A Turning Point

168 26 0
                                    


(A/N): Happy reading, yeorobun:3

-----------------------

Namjoon dan Jackson menghabiskan sarapannya saat orang lain sudah selesai dan telah meninggalkan ruang pertemuan. Mereka makan dalam diam, Namjoon tak bercakap dengan Jackson saat ia sedang berada di kondisi yang buruk. Bahkan bertatap mata saja Namjoon pun tak berani.

Setelah selesai, Jackson dan Namjoon langsung berpisah untuk memberi training untuk calon agen-agen baru. Ya, lembaga ini adalah pencetak agen terbaik di Asia, khususnya di Korea. Markasnya berada di sebuah kota terpencil bernama Tongyeong. Walaupun kecil, namun kota tersebut memiliki keindahan yang tiada tara. Namun alasan terpenting peletakan markas diletakkan disana adalah agar tidak menarik perhatian. Bayangkan jika markas diletakkan di Seoul, Gangnam atau Busan, kekacauan pasti terjadi.

Kembali ke ruang mengajar Jackson. Kini ia sedang mengajar tentang jenis-jenis sandi di dunia, pelajaran training tingkat dua. Semua training di kelasnya tak berani mengobrol. Siapa yang tidak takut dengan Jackson?

"Ada pertanyaan?" Jackson bertanya. Seorang murid mengangkat tangan,

"Kenapa kita harus belajar tentang sandi ini? Bukankah sudah ada teknologi yang membantu kita saat ini?" Ia bertanya. Jackson mengenal murid itu, namanya Sun Hee. Jackson pun tersenyum, ia tahu lambat laun pertanyaan ini akan keluar.

"Kita tidak bisa percaya sepenuhnya dengan teknologi saat ini. Sandi bisa ditebak, namun lebih mudah lagi menebak sandi lewat teknologi, dan ini sangat berbahaya. Musuh bisa menyabotase sistem teknologi. Maka dari itu, lebih aman menggunakan cara kuno daripada cara modern." Jackson menjelaskan. Semua mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Kelas hari ini, bubar." Jackson berkata dan menepukkan tangannya sekali. Semua murid pun keluar kelas dengan rapih, meninggalkan kelas.

"Jackson, kau dipanggil No. 1," Tiba-tiba seorang asisten Jackson memanggilnya. Jackson menganggukkan kepalanya dan pergi ke ruang kerja No. 1.

"Jackson, aku sudah memutuskan." No.1 berkata dengan serius.

"Hwa-Young?" Jackson bertanya. No. 1 menganggukkan kepalanya.

"Kita harus mendapatkannya kembali. Dia adalah salah satu orang terpenting dalam organisasi ini." No. 1 berkata. Jackson terdiam,

"Apa alasan utama kita harus mengembalikan Hwa-Young? Masih banyak agen-agen yang lebih bermutu..."

"DIAM!!!" No. 1 berteriak. Jackson pun terdiam dan menelan ludahnya.

"Aku tak mau melihat agen andalanku seperti ini. Hancur, berantakan, tak ada cara lain selain mengembalikan Hwa-Young kepada kita!" No. 1 berkata. Jackson membeku, tak bisa menjawab apa-apa.

"Kau ingin, aku kembali seperti yang dulu?" Jackson bertanya. No. 1 menganggukkan kepalanya dan menatap Jackson dengan sedih. Baginya, Jackson sudah seperti anaknya.

"Aku yakin Hwa-Young adalah cara..." No. 1 berkata. Jackson menghela nafas,

"Mengapa?" Ia bertanya.

"Karena ia adalah satu-satunya wanita yang kau cintai. Bahkan kau tak mengenal orangtuamu." No. 1 berkata. Jackson menelan ludahnya.

"Ya, mungkin itu satu-satunya cara." Jackson berkata.

"Kau sudah kuanggap seperti anakku, Jackson. Tak ada ayah yang mampu melihat anaknya hancur seperti ini." No. 1 berkata.

"Kalau begitu, apa rencana yang akan kita ambil?" Jackson bertanya.

"Untuk saat ini, aku akan membicarakannya dengan atasan-atasanmu. Kau boleh melanjutkan urusanmu." No. 1 berkata. Jackson menganggukkan kepalanya, walaupun ia tahu bahwa menarik Hwa-Young kembali berarti perang.

Hidden- A Jackson Wang FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang