1 : First Meet

54 9 1
                                    

"OPA, Oma, Lena boleh jalan-jalan di sekitar komplek?" Tanya gadis berusia 7 tahun pada Opa-Oma nya yang sedang sibuk menata kamar tidur untuknya.

Sang Oma mengalihkan pandangannya dari pakaian yang sedang dirapihkannya. Melihat sebentar cucu-nya lantas dia melihat keluar jendela. Dipandangnya langit yang tampak gelap dan beberapa kali kilat muncul disana membuat sang oma yang tadinya ingin mengizinkan jadi mengurungkan niatnya itu.

"Tapi sudah mau hujan, nak. Jalan-jalannya ditunda besok saja."

Lena memberengut, "Oh ayolah oma! Bolehin Lena. Lena bawa payung deh biar nanti kalo hujan turun Lena bisa berlindung dibawah payung." Rayunya sambil memeluk manja lengan sang oma.

Sang oma dilema jadilah sang oma menyenggol lengan suaminya yang berdiri tepat di sebelahnya. Sang Opa menghentikan aktivitasnya, melihat sang oma, "Ada apa?" Tanya sang Opa pada istrinya.

"Saya tau kamu dengar apa yang cucu kita pinta tadi, Rama."

Sang Opa beralih melihat Lena yang masih memeluk lengan sang oma. "Mau jalan-jalan keluar?"

Lena mengangguk lantas sepasang matanya menatap Rama penuh harap. Rama tersenyum hangat, "Ya sudah, Opa izinkan."

"YES!" Pekik Lena senang tapi kesenangannya diinterupsi oleh Rama. Rama mengangkat tangannya, "Tapi tidak boleh lama-lama." Peringatnya seraya membawa tangannya ke pucuk kepala cucu-nya, mengusap kepala cucu-nya itu penuh sayang.

Lena kontan memeluk Rama erat dan beralih mencium sekilas pipi Rima. Setelahnya dia langsung berlari keluar dari rumahnya dengan senang.

Ditelusurinya jalan komplek tempat kediaman Opa dan Oma-nya tinggal. Dia memperhatikan rumah-rumah yang dilewatinya dengan seksama.

Tanpa terasa kakinya sudah membawa ke taman yang berada di kompleknya. Dia hanya melihat taman di depannya tanpa minat kemudian dia memilih menghampiri pedagang kue laba-laba yang berjualan di depan taman.

"Bang laba-laba nya satu, kue ikan tiga sama yang kue bulatnya dua." Pedagang itu mengangguk dan dengan sigap membuatkan pesanan Lena. Namun sedetik kemudian dia melihat Lena, "Mau coklat atau stroberi dek?"

Lena terdiam saat pedagang itu menyebutkan kata coklat. Sepasang matanya menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong sampai sebuah tepukkan di bahu disusul oleh suara berat menyadarkannya. "Dek? Coklat ya?"

"JANGAN!" Jawab Lena cepat nyaris berteriak.

"Eh? Uhm... stroberi aja bang."

3 menit kemudian seluruh pesanannya jadi. "Berapa pak?" Tanya Lena setelah menerima kue laba-labanya.

"Lima ribu dek." Lena mengangguk kemudian memberikan selembar uang sepuluh ribu dari dalam saku jeans yang dipakainya.

Lena lantas beranjak dari tempatnya. Berderap meninggalkan pedagang itu.

"Dek kembaliannya." Teriak pedagang itu. Lena menengok, melempar senyum pada pedagang itu, "Ambil aja pak. Terimakasih."

Lena berjalan menuju kursi panjang yang berada di sebrang taman komplek berada. Mendudukkan dirinya disana, dia melihat orang-orang yang sedang melakukan aktivitas di taman sambil menikmati kue laba-laba ditangannya. Kedua kakinya mengayun santai. Ternyata menikmati sore hari yang mendung tidak terlalu buruk.

Tak lama rintik-rintik air mulai jatuh namun Lena masih bergeming di tempatnya. Dia mengabaikan hujan yang perlahan intensitasnya semakin meningkat.

Tanpa sengaja pandangannya menangkap sesuatu di lapangan basket yang masih merupakan fasilitas dari taman komplek. Dia menajamkan matanya sebelum akhirnya bangkit berdiri dengan kedua tangan yang meremas kertas wadah bekas kue laba-labanya. Dengan langkah besar dia berjalan menuju lapangan basket.

Valfero Dan GalenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang