(0) PROLOG

1.8K 185 199
                                    

Hei, siapa yang menyangka ini akan terjadi?

Aku sering bertanya tanya kepada diriku sendiri, apa aku salah?

Apa mereka semua mati karenaku?

Mata itu, mata yang tidak kusukai, saat maniknya berubah menjadi kuning terang.
Karena disaat itu juga, pasti ada saja orang yang mati. Ya, aku benci mata itu.

Kehidupanku yang awalnya normal, menjadi seperti ini sejak saat itu.

=Flashback On=

Hari Senin, sekitar 2 minggu yang lalu, adalah hari pertamaku masuk SMA. Beruntungnya, aku diterima di SMA Kunugigaoka. Aku sangat senang sekali, hari yang berjalan lancar. Aku berada di kelas 1-B, dan hari ini, aku sudah mendapatkan banyak teman.

Siang itu, aku disuruh oleh orangtuaku untuk mengambil surat yang ada di rumah teman ayahku di suatu gang yang agak jauh dari sekolah maupun rumahku. Entahlah, ayah akhir-akhir ini sangat sibuk. Jadi, aku memutuskan untuk membantu meringankan pekerjaan ayah dengan mengambil surat di rumah temannya.

'Hm, Jl.Sakura. Mungkin ini gangnya,' pikirku.

Aku memutuskan untuk masuk ke gang itu. Aku akui, gang itu cukup seram. Walaupun siang, gang itu cukup gelap karena dihalangi oleh dinding bangunan yang tinggi. Selain itu, jarangnya orang yang melewati gang ini menambah kesan seram disini.

Saat aku sedang berjalan, tiba-tiba..

"Hei, gadis cantik, ada perlu apa datang kesini?" Goda seorang pria dengan tubuh yang kekar, yang sudah berada tepat didepanku.

"Haha, apa kau sendirian, gadis manis?" Tanya seorang teman si pria tadi, yang tidak kusangka berada di belakangku.

Mataku membulat, aku tidak tahu harus bagaimana. Kakiku gemetar.

'Apa yang harus kulakukan? Apa bila aku minta tolong di gang yang sepi ini, akan ada yang mendengarkanku?'

Tanpa pikir panjang, aku memutuskan untuk teriak meminta pertolongan.

"TOL—mmmpp" belum sempat meminta tolong, mulutku sudah dibekap oleh lelaki yang ada di belakangku. Dan juga, tanganku sudah diikat dengan erat olehnya.

"Hei hei, santai gadis manis, kau punya apa? Uang? Handphone? Atau mungkin kau bisa bermain dulu bersama kami?" tanya lelaki itu di samping telingaku sambil menyeringai.

Aku sangat ketakutan, kurasakan air mata mengalir ke pipiku. Aku hanya bisa berdoa,

'Siapapun, tolong selamatkan aku,'

*sreeeett* *clak clak*

Kurasakan mulutku tidak dibekap lagi, dan tunggu--- apa ini!? Lagi-lagi mataku membulat, melihat banyak bercak darah di sekitar wajah si lelaki yang ada di depanku. Tubuhnya kaku, matanya seakan ingin keluar dari tempatnya.

"Heee~ ada acara apa disini? Sepertinya kalian menikmatinya. Tapi, oh gomene, sepertinya temanmu sudah mati. Apa kau mau sepertinya? Mungkin kalian bisa membuat acara seperti ini lagi di neraka nanti," ucap lelaki yang baru saja datang.

Aku membalikan tubuhku, melihat apa yang telah terjadi. Ternyata, si pria yang tadi membekapku kini sudah mati, dengan kepala yang hampir terpisah dengan tubuhnya.

Kuamati siapa yang telah menyelamatkanku sekaligus membunuh lelaki itu.

Pada saat itu pula, aku pertama kali bertemu dengannya, mendengar suaranya, dan juga melihat tubuh tegap, dengan surai merah miliknya. Juga matanya dengan manik kuning yang cerah miliknya, seakan membunuh gelapnya tempat ini.

"Go-go-gomenasai, bi-bi-arkan a-aku pergi," pinta lelaki bertubuh kekar di depanku.

Lelaki dengan surai merah berjalan ke arah si pria bertubuh kekar itu, melewatiku. Dan dia tidak menatapku sama sekali. Tetapi yang jelas, kini maniknya semakin terang.

"Apa dengan permintaan maaf seperti itu aku akan membiarkanmu pergi? Apa menurutmu begitu? Hee~ Tentu saja tidak," ucapnya dengan nada dingin di akhir kalimat.

Dengan gerakan cepat, si surai merah itu menusukan pisaunya tepat di jantung pria itu.

"AAAAA!!"

Darah mengalir deras di dadanya. Dan pada akhirnya pria kekar itu mati.

Aku tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi, 'apa aku bermimpi?'

Kutundukan kepalaku, masih mencerna apa yang baru saja terjadi.

Tubuhku dingin. Tak beberapa lama kemudian, kurasakan wajahku dipegang oleh tangan seseorang. Tangannya hangat. Ia mengadahkan wajahku agar wajahku bisa melihat wajah tirus miliknya.

Aku memberanikan diri menatapnya. Yang anehnya, tidak ada lagi manik kuning terang miliknya, yang ada hanya manik kuning yang membuat siapapun yang menatapnya menjadi nyaman.

"Nee, (y/n)-chan. Apa kau baik-baik saja?" tanya lelaki itu kepadaku, sambil mengusap bercak darah di leher belakangku.

Air mata membendung di pelupuk mataku, aku sangat berhutang banyak padanya. Tidak bisa kubayangkan apa yang terjadi bila tidak ada lelaki ini yang menyelamatkanku.

Kakiku lemas, aku akhirnya terduduk. Begitupun lelaki ini, yang berusaha menyamakan posisinya agar sejajar denganku.

"A-ari-gatou. Arigatou. Arigatou," ucapku lirih.

Tidak bisa terbendung lagi, air mataku sudah mengalir deras di pipi.

Hangat. Kurasakan lelaki ini memelukku, berusaha memberikan rasa aman agar aku tenang.

"Tidak apa-apa (y/n)-chan," jelasnya di samping telingaku.

Kuhapus air mataku, dan melepaskan pelukannya. Kulihat nametagnya, yang bertuliskan Akabane Karma.

"Arigatou, Karma-san." Kataku kepadanya.

"Nee, jangan sungkan meminta pertolongan kepadaku (y/n)-chan, dan hal penting yang harus kau tahu, aku akan selalu melindungimu."

=Flashback Off=

Hei, terdengar seperti akhir yang bahagia  bukan? Ah, tidak. Itu sama sekali bukan akhir yang bahagia. Akan tetapi, ini adalah suatu awal yang buruk.

Dia, Akabane Karma, seseorang lelaki tampan yang jenius memiliki kepribadian yang banyak orang tidak mengetahuinnya.

Dengan kepribadian yang orang lain tidak tahu itu, dalam dua minggu ini, ia sudah membunuh 7 orang.

Dan yang lebih anehnya lagi, orang itu, orang yang mati itu, pasti orang yang berada didekatku.







To be continued..
By : Diasember ^^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 31, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

You're MINE, Aren't You!? (YANDERE! KarmaXReader)Where stories live. Discover now