1. Hukuman

48 7 1
                                    

Setibanya gadis berambut hitam pekat itu di depan pintu gerbang sekolah, ia langsung menerobos masuk. Namun naas, Pak Beni-Satpam sekolah- mencegah gadis itu masuk.

"Telat lagi neng?" tanya Pak Beni dengan halus

Gadis ini menyengir dikala kebingungan nya, gadis ini bingung memikirkan cara agar ia dapat masuk tanpa ketauan guru piket sekolah plus cara agar satpam ini membukakan gerbang untuknya.

Sebenarnya, gadis ini mempunyai satu ide,tapi ia tidak yakin akan berhasil atau tidak, tapi ia akan mencobanya. "Eh, Pak Beni gak ngerokok nih?" tanya nya

Satpam yang ber-nametag Beni Suprijo itu menggeleng. Dan gadis di depannya tersenyum. "Pak, bukain gerbang dong, nanti saya kasih uang buat beli rokok, deh" bujuk gadis berambut hitam panjang itu

Pak Beni melihat nametag yang terpasang dibaju gadis dihadapkan nya ini,

"Oh neng Cahya, alasan hari ini telat lagi, kenapa neng?" tanya Pak Beni

Gadis yang di panggil Cahya itu menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal, ia tersenyum tak berdosa," Ayo, dong pak, bukain, tolong.."

Rayuan demi rayuan Cahya lontarkan kepada satpam di depan nya ini, tapi sepertinya hari ini Cahya benar-benar tidak beruntung.

Mulai dari bangunnya yang kesiangan, Kakaknya tidak mau mengantarnya ke sekolah karena harus pergi ke kampus, Bundanya yang tiba-tiba mengabarkan sedang dalam perjalanan pergi ke Jogja yang menyebabkan ia harus pergi ke sekolah menggunakan taksi, ditambah dengan padatnya Ibukota sehingga ia sampai sekolah melewati 15 menit dari jam masuk sekolah yang seharusnya.

Dan saat ini rayuan Cahya tidak mempan sepertinya untuk Pak Beni. Akhirnya Cahya mengehela nafas.

"Cahya!" panggil seseorang

Cahya menoleh, dan mendapati seorang perempuan hamil berambut pendek sebahu membawa penggaris besi berjalan kearahnya.

"Aduh, Bu Retno! kelar idup gue."

***

Selepas melihat adanya Bu Retno-sebagai guru piket hari ini- di dekat gerbang, Bu Retno menyuruh Cahya masuk kedalam ruang BK

"Bu, tolong saya dong bu, jangan proses kasus keterlambataan saya lagi. Masa iya point kasus saya nambah lagi" ucap Cahya sambil menunduk

"Salah kamu sendiri setiap hari telat terus!" sindir Bu Retno dengan meletakan penggaris besi nya di meja ruang BK

"Bu Retno, terimakasih telah membawa Nak Cahya kemari ya bu, biar dia saya proses bu" ucap bu Asri selaku guru BK

"Baik bu sama-sama, saya permisi balik ke kantor lagi" pamit bu Retno pergi meninggalkan ruang BK, tidak lupa mengambil penggaris besi kesayanggan nya itu

Seperginya Bu Retno dari ruang BK, Bu Asri yang sedari tadi menatap Cahya dengan tatapan membunuh hanya bergeming di kursi merah kesayangannya.

Hening, itulah yang tercipta di ruang BK yang didalam nya hanya terdapat Cahya dan Bu Asri.

"Saya gak akan memproses kasus keterlambatan kamu hari ini" tiba-tiba Bu Asri membuka suara terlebih dahulu

Cahya membulatkan matanya dengan sempurna, "Bu Asri serius?" tanya nya dengan rasa penasaran dicampur bahagia

"Iya, tapi ada syaratnya" tutur bu Asri

Mendengar perkataan Bu Asri barusan, membuat bahagia Cahya kembali sirna. "Yahh ibu, kenapa harus ada syarat sih?" tanya Cahya dengan wajah memelas

"Syaratnya gampang, Masuk sekolah jam 7, dan kamu cukup carilah seorang yang bisa menjemput kamu dibawah jam setengah 7" ucap Bu Asri sambil tersenyum, berharap murid di depannya ini dapat berubah menjadi murid teladan, salah satunya dengan tidak datang terlambat kesekolah setiap harinya.

"Ini demi kebaikan kamu, Cahya" lanjut Bu Asri

Cahya menghela nafas sembarangan, lalu ia menatap mata Bu Asri dengan mencari kebenaran didalam mata Bu Asri. Dan yang Cahya tangkap ternyata, tidak ada kebohongan dalam mata Bu Asri, dia tulus menginginkan Cahya berubah menjadi murid yang baik. "Baik bu saya terima syaratnya" jawab Cahya

"Baiklah, kembalilah kamu ke kelas, besok saya tidak ingin lihat kamu terlambat lagi, besok terlambat? tidak ada toleransi bagimu." tegas Bu Asri lalu bangun dari kursi dan mengambil secarik kertas dari map dan menuliskan prihal tentang keterlambatan Cahya

"Ini, bawa kertas ini ke kelas, dan berikan kertas ini kepada guru yang mengajar di kelasmu saat ini" lanjut Bu Asri dengan memberikan secarik kertas yang baru saja ia tulis tadi.

"Baik bu, terimakasih banyak, Cahya permisi" ucap Cahya lalu pergi menuju kelasnya.

***
"Gila lo Ahya, bisa-bisanya lo telat pas pelajaran Bu Windu!" tegur Yona-teman sebangku Cahya- sambil berdecak tak percaya,

Setibanya Cahya di kelas dan duduk di bangkunya, Yona merasa tak percaya dan timbulah pertanyaan demi pertanyaan yang Yona berikan kepada Cahaya. Wajar sih, jika Yona tidak percaya bahwa Cahya telat dijam pelajaran Bu Windu, guru Geograri kesayangan Cahya itu.

Benar memang, Cahya anak IPS, saat ini ia duduk dibangku kelas 11. Tepatnya 11 IPS 2, dimana dia sangat menyukai pelajaran Geografi bersama dengan pengajarnya.

Menurutnya, mempelajari Geografi mencakup ilmu yang sangat luas. Yang dapat bercabang sedikit kearah IPA, contohnya seperti materi geografi bagian Planet Bumi. Karena jujur, dulu pas kelas 10 pembagian kelas, Cahya terlempar membuatnya patah semangat. Bukan bukan, bukan terlempar dari ketinggian lalu terhempas cantik ke kedalaman jurang, tidak. Tapi, Cahya memilih jurusan IPA tapi pas hasil pengumuman ia masuk jurus IPS.

"Gue sial bener hari ini, Yon" ucap Cahya perlahan, takut guru pengajar di depannya mendengar pembicaraan dirinya dengan teman sebangkunya itu.

"Pasti kak Dea gak mau nganter lo lagi kan?" tebak Yona

Cahya mengangguk, lalu ia mulai mengeluarkan satu persatu buku dari dalam tas nya, lalu setelah anggukan Cahya tidak ada pembicaraan lagi diantara dirinya dan Yona.

"Sebentar lagi waktu pelajaran kita habis, jadi tolong anak-anak ibu minta perhatiannya sebentar" ucap Bu Windu membuat semua perhatian murid-murid mengarah kedepan,seolah memberikan perhatian yang serius kepada pengajar

"Ibu akan membagi tugas kelompok tentang materi Langkah-Langkah Penelitian Geografi, kelompok terdiri dari 4 orang, 2 perempuan dan 2 orang laki-laki. Ibu pilih secara acak, dan tidak ada yang boleh protes, paham?" jelas Bu Windu

Serentak seluruh murid ngucapkan, "Paham bu,"

"Kelompok pertama: Anggun, Deri, Finka, Bayu. Kelompok kedua: Sisil, Rido, Mita, dan Aldo........" ucap Bu Windu

"Dan kelompok terakhir, beranggotakan Cahya, Yona, Rian dan... Malka" lanjut Bu Windu

Seketika bola mata Cahya membulat sempurna, "Celaka, kenapa sih harus sial lagi? Dengan gue sekelompok sama Malka itu sama aja hukuman berat buat gue" batin Cahya

"Baiklah, tugas dikumpul minggu depan, dikumpulkan dengan Aldo sebagai ketua kelas. Ibu akhiri pertemuan hari ini, Selamat Pagi." ucap Bu Windu dengan pergi dari kelas Cahya membawa setumpuk kertas.

Dan seperginya Bu Windu dari kelas, Cahya terduduk lemas dan menopang wajahnya dengan tidak berdaya, Sepertinya berlebihan. Tapi itulah nyatanya.

***
A.N

halooo! terimakasih yang sudah mau membaca cerita abal-abalku ini;( aku butuh vote dan comment nya yaa. Lanjut apa engga nih;((
Terimakasih,

-Hanif-

Ahya & AlkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang