Bab 11

1.1K 112 2
                                    

Aku melihat monster itu menjahit tubuh korban.

Ia dijahit seperti boneka.

Hopeless.

Darah mengalir dari tubuhnya.

Mengapa orang itu diam saja.

Aku baru menyadari sesuatu.


Dia telah disuntik dengan obat penenang.

Bagaimana kalau dia bangun?

"Hentikan!"

Aku mencoba menghentikannya.

Dia menengok ke arahku dan mengambil kapak yang sedari tadi nganggur.

Kami berlari.

Pembunuh itu masih mengejar kami!

Kami menuruni anak tangga.

Lantai satu.


Kami mengarah ke pintu gudang.


Perlahan-lahan.

"Sepertinya pembunuh itu gak tahu kita di sini."

"Yap. Kita udah aman."

Aku melihat sebuah sapu yang bersandar di tembok.

Lantai tiga.

(Sumpah, aku udah bosen.)

Pembunuh itu sudah tidak ada.

Namun, korban tadi masih tergeletak di bed.

Aku memeriksa nadinya.

Ia sudah mati.

Sehelai kertas tergeletak di atas jasadnya.

"Aku melihat ibuku menjambak rambut putri majikan.

"Dia menangis kesakitan."

"Bagus sekali."

"Aku ingin melihatnya menderita lebih perih dariku."

"Rasanya aku ingin sekali membunuhnya."

"Dengan itu, aku bisa mengambil alih harta keluarganya."

"Dengar-dengar, keluarganya sudah lama tinggal di luar negeri."

"Aku akan bilang ke ibuku untuk membunuhnya."

"Hahahaha."

Tubuhku terasa kaku sehabis membaca tulisan itu.

Benar-benar mengerikan.

Apakah ada kaitannya denganku?

"Lo kenapa?"

Michael menghampiriku.

Dia mengambil kertas itu dari tanganku.

Raut wajah Michael berubah.

"Ada apa sih?"

Putri menghampiri kami berdua.

Putri membaca kertas yang by the way ternodai keringat.

"Gue jadi takut nih."

"Gak usah takut. Penulisnya kan mau membunuh anak majikan ibunya, bukan lo."

Tawaku tertahan.

Putri kelihatan cemberut.

"Ayo kita ke ruang modern dance."

Tidak perlu banyak tenaga.

Kami memasuki ruangan itu.

Ruang MD kami dilengkapi banyak kaca.

Kaca tersebut berguna menampilkan gerakan para dancer.

Aku melihat sebuah box di pojok tembok.

Aku mulai mengeledah benda tersebut.

Kengerianku muncul saat aku melihat tubuh yang berlumuran darah tergeletak di sana.

Kertas?

Lama-lama aku bosan.

Tapi ada yang berbeda.

Tulisannya ditulis dengan darah.

"Aku ingin tahu reaksimu jika semua temanmu mati."

"Cepat selamatkan mereka."

Sial!

Pembunuh itu sudah gila.

Aku harus mencegahnya.

Aku menutup box tersebut dan menghampiri Michael dan Putri.

"Kita harus cepat. Kalau nggak, teman-teman kita akan mati."

Tepat selesai berbicara, bayangan di kaca merefleksikan sebuah kapak besar.

Melayang.

Mengincar kepala Putri.

The Meaning of Life [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang