatkanya kembali. Tepat pada hari ini adalah hari anniversary atau yang di sebut juga hari jadi kita berdua setelah kita kembali .Kring.. bunyi pesan masuk dari handphoneku.
Sayang, nanti kita ketemu jam 20.00 WIB aja ya...soalnya aku ada urusan mendadak. Ma'af..
Aku mencoba untuk menelphonenya, tapi tidak ada jawaban sama sekali.
Jam telah menunjukkan pukul 19.30 WIB, aku bergegas menuju caffe yang biasanya kita jumpai. Aku berdandan rapi dan cantik,karena pada dua hari yang lalu Hanif pernah bilang kepadaku bila anniversary ini dia akan melamarku. Aku sangat berbunga-bunga sekali hari ini, ku seduh kopi yang telah ku pesan tadi. Kusuduh sedikit demi sedikit sambil melihat jam yang ada di dinding caffe. Ternyata jam sudah menunjukan pukul 22.00 WIB, dan sampai saat ini Hanif tidak muncul-muncul. Aku mulai mengantuk, ingin sekali aku meletakkan kepala ini di meja makan, tapi salah satu keryawan di caffe itu menghampiriki sambil berkata.
"Nona ma'af.. ini sudah jam sebelas, apa nona tidak ingin pulang."
"Sebentar ya.. saya masih ingin menunggu kekasih saya."
"Oh iya..."
Karyawan itu pergi meninggalkanku, aku mulai menelphone Hanif tapi nomernya sedang offline. Aku sangat kecewa saat itu, ku pikir hari ini menjadi hari terspesial dalam hidupku. Tapi mimpi itu berbalik melukaiku, aku pulang dengan tangan hampa tanpa adanya genggaman yang biasanya menggenggam seperti biasanya.
Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan sampai satu tahun ini aku tak tahu keberadaan Hanif. Karna tidak ada kabar sama sekali tentangnya, bahkan teman-temannya pun tak tahu keberadaan Hanif. Aku semakin tidak fokus dalam mengelola perusahaan, banyak karyawanku yang memintaku untuk istirahat di saat-saat seperti ini. Karena menurut mereka aku seperti orang yang linglung.
Sore ini aku pergi ke loteng untuk melihat senja yang akan datang, dan sekaligus ingin menenangkan diriku yang sudah setahun ini menunggu laki-laki yang entah dimana. Laki-laki yang dulu berjanji kembali akan tidak mengulangi kesalahan yang sama, laki-laki yang dulu sempat menggenggam tanganku an berkata.
"Aku sangat menyayangimu, sangat mencintaimu, aku ingin kau menjadi pendampingku kelak. Hanya kau.."
Masih teringat jelas kalimat yang dia ucapkan waktu itu, sekarang hanya aku dan seberkas cahaya yang mulai tenggelam. Tiba-tiba handphoneku berbunyi , ternyata pesan dari hanif
Nia..apa kabar? Baik bukan. Ma'af aku tidak menemuimu waktu itu hingga kau mungkin menungguku sampai ralut malam, aku ada urusan penting hingga aku tidak bisa memberi tahu tentang urusan itu. Dan sekarang aku ingin menyampaikan bahwa aku sudah menikah dengan wanita yang di pilihkan keluargaku untukku. Ma'af sebelumnya, bukan maksud hati untuk menyakitimu untuk yang kedua kali. Hanya saja keluargaku tidak pernah suka bila aku terus bersamamu, mungkin dalam waktu kurang lebih satu tahun itu bisa membuatmu bahagia dengan kehadiranku kembali. Dan mungkin satu tahun ini kau kembali membenciku seperti dulu saat aku meninggalkanmu, sekarang kau ku tinggal persis seperti dulu kau ku tinggal. Tapi bedanya sekarang ini kau harus melepaskanku seutuhnya dan mulai mencari penggantiku, sebenarnya aku berat untuk mengatakan ini semua. Ma'af telah membuatku kecewa untuk yang kedua kali.
Dan pada saat itu nomer Hanif sudah tak aktif kembali, aku sangat sedih,kecewa, bercampur menjadi satu.
"Apa salahku hingga kau begitu tega memperlakukanku seperti ini, aku hanya wanita yang ingin merasakan bahagia, hanya bahagia saja. Apa kau tidak menyadari bahwa aku sangatlah mempercayaimu hingga satu tahun ini aku menunggumu tanpa kabar. Dan sekarang kau mengirim pesan yang membuat hati ini hancur kembali. Kenapa kau membangun cinta kembali tapi akhirnya kau juga yang menyakiti? Hanif... rasa sayang, kecewa, dan benci ini sama-sama kuat. Aku sangat mencintaimu, tapi itu dulu, iya dulu saat kau masih membangga-banggakan diriku. Aku sangat menyayangimu, tapi itu dulu saat kau masih membuatku tersenyum bahagia dan tertawa lepas. Sampai akhirnya kau menghancurkan untuk kedua kali dan membuatku terluka, kau itu sama persis seperti pecundang. Kau masuk dalam hati ini memberikan warna dalam hidupku, pergi dengan alasan yang tidak jelas, kembali dengan kemesraan, dan pergi untuk kedua kali bersama wanita itu. Sungguh sempurna skenario yang kau buat. Dan kau telah berhasil membuatku menjadi wanita TERBODOH."
Ahhhhhhh..... prakkk....
Hanphone yang sedari dulu ku genggam kini telah hancur karena olahku sendiri. Aku mulai duduk dan memandang cahaya yang tidak lama lagi akan hilang dengan sendirinya.
"Mengapa Tuhan menciptakan hati bila akhirnya disakiti? mengapa Tuhan menciptakan hati bila akhirnya kau hancurkan lagi? Dan mengapa tuhan menciptakan hati bila akhirnya di patahkan seperti ini."
Cahaya itu perlahan mulai hilang dan hilang.
"Semoga Tuhan tidak lagi menempatkan hati ini kepada orang yang salah"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang